Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Suara.com - Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri menjadi momen penting dan perayaan yang membahagian bagi umat muslim. Menjadi sebuah tradisi yang begitu kental, dan telah menjadi hal wajib dijalankan secara turun temurun akan sangat dirindukan dan beberapa terpaksa tidak bisa dilakukan tahun ini karena pandemi virus corona.

Tak hanya itu, Idul Fitri juga merupakan momen silaturahim dengan keluarga dan kerabat . Namun tradisi ini berkembang sehingga hari raya lebaran identik dengan baju baru. Maka tak heran bila pusat-pusat perbelanjaan akan begitu padat pengunjung mulai dua minggu sebelum hari lebaran tiba. Warga melakukan ziarah kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat, Minggu (19/4). Biasanya hal ini dilakukan selepas salat Idul Fitri atau di pagi hari Lebaran pertama.

6 Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, Selalu Dirindukan

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. 6 Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, Selalu Dirindukan

Liputan6.com, Jakarta Tradisi hari raya idul fitri di Indonesia menjadi momen yang begitu ditunggu tiap tahunnya. Sama seperti negara lainnya, Indonesia memiliki tradisi hari raya idul fitri sendiri. Tradisi hari raya idul fitri menjadi salah satu hal yang paling dirindukan. Keriuhan tradisi hari raya idul fitri menjadi salah satu hal yang paling dirindukan.

Namun ada beberapa tradisi hari raya idul fitri yang meluas dan dilakukan di seluruh Nusantara. Berikut tradisi hari raya idul fitri di Indonesia yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (10/6/2019).

Makna Hari Raya Kupatan

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Makna Hari Raya Kupatan

Tradisi umum yang dilakukan antara lain, mudik, berkumpul bersama keluarga, silaturahmi dengan tetangga dan kerabat serta bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR). Bahkan di Indonesia sendiri, beberapa daerah juga memiliki tradisinya masing-masing dalam merayakan Hari Raya Lebaran.

Kupatan merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. Umumnya, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Untuk pelaksanaannya, biasa dilakukan di suatu tempat seperti masjid atau musholla, lalu warga setempat dapat membawa hidangan yang akan disantap bersama. Hidangan yang dibawa didominasi dengan ketupat serta sayur sebagai pelengkapnya, seperti opor ayam dan lain-lain.

Hal ini menandakan kita sebagai manusia biasa pasti tak lepas dari kesalahan dengan sesama. Maka dari itu, dengan adanya kupatan setahun sekali ini, harapannya kita bisa saling memaafkan. Secara keseluruhan ketupat memiliki banyak makna sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat Jawa.

Namun hakikatnya sama, Lebaran Kupatan sebagai bentuk perayaan untuk saling memaafkan segala kesalahan dan melimpahkan kebaikan sesama.

Idulfitri: Tradisi Unik yang Sementara Terhenti

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Idulfitri: Tradisi Unik yang Sementara Terhenti

Idulfitri sendiri di Indonesia hadir tidak hanya sekadar momentum perayaan hari besar keagamaan. Maka tak mengherankan bila ada begitu banyak ragam ekspresi menyambut hari suka cita umat Muslim ini.

Mereka diajak berkeliling melintasi persawahan dan pemukiman, untuk kemudian disuguhkan di tempat puasa bersama. Saat malam datang, acara bisa berlanjut ke mengaji bersama dan atau lomba membaca Alquran.

Sayangnya, sebagai dampak COVID-19, Pemerintah Kota Pontianak secara resmi meniadakan terlebih dahulu tradisi unik ini. Disebutkan, tradisi ini merupakan wujud syukur Keraton setelah melewati puasa Ramadan. Namun sebagai bentuk pencegahan COVID-19, pihak Keraton pada tahun ini meniadakan Grebeg Syawal dan menggantinya dengan membagikan ubarampe, berupa 2.700 tangkai rengginang.

Sejarah Perayaan Idul Fitri dari Zaman Nabi Muhammad Hingga Kini

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Sejarah Perayaan Idul Fitri dari Zaman Nabi Muhammad Hingga Kini

KHAZANAH ISLAM – Perayaan Idul Fitri bagi umat Muslim nampaknya seperti hal wajib yang tidak boleh terlewatkan. Bermaaf-maafan, berbagi hadiah, hingga bersilaturahim ke sanak saudara dan kolega merupakan bagian dari perayaan tersebut. Hal itu terbukti bagaimana antusiasnya Rasulullah SAW dalam menyambut Idul Fitri, namun tentu saja beliau tidak menanggalkan syariat agama atau berlebih-lebihan atas sesuatu. Minum-minuman memabukkan, menari, adu ketangkasan termasuk salah satu ritual dalam perayaan kedua hari raya tersebut. Segala kebaikan yang tercurah dari jiwa-jiwa umat Muslim selama Ramadhan, sejatinya sangat terasa pada hari raya Idul Fitri bagi semua elemen. Sehingga bisa dikatakan, perayaan Idul Fitri dapat melingkupi kebahagiaan bagi seluruh umat Muslim dari berbagai kalangan.

Sedangkan Ege Yayinlari dalam Discover Islamic Art in the Mediterranean menyebutkan, para sultan Dinasti Mamluk (1250-1517 Masehi) di Mesir membagikan pakaian, hadiah, dan uang kepada masyarakat saat perayaan Idul Fitri. Sedangkan semasa periode Kesultanan Ottoman di Turki, ada tradisi membunyikan meriam setiap malam 1 Syawal dalam menyambut Idul Fitri. Sehingga bukan hal sulit bagi masyarakat Jawa ketika itu mengikuti apa yang diajarkan Sunan Kalijaga. Hadits of The Day Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta bersungguh-sungguh menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya.

Begini Sejarah dan Filosofi Tradisi Idul Fitri di Indonesia, Wajib Tahu!

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Begini Sejarah dan Filosofi Tradisi Idul Fitri di Indonesia, Wajib Tahu!

Setiap tahunnya, masyarakat Indonesia mempunyai tradisi yang secara tidak sadar dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri, seperti budaya sungkeman, halal bihalal, dan berkirim kartu lebaran. Awal mula tradisi Idul Fitri di Indonesia diceritakan oleh seorang budayawan Dr. Umar Khayam seperti yang tertuang dalam buku tulisan Arif Yosodipuro berjudul Buku Pintar Khatib dan Khotbah. Menurutnya tradisi lebaran merupakan akulturasi budaya Jawa dan Islam.

Pada saat itu, para ulama di Jawa menggabungkan kedua budaya tersebut guna menjaga kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Hingga akhirnya tradisi itu meluas ke seluruh wilayah di Indonesia, bahkan melibatkan berbagai pemeluk agama.

Sebagai contoh, setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri, tidak ada tradisi berjabatan tangan secara bersama-sama untuk saling memaafkan di negara-negara Islam Timur Tengah dan Asia (di luar Indonesia). Berjabatan tangan secara sporadis yang dilakukan hanyalah sebagai simbol keakraban.

Menurut Umar, kata 'ngapura' ini berasal dari serapan bahasa Arab, yakni 'ghafura'. Berangkat dari situ lah, para ulama di Jawa hendak mewujudkan salah satu tujuan dari puasa Ramadhan, yaitu menghapus dosa-dosa di waktu yang lampau. Mereka berpendapat saat Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk saling meminta maaf kesalahan masing-masing secara bersamaan.

Serba-serbi Meugang Tradisi Unik di Aceh Menjelang Ramadhan

Tradisi Yang Dilakukan Pada Waktu Idul Fitri Adalah. Serba-serbi Meugang Tradisi Unik di Aceh Menjelang Ramadhan

Semua biayanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam (Hasjimy, 1983:151). Denys Lombard dalam bukunya “Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda” menyebutkan adanya upacara meugang di Kerajaan Aceh Darussalam, bahkan menurutnya, disana ada semacam peletakan karangan bunga di makam para sultan (Lombard:2007:204-205).

Ada yang menyebutkan bahwa perayaan meugang ini dilaksanakan oleh Sultan Iskandar Muda sebagai wujud rasa syukur raja menyambut datangnya bulan Ramadhan, sehingga dipotonglah lembu atau kerbau, kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada rakyat. Setelah perang dan masuk penjajah Belanda, tradisi tersebut juga masih dilakukan yang dikoordinir oleh para hulubalang sebagai penguasa wilayah.

Begitulah hingga saat ini tradisi meugang terus dilestarikan dan dilaksanakan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam kondisi apapun (Iskandar, 2010:49). Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh terbiasa menikmati makanan dari sungai maupun laut, maka menyambut hari istimewa yaitu hari Meugang, masyarakat Aceh merasa daging sapi atau lembu yang terbaik untuk dihidangkan.

Jalan T Nyak Arief meliputi kawasan Lingke, Lamyong, Pasar Rukoh dan Kopelma Darussalam. Nilai kebersamaan inilah yang ingin ditanamkan oleh para leluhur melalui tradisi meugang. Apalagi bagi seorang pengantin baru akan menjadi hal yang memalukan sekaligus aib jika tidak membawa pulang daging ke rumah mertuanya.

Related Posts

Leave a reply