Hukum Menerima Zakat Dari Non Muslim. Menurut pandangan Imam Abu Hanifah dan muridnya Muhammad, dibolehkan memberikan zakat fitrah kepada non-Muslim dzimmi yang fakir. وهل يجوز صرفها إلى أهل الذمة؟ قال أبو حنيفة ومحمد يجوز، لقوله تعالى: (إن تبدوا الصدقات فنعما هي، وإن تخفوها وتؤتوها الفقراء، فهو خير لكم، ويكفر عنكم من سيئاتكم) من غير تفرقة بين فقير وفقير، وعموم هذا النص يقتضي جواز صرف الزكاة إليهم، إلا أنه خص منه الزكاة لحديث معاذ، وقوله تعالى في الكفارات (فكفارته إطعام عشرة مساكين) من غير تفرقة بين مسكين ومسكين، إلا أنه خص منه الحربي بدليل حتى لا يكون ذلك إعانة لهم على قتالنا، ولأن صرف الصدقة إلى أهل الذمة من باب إيصال البر إليهم، وما نهينا عن ذلك. Abu Hanifah dan Muhammad menyatakan boleh, karena firman Allah, ‘Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali.
Ayat ini tidak membedakan status agama fakir yang menerima zakat, keumuman nash ini menuntut dibolehkannya berzakat kepada non-Muslim, hanya dari dalil tersebut dikecualikan zakat mal karena haditsnya sahabat Mu’adz, dan berdasarkan ayat tentang kafarah, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. فالكفار ضربان (أحدهما) من يرجى إسلامه فيعطى لتقوى نيته في الاسلام وتميل نفسه إليه فيسلم فان النبي صلى الله عليه وسلم يوم فتح مكة أعطى صفوان بن أمية الامان واستصبره صفوان أربعة أشهر لينظر في أمره وخرج معه إلى حنين، فلما أعطي النبي صلى الله عليه وسلم العطايا قال صفوان: مالي؟ فأومأ النبي صلى الله عليه وسلم إلى واد فيه إبل محملة فقال " هذا لك " فقال صفوان هذا عطاء من لا يخشى الفقر (والضرب الثاني) من يخشى شره فيرجى بعطيته كف شره وكف شر غيره معه.
فروى ابن عباس أن قوما كانوا يأتون النبي صلى الله عليه وسلم فان أعطاهم مدحوا الاسلام وقالوا هذا دين حسن، وإن منعهم ذموا وعابوا. وأما ما سوى الزكاة من صدقة الفطر والكفارات والنذور، فلا شك في أن صرفها إلى فقراء المسلمين أفضل؛ لأن الصرف إليهم يقع إعانة لهم على الطاعة.
“Adapun selain zakat dari sedekah fitri, kafarat dan nadzar, tidak diragukan lagi mengalokasikannya kepada orang Islam yang fakir lebih utama, sebab memberikan kepada mereka dapat membantu mereka melakukan ketaatan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu , juz 3, halaman 310).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para ulama berbeda pendapat tentang menetapkan hukum bagi orang kafir yang dianggap muallaf dalam menerima zakat. Benarkan orang kafir yang hampir Islam boleh menerima zakat? Dalam buku Tahunan Jadi Muallaf karya Luky Nugroho disebutkan, sebagian ulama fikih ada yang membolehkan praktik pendistribusian zakat kepada mereka-mereka yang berstatus kafir atau non-Muslim.
Di mana sebelum mendistribusikan zakat, terlihat indikasi-indikasi bahwa mereka diberikan bagiannya dari harta zakat maka potensi untuk memeluk agama Islam sangat besar. Ini bukan praktik tanpa dasar, sebab Rasulullah SAW sendiri pernah melakukannya. Yakni ketika beliau pernah memberikan dari sebagian harta ghanimah perang Hunain kepada Al-Aqra bin Habis dan Uyainah bin Hishn yang saat itu masih berstatus kafir. Tak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah memberikan 300 ekor unta kepada Shafwan bin Umayyah.
Bahkan ada seorang kafir yang sangat membenci Nabi, namun karena diperlakukan baik oleh Nabi sampai-sampai diberikan hadiah, maka ia pun masuk Islam dan melontarkan pujian kepada Rasulullah SAW dan Islam. Kalangan pertama membolehkan, yakni para ulama yang berasal dari madzhab Maliki dan Hambali.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. Preview Text (PANDANGAN IMAM ABU HANIFAH TENTANG ZAKAT UNTUK NON-MUSLIM).
Download (7MB) | Preview Text (PANDANGAN IMAM ABU HANIFAH TENTANG ZAKAT UNTUK NON-MUSLIM). Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima’iyah, artinya ibadah di bidang harta yang memiliki kedudukan sangat penting dalam membangun masyarakat. Dalam surat at-Taubah ayat 60 disebutkan delapan golongan yang berhak menerima zakat.
Sebagian ulama melarang untuk memberikan zakat pada non-muslim, akan tetapi Imam Abu Hanifah membolehkan untuk memberikan zakat fitrah pada non-muslim golongan dzimmi. Berbeda dengan zakat mal yang tidak diperbolehkan sedikitpun diberikan pada non-muslim.
Jenis penelitian ini adalah library research dengan pendekatan hermeneutika hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberikan zakat untuk non-muslim, ialah suatu kesejahteraan.
Demi kemaslahatan bersama, maka zakat fitrah boleh diberikan untuk non-muslim.
Ketika mereka menerima dakwah dan masuk Islam, mereka diperintahkan membayar zakat yang diambil dari orang kaya kaum muslimin dan dibagikan kepada orang miskin dari kaum muslimin. ﻓﺈﻥ ﺃﻃﺎﻋﻮﻙ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﺄﻋﻠﻤﻬﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻓﺘﺮﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﺗﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺃﻏﻨﻴﺎﺋﻬﻢ ﻓﺘﺮﺩ ﻓﻲ ﻓﻘﺮﺍﺋﻬﻢ.
ﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺳﻠﻔﺎً ﻭﺧﻠﻔﺎً ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺩﻓﻊ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻠﻔﻘﻴﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺴﻜﻴﻦ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ. “Jumhur ulama salaf (dahulu) dan khalaf (sekarang) berpendapat tidak boleh memberikan zakat kepada fakir atau miskin dari orang kafir.” [Al-Majmu’ 6/228).
Hukum asalnya adalah lebih baik (afdalnya) zakat itu diberikan kepada yang berhak (mustahiq) tempat kita tinggal. ﻧﻘﻞ ﺻﺪﻗﺔ ﺍﻟﻔﻄﺮ ﺇﻟﻰ ﺑﻼﺩ ﻏﻴﺮ ﺑﻼﺩ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺧﺮﺟﻬﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﺤﺎﺟﺔ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻐﻴﺮ ﺣﺎﺟﺔ ﺑﺄﻥ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﻣﻦ ﻳﺘﻘﺒﻠﻬﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ.
“Jangan berikan zakat kepada Yahudi atau Nashrani kecuali tidak engkau temui yang lainnya (dari kaum muslimin)”[Al-Mushannaf 2/401]. Zakat yang boleh diberikan kepada orang kafir adalah golongan “muallafatu qulubuhum” yaitu orang yang dilunakkan hatinya dan diharapkan masuk Islam dari para pemimpim dan pembesar, sehingga menjadi contoh bagi kaumnya untuk masuk Islam. “Adapun zakat, tidak boleh (diberikan kepada orang kafir) kecuali golongan muallafatu qulubuhum (yang dilunakkan hatinya) seperti para pemimpin dan pembesar kaum, atau manusia yang diharapkan masuk Islam, atau mencegah kejahatan mereka pada kaum muslimin.” [Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/14672].
Meskipun berbeda-beda agama, masyarakat Indonesia sudah biasa saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Namun, bagaimana hukumnya jika umat Islam menerima sumbangan dari non-Muslim untuk membangun Masjid?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu mengetahui terlebih dulu sejarah Nabi Muhammad Saw saat berada di Makkah. Seperti dikutip dari buku M. Quraish Shihab Menjawab, Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya berada di Makkah selama 13 tahun.
Menurut M Quraish, hal ini karena kaidah-kaidah umum dalam Islam membenarkan segala bentuk transaksi dan akad-akad keuangan antara kaum Muslim dengan selain mereka. M Quriash mengatakan, kebolehan ini tentu selama tidak ada dampak negatif dari muamalah itu, baik dalam bentuk dugaan keras membenarkan atau merestui ajaran yang sesat maupun merugikan umat.
BincangSyariah.Com – Selama ini, umumnya zakat diberikan kepada orang-orang muslim saja, terutama dari kalangan orang-orang miskin. Namun, bagaimana hukum memberikan zakat pada non-muslim yang miskin, apakah boleh?
Para ulama berbeda pendapat mengenai kebolehan memberikan zakat kepada non-muslim, meskipun dia berstatus sebagai orang miskin. ولايجوز دفع شئ من الزكوات الي كافر سواء زكاة الفطر وزكاة المال وهذا لا خلاف فيه عندنا.
Dalam kitab Al-Majmu, Imam al-Nawawi menyebutkan dengan lengkap perbedaan para ulama mengenai masalah ini. قال ابن المنذر: أجمع كل من نحفظ عنه من أهل العلم أن الذمى لا يعطى من زكاة الأموال شيئا، واختلفوا فى زكاة الفطر فجوزها أبو حنيفة، وعن عمرو بن ميمون وغيره أنهم كانوا يعطون منها الرهبان، وقال مالك والليث وأحمد وأبو ثور لا يعطون، ونقل صاحب البيان عن ابن سيرين والزهرى جواز صرف الزكاة إلى الكفار. Ibnu Al-Munzir berkata; Ulama telah sepakat bahwa tidak boleh memberikan zakat harta kepada non-muslim. Hal ini sebagaimana telah dilakukan oleh Amr bin Maimun dan lainnya.
Imam Malik, Al-Laist, Ahmad dan Abu Tsaur mengatakan tidak boleh memberikan zakat fitri kepada non-muslim. Pengarang kitab Al-Bayan menukil dari imam Ibnu Sirin dan Al-Zuhri mengenai kebolehan memberikan zakat kepada non-muslim.
Maksudnya adalah dengan hadiah dapat menumbuhkan rasa welas asih serta menjauhkan permusuhan. Imam Malik telah meriwayatkan dari ‘Atha` bin Abdillah al-Khurasani, ia berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, Hendaknya kalian saling bersalaman maka kedengkian akan sirna, dan hendaknya kalian saling memberi hadiah maka kalian akan saling menyayangi satu sama lainnya dan permusuhan akan sirna”. Mengenai hal itu, Imam Bukhari menuliskan dalam kitab shahih-nya secara khusus tentang bab "kebolehan menerima hadiah dari non muslim". Pada bab tersebut, Imam Bukhari menyampaikan beberapa hadits tentang bolehnya menerima hadiah dari non muslim, di antaranya adalah sebagai berikut:. Artinya: "Di dalam hadits tersebut mengandung pengertian kebolehan menerima hadiah dari orang kafir. Sebab, Salman al-Farisi ketika memberikan hadiah kepada Rasulullah saw belum masuk Islam.
Ia masuk Islam setelah mengentahui tiga tanda kenabian yaitu penolakan Rasulullah saw terhadap shadaqah (zakat), memakan hadiah, dan khatam an-nubuwwah. Dalam hadits tersebut, mengisahkan bahwa Salman Al-Farisi pernah memberikan hadiah kepada Rasulullah Saw., berupa kurma basah.
Pada saat memberikan hadiah itu, dirinya belum masuk Islam dan Rasulullah pun tetap menerimanya.