Tuntunan Sholat Idul Fitri Nu. Perempuan yang sedang menstruasi memang dilarang untuk shalat tapi ia dianjurkan turut mengambil keberkahan momen tersebut dan merayakan kebaikan bersama kaum muslimin lainnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri ( munfarid ) di rumah ketimbang tidak sama sekali.
Pertama, shalat id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak'ataini”. Yang wajib adalah ada maksud secara sadar dan sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan shalat sunnah Idul Fitri.
Sebelumnya shalat dimulai tanpa adzan dan iqamah (karena tidak disunnahkan), melainkan cukup dengan menyeru "ash-shalâtu jâmi‘ah". Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya.
Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Fitri terlebih dahulu hingga rampung.
Perempuan yang sedang menstruasi memang dilarang untuk shalat tapi ia dianjurkan turut mengambil keberkahan momen tersebut dan merayakan kebaikan bersama kaum Muslimin lainnya. Sejak disyariatkan pada tahun kedua hijriah, Rasulullah tidak meninggalkannya hingga beliau wafat, kemudian ritual serupa dilanjutkan para sahabat. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali. Shalat id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak'ataini”.
Yang wajib adalah ada maksud secara sadar dan sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan shalat sunah Idul Fitri. Sebelumnya shalat dimulai tanpa adzan dan iqamah (karena tidak disunahkan), melainkan cukup dengan menyeru "ash-shalâtu jâmi‘ah".
Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak 5 kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya. Setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Fitri terlebih dahulu hingga rampung.
Oleh karena itu kami menyiapkan lafal niat shalat Idul Fitri secara berjamaah berikut ini. Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā. Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”. Adapun berikut ini adalah lafal niat yang dibaca oleh makmum shalat Idul Fitri. Ushalli sunnatan li Idil Fitri rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā. Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”.
Lafal niat shalat ini dikutip dari pelbagai sumber, yaitu Kitab Irsyadul Anam karya Sayyid Utsman bin Yahya (1822 M-1913 M) dan Perukunan Melayu dengan penyesuaian sejumlah redaksional. Shalat Id disyariatkan khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain , [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 106).
Salah satu anjuran umat Muslim pada hari Idul Fitri adalah melaksanakan shalat id. Hukum shalat ini adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) sejak disyariatkanya pada tahun kedua hijriah. Rasulullah selalu melaksanakannya hingga beliau wafat dan dilanjutkan oleh umatnya sampai sekarang. Hal ini untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah.
Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ. Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”. Membaca doa ifititah, kemudian disunnahkan untuk tabir sebanyak tujuh kali.
Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar. Setelah itu disunnahkan untuk membaca surat Al-A’la, lalu dilanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
Lalu lanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Pada sholat Idul Fitri, bilal idul fitri atau muraqqi tidak dianjurkan untuk mengumandangkan lafal adzan dan lafal iqamah. Tetapi bilal atau muraqqi dianjurkan untuk menyeru dengan lantang “as-shalāta(u) jāmi‘ah.”.
Adapun keterangan terkait seruan Bilal Sholat Idul Fitri dapat ditemukan pada Kitab Al-Muhadzdzab dan syarahnya Al-Majmu’. Inilah tata cara dan bacaan Bilal Idul Fitri yang berhasil dihimpun oleh redaksi:.
Shollu sunnata li’idil fitri rok’ataini jaami’ata rohimakumulloh 2x Ashshalaata Jami’ah. Yaa ma’asyirol muslimiina zumrotal mu’miniina rohimakumulloh, I’lamu Anna Yaumakum Haadzaa yaumu ‘iidil fitri wa yaumus suruuri, Wa yaumul maghfuuri, Ahalallahullohulakum fiihitho’amu, wa haroma ‘alaikum fiihis shiyam, Idzaa Sho’idal Khotiibu ‘alal minbari, Anshituu was ma’u wa ati’u rohimakumulloh, Anshituu wasma’u wa ati’u rohimakumulloh, anshitu la’alakum turhamun. Baca Juga : Bacaan Bilal Sholat Idul Adha.
Umat Muslim pun dianjurkan melakukan berbagai amalan, seperti membayar Zakat Fitrah dab Salat Ied, saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Salat Ied sendiri hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) sejak disyariatkanya pada tahun kedua hijriah. Rasulullah selalu melaksanakannya hingga beliau wafat dan dilanjutkan oleh umatnya sampai sekarang. Hanya, ada beberapa tambahan teknis yang sifatnya sunnah.
Berbeda dari shalat Idul Adha yang dianjurkan mengawalkan waktu untuk memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian salat id, salat Idul Fitri disunnahkan memperlambatnya. Hal ini untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah. Baca juga: Ini Syarat Ikut Salat Idul Fitri di Balai Kota Surabaya. Berikut adalah tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana dikutip dari NU Online:. Pertama adalah niat shalat Idul Fitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (membaca Allâhu akbar), dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya. Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”.
Karena shalat yang hanya dilakukan dua kali dalam setahun ini masih banyak kaum muslimin yang lupa akan bacaan, niat, dan tata cara shalat idul fitri. Atas dasar itu dalam artikel ini akan dibahas mengenai hal tersebut. Berikut adalah tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana pernah dipublikasikan NU Online dalam tulisan berjudul Tata Cara Sholat Idul Fitri, Lengkap dengan Niat dan Artinya. Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”.
Kebersihan dan kesehatan diri menjadi prioritas utama yang mesti diperhatikan dengan seksama. Tak hanya itu, dalam hal beribadah pun kita mengalami adaptasi perubahan. Kita bisa menjalankan Shalat Idul Adha berjamaah atau sendiri (Munfarid) dirumah masing-masing. Shalat Id disyariatkan khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 106).
Jadi, shalat Idul Adha tetap sah meski dilakukan tanpa khutbah. Ushalli sunnatan li Idil Adhā rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman/ma’mūman lillāhi ta‘ālā. Artinya, “Aku menyengaja sholat sunnah Idul Adha dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”. Duduk istirahat sejenak (selama bacaan subhānallāh) sebelum bangun untuk melaksanakan rakaat kedua.
Adapun berikut ini adalah zikir yang dibaca saat jeda antara takbir:.
Perbedaan ini perlu kita ingat, karena pelaksanaan masing-masing shalat Id hanya satu tahun sekali, sehingga dikhawatirkan lupa. Shalat Id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya.
Diilansir dari NU Online Tata Cara Shalat Idul Adha, berikut tata cara dan shalat Id secara tertib sebagaimana disarikan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus. Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama.
Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allahu akbar” seperti sebelumnya. Diantara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua di atas. Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga rampung.
Salah satu amaliah yang dianjurkan di hari raya (Idul Fitri/Idul Adha) adalah mandi sunnah sebelum shalat Id. Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjuduldalam(Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 437) sebagai berikut:.
Atau jauh sebelumnya, yakni mulai tengah malam sebagaimana penjelasan Syekh al-Baijuri dalam kitabnya Hasyiyatu Asy-Syaikh Ibrahim al- Baijuri ala Syarh al-Allamah Ibn al-Qasim al-Ghazi ‘ala Matn asy-Syaikh Abi Syuja’ (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 1999) Cetakan 2, Juz I, hal. Artinya, “Waktu masuknya mandi sunnah (Idul Fitri/Idul Adha) adalah pada tengah malam.”. Adapun lafal niatnya sebagaimana petunjuk Syekh al-Baijuri dalam kitab tersebut sebagai berikut:. ( Nawaitul ghusla li ‘îdil fithri sunnatan lillâhi ta’âlâ ).
Artinya: “Aku niat mandi untuk merayakan Idul Adha/Idul Fitri sebagai sunnah karena Allah taála.”. Demikianlah lafal niat mandi sunnah shalat Idul Fitri yang cukup pendek dan mudah dihafal. Ustadz Muhammad Ishom , pengajar di Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.