Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Bahkan salah satu keistimewaannya, sebagian umat Muslim mungkin ada yang menganggap bulan Muharram sebagai lebarannya anak yatim. Ya, ada anggapan bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari lebaran untuk anak yatim. Seperti dikutip dari Republika, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis memberi penjelasan. Kiai Cholil memaparkan, keidentikkan bulan Muharram dengan lebaran anak yatim didasarkan pada sebuah hadis yang disebut dalam kitab Tanbighul Ghafiliin.

"Penyebutan tanggal 10 Muharram sebagai lebaran anak yatim karena ada hadis yang disebutkan dalam kitab Tanbighul Ghafiliin. Hadis tersebut menyampaikan, siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyuro atau tanggal 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan oleh Allah SWT. Sebagian ulama bahkan memberi penilaian bahwa hadis itu maudhu alias palsu.

Mengapa Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim? Ini Kata Pakar

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Mengapa Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim? Ini Kata Pakar

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, menjelaskan mengapa bulan Muharram identik dengan lebaran anak yatim. Menurutnya, anggapan tersebut sebetulnya didasarkan pada sebuah hadis yang antara lain terdapat di kitab Tanbih al-Ghafilin. Dalam hadis tersebut disebutkan, Rasulullah bersabda, ”Man masaha yadihi ala ra'si yatiim yaum Asyura rafa'allahu ta'ala bi kulli sya'ratin darajah," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (2/9).

Hadis tersebut, lanjut Cholil, menjelaskan bahwa siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyura atau 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan Allah SWT. Maka, hari baik Asyura itu dipakai sebagai momentum untuk menyantuni anak yatim.

Hadis tersebut untuk mengasah akhlak umat Muslim agar senantiasa memberi kasih sayang kepada anak yatim. "Sehingga, dengan hadis tadi yang ada di dalam kitab itu, kita diajari dan dimotivasi untuk menyantuni anak yatim," imbuhnya.

Lebaran Anak Yatim di Tanggal 10 Muharram, Ini Penjelasan Ulama

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Lebaran Anak Yatim di Tanggal 10 Muharram, Ini Penjelasan Ulama

Momentum 10 Muharram dijadikan sebagai Idul Yatama, berdasarkan anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari tersebut. Di mana pada tanggal tersebut, Beliau menjamu dan bersedekah bukan hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya. Dari ayat ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa di antara kebaikan yang disebutkan langsung oleh Allah SWT, adalah bersedekah kepada anak yatim. Dengan demikian, menyantuni dan merawat anak yatim adalah salah satu syariat yang sangat ditekankan karena sampai disebutkan dasarnya dalam Al-Quran. Selama itu merupakan perbuatan yang baik bahkan ada anjurannya dalam agama, maka ia bisa dilakukan kapan saja, termasuk menyantuni anak yatim. Para ulama juga mencoba mengelaborasi apa sebenarnya maksud dari "mengusap kepala anak yatim" (dalam kitab Tanbihul Ghafilin) sehingga ia memiliki pahala yang besar di sisi Allah.

Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari, menyebutkan bahwa mengusap kepala anak yatim memang memiliki keutamaan dan tidak terikat hari Asyura saja. Ia menyebutkan bahwa ada riwayat dari Abu Hurairah r.a. yang disebutkan oleh Imam Ahmad tentang ini.

Lebaran Anak Yatim 10 Muharam dan Amalan yang Bisa Dilakukan

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Lebaran Anak Yatim 10 Muharam dan Amalan yang Bisa Dilakukan

Pada bulan Muharram, terdapat dua hari istimewa yang bisa dijadikan ladang amal oleh umat Islam di seluruh dunia. Salah satunya tertuang dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As Samarqandi.

Berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan. Nabi Musa AS dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir'aun di Laut Merah.

Bertepatan pada tanggal ini, umat Islam dapat mendulang amalan baik dengan melakukan sejumlah hal. Salah satu di antaranya yakni memuliakan anak yatim dengan memberi bantuan, pendidikan, biaya hidup dan mengusap kepalanya.

Mengapa 10 Muharram Dikatakan Lebaran Anak Yatim

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Mengapa 10 Muharram Dikatakan Lebaran Anak Yatim

tanggal 10 Muharram seolah menjadi tanggal dan bulannya anak yatim. IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Muslim Indonesia sering merayakan lebaran anak yatim pada tanggal 10 Hijriah/Muharram. Perayaan tersebut ada yang menentang tetapi tidak sedikit pula yang melestarikan. "Kalau Indonesia memang ramai budaya seperti ini, hampir setiap masjid serta majlis taklim mengadakan perayaan tahun baru Islam, disertai di dalamnya santunan anak yatim. Baca Selengkapnya di ihram.co.id.

Apa Maksud Hari Asyura 10 Muharram Disebut Sebagai Hari Raya

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Apa Maksud Hari Asyura 10 Muharram Disebut Sebagai Hari Raya

Rembang Bicara - Informasi mengenai maksud hari Asyura 10 Muharram diperingati pula sebagai Hari Raya atau Lebaran Anak Yatim (Idul Yatama) dapat dibaca di dalam artikel ini. Sebab di dalam hari Asyura terdapat berbagai macam peristiwa dahsyat yang diciptakan oleh Allah Ta'ala dan juga peristiwa yang dialami oleh Nabi dan Rasul. Baca Juga: Catat 12 Amalan Sunnah Hari Asyura yang Pahalanya Berlipat Ganda, Ada Menambah Nafkah Keluarga dan Mandi Suro.

Dalam kitab Ianatut Thalibin, di antara peristiwa dahsyat tersebut adalah Allah Ta'ala menciptakan dunia dan menciptakan Arsy-Nya. Salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada hari Asyura yaitu bersedekah dan mengusap kepala anak yatim.

Sehingga dari amalan tersebut muncul penyebutan lain untuk hari Asyura sebagai Idul Yatama atau hari rayanya anak yatim bani Adam. Baca Juga: Tata Cara Berpuasa di Bulan Muharram Sesuai Beragam Versi Ulama Salaf: Puasa 1 Suro Serta Tasu'a dan Asyuro.

10 Muharram Yang Kerap Disebut Hari Lebaran Anak Yatim, Ini

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. 10 Muharram Yang Kerap Disebut Hari Lebaran Anak Yatim, Ini

1 Muharram merupakan hari pertama di tahun hijriah yang menandai peristiwa hijrahnya nabi dari Mekah ke Madinah. Sedangkan tanggal 10 Muharram dipercaya sebagai hari terjadinya berbagai peristiwa besar pada masa para nabi terdahulu.

Salah satu keistimewaan lain dari 10 Muharram adalah sebutan yang disematkan padanya yakni lebarannya anak yatim. Nah, terkait hal ini, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, menjelaskan mengapa bulan Muharram identik dengan lebaran anak yatim.

Menurutnya, anggapan tersebut sebetulnya didasarkan pada sebuah hadis yang antara lain terdapat di kitab Tanbih al-Ghafilin. Hadis tersebut, lanjut Cholil, menjelaskan bahwa siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyura atau 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan Allah SWT.

“Sehingga, dengan hadis tadi yang ada di dalam kitab itu, kita diajari dan dimotivasi untuk menyantuni anak yatim,” jelasnya.

Lebaran Anak Yatim, Buya Yahya: Anak Yatim Makannya Tidak

Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim. Lebaran Anak Yatim, Buya Yahya: Anak Yatim Makannya Tidak

SEPUTARTANGSEL.COM – Selain puasa, pada bulan Muharram ada tradisi lain bagi umat muslim di Indonesia, yaitu lebaran anak yatim. Baca Juga: Ahli Virus Wuhan: Mutasi Corona Varian Baru Dapat membunuh Lebih dari Sepertiga yang Terinfeksi.

“Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap oleh tangannya.” (Hadits ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin). Namun menurut banyak ulama, hadist di atas dan yang sejenis termasuk dhaif atau lemah.

Ahmad Zarkasih dalam bukunya yang berjudul ‘Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi’ juga menyatakan demikian.’. Baca Juga: Deddy Corbuzier Umumkan Tak Lagi Pakai Sosial Media dan Podcast, Ada Apa?

Related Posts

Leave a reply