Zakat Emas Dan Perak Disebut. Membayar zakat termasuk salah satu dari lima rukun Islam yang wajib ditunaikan apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Kewajiban membayar zakat jenis ini juga ditegas dalam hadits riwayat Abu Dawud Rahimahullah. Emas yang hendak dizakatkan merupakan miliki pribadi secara sah, bukan milik orang lain atau pinjaman.
Emas atau perak tersebut baru bisa dikeluarkan sebagai zakat setelah disimpan selama 1 tahun. Cara menghitungnya dengan menggunakan rumus 2,5% kali jumlah emas atau perak yang tersimpan selama 1 tahun. Anto menyimpan emas pribadinya sebanyak 200 gram (sudah melebihi syarat haul dan nisab).
Bagaimana sih cara untuk menghitung zakat emas dan perak menurut hukum Islam? Dalah segi bahasa, zakat dapat diartikan sebagai bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang. Yuk, simak pembahasan mengenai zakat logam mulia dan cara menghitungnya di bawah ini! Zakat logam mulia harus dibayarkan oleh seorang muslim ketika jumlahnya sudah mencapai nisab dan memenuhi syarat haul.
Syarat haulnya adalah emas dan perak tersebut harus sudah melewati masa kepemilikan selama satu tahun tanpa pernah dijual atau digadaikan. Ini artinya seseorang baru diberi kewajiban untuk membayar zakat ketika jumlah emas yang mereka miliki sudah mencapai 85 gram dan telah tersimpan selama minimal satu tahun. Namun, terdapat perbedaan pendapat datang dari mazhab Hanafi yang mengatakan semua jenis logam mulia, baik itu perhiasan atau emas simpanan wajib untuk dizakatkan. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki 200 gram emas yang telah tersimpan selama satu tahun, maka dirinya wajib membayar zakat.
Demikian pula perak dengan segala mmacamnya dianggap satu jenis dalam perhitungan nishab dan zakatnya. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung dan punggung-punggung mereka diseterika dengannya, seraya diserukan kepada mereka “Inilah balasan dariapa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang.” (at-Taubah: 34-35).
Dalam as-Sunnah terdapat riwayat-riwayat yang shahih dan secara tegas menerangkan kewajiban zakat dari kedua logam mulia ini. Pendapat ini dikuatkan oleh asy-Syaikh Ibnu Baz bersama anggota al-Lajnah ad- Daimah, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, asy-Syaikh al-Albani, dan asy-SyaikhMuqbil al-Wadi’I rahimahumullah, bahwa kedua logam mulia tersebut wajib dizakati secara mutlak sekalipun dalam bentuk perhiasan seperti cincin, kalung, gelang, anting-anting atau giwang.
“Rasulullah masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata ditanganku, maka beliau berkata, “Apa ini wahai Aisyah? Hadits ini dengan adanya syahid (penguat dari riwayat lain) dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam ash-Shahihah no. Hadits ini adalah batil tidak ada asalnya, sebagaimana yang dihukumi oleh al-Baihaqi dalam Ma’rifat as-Sunan wal Atsar dan juga al-Albani rahimahullahdalam al Irwa’ no. Tidak setiap kali hasil menambang dikeluarkan zakatnya, tetapi harus melalui haul (berlalu setahun) dan mencapai nishab.
Tidak dikiaskan (dianologikan) dengan zakat pertanian, yaitu dikeluarkan zakatnya pada setiap kali panen apabila telah mencapai nishab.