Jelaskan Manfaat Zakat Jika Dipandang Dari Segi Sosial. Sebagai seorang muslim, diketahui bahwa membayar zakat merupakan salah satu elemen penting yang bisa ditemukan dalam rukun Islam. Berikut adalah manfaat yang bisa Anda rasakan terhadap diri sendiri ketika membayarkan zakat penghasilan. Dengan terbiasa membayarkan zakat penghasilan, akan timbul perasaan lega berkat kemampuan diri yang bisa membantu orang lain sekaligus menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Sarana pengendalian diri Dengan hati yang bersih berkat rutin membayarkan zakat penghasilan, Anda pun akan lebih mudah mengendalikan diri, terutama dari pengaruh emosi terhadap berbagai macam bentuk penawaran yang dapat membuat pengeluaran Anda membengkak. Karena terbiasa membayarkan zakat penghasilan sebagai salah satu bentuk ibadah, secara perlahan pandangan Anda terhadap kepemilikan atau harta pun akan mengalami penyesuaian. Perlu diketahui juga, dengan rutin membayarkan zakat penghasilan, Anda juga telah berhasil memberikan kontribusi kepada negara dalam membantu mengurangi kemiskinan, karena penyaluran zakat yang tepat sasaran, menyasar pada orang-orang yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan materil.

Selain zakat, ada juga cara lain dalam memberikan atau menyalurkan harta Anda kepada orang yang membutuhkan. Perbedaan yang paling mendasar adalah target penyalurannya, jika zakat, termasuk zakat penghasilan, menyasar untuk dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan memberi kemudahan bagi kehidupan orang sehari-hari, wakaf sifatnya adalah penyerahan harta kepada seseorang atau lembaga yang dipercaya untuk keperluan umat muslim bersama. Selain itu, berbeda dengan zakat penghasilan yang hukumnya wajib, wakaf memiliki hukum sunnah muakad.

Berdasarkan Al Quran, ada 8 golongan manusia yang memiliki hak khusus untuk menerima zakat.

7 Manfaat Puasa dalam Tinjauan Psikologi

Jelaskan Manfaat Zakat Jika Dipandang Dari Segi Sosial. 7 Manfaat Puasa dalam Tinjauan Psikologi

Oleh : Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog. Puasa yang akan kita bahas ini adalah puasa yang dituntunkan agama Islam.

Bila kita melakukannya, maka akan hadir berbagai hal yang positif yang menyehatkan fisik kita, mental kita dan akan menghilang berbagai hal yang negatif yang dapat merusak atau mengganggu kesehatan mental kita. Beberapa di antaranya adalah (1) ketahanan fisik, (2) nilai dan pengalaman keagamaan, (3) nilai sosial, (4) kontrol diri, (5) kreativitas, (6) agresivitas, dan (7) perilaku seks.

Selama waktu tersebut orang yang berpuasa tidak melakukan aktivitas makan dan minum. Defrizal Siregar dan Juriana (2005) meneliti kondisi fisik –khususnya glukosa darah—orang berpuasa yang melakukan aktivitas fisik dan orang berpuasa yang tidak melakukan aktivitas fisik.

Penelitian ini melibatkan 30 (tiga puluh) orang mahasiswa sebagai sample, dengan pembagian 15 orang yang berpuasa dengan kerja fisik dan 15 orang yang berpuasa tanpa kerja fisik. Dari hasil analisis dan uji hipotesis, diperoleh rata-rata kadar glukosa darah orang berpuasa dengan kerja fisik pada pukul 05.00 adalah 94,6 mg/dl, pada pukul 16.00 adalah 86.67 mg/dl.

Sementara itu, rata-rata kadar glukosa darah orang berpuasa tanpa kerja fisik pada pukul 05.00 adalah 89,73 mg/dl sedangkan pada pukul 16.00 adalah 81.13 mg/dl. Terjadi penurunan yang signifikan kadar glukosa darah pada pengukuran jam 05.00 ke pengukuran jam 16.00 dan (2) Terdapat perbedaan selisih kadar glukosa antara kelompok puasa dengan kerja fisik dan puasa tanpa kerja fisik.

Berdasarkan kesimpulan penelitian Defrizal Siregar dan Juriana (2005) ini, diketahui bahwa berpuasa dengan kerja fisik tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap kadar glukosa darah. Kedua: Puasa Meningkatkan Nilai dan Pengalaman Keagamaan. Menurut Eduard Spranger (Sumadi Suryabrata, 2011), nilai hidup yang berkembang dalam diri seseorang dipengaruhi oleh aktivitas latihan yang dilakukan orang tersebut. Salah satu hal terpenting dalam pengetahuan agama adalah strategisnya posisi aktivitas di bulan ramadhan di mata Allah ’Azza wa jalla.

Pengalaman keagamaan digambarkan oleh William James (2004) sebagai ungkapan religius yang tertanam dalam relung sanubari terdalam masing-masing pribadi. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dengan penambahan: ”Semua ibadah anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, (yang dilakukan) untuk-Ku, dan Aku akan memberinya pahala untuknya.” Ada dua kegembiraan untuk orang yang berpuasa: pertama pada saat berbuka (ifthar) puasa, dan kedua pada saat bertemu dengan Tuhannya; pada saat itulah ia akan menemukan keriangan dengan puasanya.”.

Berdasarkan hadis di atas, dapatlah diketahui bahwa salah satu pengalaman yang mungkin diperoleh seseorang adalah pengalaman beragama berupa ”bertemu dengan Tuhan”. Sebuah contoh ungkapan yang disampaikan oleh seorang pengamal ramahan yang intensif adalah suatu muhasabah terhadap diri sendiri yang berupa ”apa yang bisa kita lakukan kepada orang tua kita”. Di samping itu, pada waktu puasa seseorang dianjurkan untuk melakukan ibadah horisontal (memberi makan orang yang berpuasa, memberi infaq, menyerahkan zakat fitrah, menyerahkan zakat mal, mengganti ketidakmampuan berpuasa dengan fidyah, dan sebagainya), maka puasa akan meningkatkan nilai sosial.

Rasulullah sendiri memberi contoh untuk beramal yang sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, disarankan bagi anda yang berminat untuk meneliti: perbedaan nilai hidup orang-orang Islam antara sebelum dan sesudah berpuasa ramadhan, hubungan puasa dengan intensi prososial, hubungan puasa dengan altruisme, dan sebagainya. Kontrol diri, menurut Calhoun dan Acocella (1990), adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari hal yang tidak diinginkan. Tentang bagaimana orientasi keagamaan intrinsik, khususnya berpuasa, berpengaruh terhadap kontrol diri, akan disampaikan dalam penjelasan berikut.

Dalam situasi seperti ini, seseorang menerima stimulus yang mengancam yang berasal dari luar dirinya. Proses latihan yang terus-menerus secara konsisten menghasilkan efek yang relatif menetap, yaitu kontrol diri.

Dalam penelitian yang pernah penulis lakukan, ada seorang kreator Muslim yang mempercayai bahwa di bulan ramadhan ia lebih mudah untuk mendapatkan ide-ide cemerlang. Cara yang ditempuh oleh kreator Muslim adalah dengan menambah wawasan tentang hal yang diminati, di antaranya adalah membaca, terutama buku, namun bisa juga majalah atau bacaan yang lain. Boleh dikatakan bahwa aktivitas utama mereka adalah melakukan usaha secara sengaja untuk penambahan pemahaman atas suatu permasalahan yang mereka minati.

Hal lain yang juga dipandang sebagai cara untuk menghasilkan kreativitas tulisan adalah dengan mengamati dan terlibat secara langsung. Dalam situasi seperti ini yang dapat mereka lakukan adalah mengerjakan aktivitas yang berbeda dari aktivitas kreatif yang biasa merka lakukan. Dalam penelitian yang penulis (Nashori, 2005) lakukan ditemukan bahwa aktivitas lain itu bisa berupa melakukan aktivitas yang menyenangkan (seperti aktivitas bersama keluarga, membuat suasana atau datang dalam suasana baru, berkebun), tapi juga dalam bentuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa jalla.

Aktivitas beribadah (berdoa, puasa, shalat sunnat) adalah aktivitas yang dipandang penting oleh kreator Muslim. Ide akan sampai ke otak kita bila melakukan usaha yang langsung berhubungan dengan Allah, seperti berdoa, shalat, dan berpuasa. Berdasarkan penjelasan di atas, menarik untuk dilakukan penelitian empiris: hubungan intensitas puasa dengan kreativitas.

Agresivitas adalah kecenderungan untuk melakukan perilaku menyakiti orang lain, baik secara fisik ataupun verbal (Baron & Byrne, 2004). Bila seseorang berpuasa, maka ia dilatih untuk mengendalikan diri. Sebuah hadis Nabi mengungkapkan bahwa salah satu yang semestinya dilakukan orang yang berpuasa adalah ”berpuasa berkata-kata yang menyakitkan”. Pengendalian diri yang memiliki frekuensi tinggi ditambah dengan penghayatan yang lebih tinggi (misalnya menghayati bahwa sangatlah kasihan orang yang diejek atau dipermalukan) selama berpuasa akan menjadikan agresivitas atau kecenderungan untuk menyakiti orang lain berkurang. Fakta-fakta yang berkembang dalam kehidupan sosial kita menunjukkan bahwa saat bulan puasa berbagai kekerasan dan agresivitas berkurang. Dengan penjelasan di atas, disarankan agar bisa dilakukan penelitian psikologi yang dapat mengungkap pengaruh puasa terhadap penurunan agresivitas.

Dalam situasi demikian, dapatkah puasa menurunkan dorongan seks? Istirahtnya perut manusia saat berpuasa menjadikan nafsu atau dorongan seks mengalami penurunan. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merekomendasikan untuk melakukan penelitian hubungan antara puasa dan penurunan kecenderungan perilaku seks.

Dalam H.N. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Kiat-kiat Menjadi Penulis Muslim Kreatif.

Dalam H. Fuad Nashori dkk (eds), Prosiding Temu Ilmiah Nasional Psikologi Islami I. Yogyakarta: PP API, Penerbit Insania Cit, dan Fakultas Psikologi UII. Penulis: Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog.

Solusi Ekonomi dan Keuangan Islam Saat Pandemi COVID-19

Jelaskan Manfaat Zakat Jika Dipandang Dari Segi Sosial. Solusi Ekonomi dan Keuangan Islam Saat Pandemi COVID-19

Solusi Ekonomi dan Keuangan Islam Saat Pandemi COVID-19. Dalam kajian teori ilmu ekonomi, physical distancing atau pengetatan dan pembatasan aktifitas masyarakat akan berakibat pada penurunan Agregat Supply (AS) dalam perekonomian yang berdampak pada penurunan jumlah produksi atau quantitiy (Q). Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model filantropi dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah.

Pertama, penyaluran bantuan langsung tunai yang berasal dari zakat, infak dan sedekah, baik yang berasal dari unit-unit pengumpul zakat maupun dari masyarakat. Di tengah-tengah krisis, tidak sedikit sektor usaha atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berjuang agar tetap eksis. Oleh karena itu, pemberian modal pada usaha dijadikan sebagai sarana mengurangi dampak krisis.

Pemberian permodalan dari perbankan/lembaga keuangan syariah ini perlu didukung dan dikuatkan dengan pendampingan sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Kelima, selain dari sektor perbankan syariah dan qardhul hasan, sebagian dana yang dikumpulkan oleh unit-unit atau organisasi pengumpul zakat, khususnya yang ada di daerah, dapat digunakan untuk memperkuat usaha UMKM.

Menyelamatkan kelompok UMKM yang krisis atau terancam bangkrut karena terkena dampak ekonomi dari wabah COVID-19, dapat dikategorikan sebagai golongan asnaf (penerima zakat), yaitu sebagai kelompok miskin, berjuang di jalan Allah (fii sabilillah), atau orang yang berhutang (gharimin). Pada akhirnya, jika program-program di atas, khususnya bantuan langsung tunai, zakat, infak, wakaf, atau CSR, baik untuk masyarakat maupun sektor usaha atau UMKM, betul-betul dapat digalakkan, maka upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kembali aggregate demand dan aggregate supply ke kanan (dalam kurva demand and supply) diikuti dengan pembangunan pasar daring yang fokus kepada UMKM yang mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga surplus ekonomi terbentuk kembali dan membantu percepatan pemulihan ekonomi.

Related Posts

Leave a reply