Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Kedua, menjadi shalat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala. Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).

Ketiga, setiap dua rakaat shalat Dhuha mempunyai keutamaan khusus sebagaimana dalam riwayat berikut:. Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana Kamu bertanya kepadaku.

Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi). Namun demikian, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Sungguh Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat kaum awwâbîn (shalat Dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari’” (HR Muslim; lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).

Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan shalat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.

Tata Cara Shalat Dhuha Lengkap Beserta Niat, Waktu dan Doanya

Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Tata Cara Shalat Dhuha Lengkap Beserta Niat, Waktu dan Doanya

Terdapat banyak dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadits yang menegaskan keutamaan shalat dhuha. Di antara dalil kesunahan shalat dhuha ialah hadis tentang wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah.

Dalam riwayat Bukhari-Muslim, Abu Hurairah berkata, “Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.”. Wasiat ini tidak hanya berlaku khusus bagi Abu Hurairah, tetapi berlaku umum untuk seluruh umat Nabi Muhammad. Sebab itu, dianjurkan bagi umat Islam mengerjakan shalat dhuha.

Ini Lafal Niat Shalat Dhuha

Shalat ini dilakukan setelah matahari terbit sempurna hingga waktu istiwa, waktu matahari tepat di atas sebuah benda. Para ulama sendiri berbeda pendapat perihal shalat dhuha.

Menurutnya, hadits ini shahih menurut syarat yang digunakan Imam Muslim,” (Lihat Abu Zakaria Al-Anshari, Asnal Mathalib , juz III, halaman 214). Berikut ini adalah lafal niat shalat dhuha.

Ushalli sunnatad dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā. Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah SWT.”.

Doa ini dianjurkan dibaca sesudah sembahyang Dhuha. Semoga dengan doa ini Allah mengabulkan permintaan kita.

Allâhumma in kâna rizkî fis samâ’i, fa anzilhu. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu.

Tata Cara Sholat Dhuha: Keutamaan dan Doa Setelah Sholat Dhuha

Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Tata Cara Sholat Dhuha: Keutamaan dan Doa Setelah Sholat Dhuha

Kebanyakan umat muslim melaksanakan sholat dhuha karena memiliki hajat untuk dilancarkan rezekinya oleh Allah SWT. Seperti dikitip dari “Waktu Shalat Dhuha dalam Kajian Fiqih” oleh M Tatam Wijaya di NU online, Syekh Hasan bin ‘Ammar dalam kitab Maraqil Falah, menyebutkan duha adalah nama waktu yang diawali dengan naiknya matahari hingga sebelum tergelincir. Dalam hadis riwayat Abu Dawud yang diriwayatkan Ummu Hani’ bin Abi Thalib “Rasulullah saw pernah mengerjakan shalat sebanyak delapan rakaat.

Perbedaan tata cara sholat dhuha dari sholat-sholat sunnah yang lain adalah terletak pada niat, doa, dan waktunya. Berikut tata cara sholat dhuha yang dikutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU). Sholat dhuha menjadikan pribadi yang bersih dari dosa sehingga memungkinkan doa mudah dikabulkan oleh. Artinya: “Barang siapa menjaga sholat dhuha, maka Allah akan mengampuni segala dosanya walaupun sebanyak buih di lautan”.

Dalam hadis qudsi disebutkan, bahwa orang yang mendirikan sholat dhuha maka kebutuhannya akan dicukupi oleh Allah SWT.

Tata Cara Sholat Dhuha dan Doanya

Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Tata Cara Sholat Dhuha dan Doanya

Namun ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas yang dalam fiqih disitilahkan dengan rumus ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh) yaitu perkiraan dimulai pukul 09.00 pagi. Hal ini terdapat dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. "Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam RA, sungguh ia pernah melihat segolongan orang melakukan shalat Dhuha, lalu ia berkata: ‘Tidakkah kalian tahu, bahwa shalat dalam waktu ini lebih utama?

Pertama, Pendapat Madzhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali mengatakan jumlah masksimal shalat dhuha adalah delapan rakaat. Kedua, pendapat Madzhab Hanafi mengatakan jumlah masksimal shalat dhuha adalah dua belas rakaat. Ketiga, Pendapat Abu Ja'far Ath-Thabari, Hulaimi dan Ruyani dari Madzhab Syafi‟i mengatakan tidak ada batasan jumlah maksimal rakaat shalat dhuha.

Perbedaan tata cara sholat dhuha dari shalat sunnah lainnya terletak pada bacaan niat, doa, dan waktunya. "Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah Ta'ala".

Setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian shalat dhuha dan salam, kita disunnahkan untuk membaca do'a kepada Allah SWT. Rabbighfir li, warhamni, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rahim.

Ini Keutamaan dan Lafal Niat Shalat Dhuha

Terdapat banyak dalil yang menyebutkan keutamaan shalat dhuha, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits. روي الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أوصاني خليلي بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام.

Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan diampuni oleh Allah swt, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan. من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر.

Artinya: Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Salah satu cara agar terhindar dari sifat lalai adalah mengerjakan shalat dhuha.

Keutamaan dan Tata Cara Shalat Dhuha

Sebaiknya shalat Dhuha dilakukan setelah melewati seperempat siang. Apabila waktunya dengan formasi demikian, maka dalam sehari, kehidupan seseorang tidak pernah kosong dari shalat.

Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Wasiat Nabi kepada Abu Hurairah radhiyallahu anh:. Artinya: “Kekasihku Rasulullah ﷺ berwasiat kepadaku untuk melaksanakan tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, shalat witir sebelum tidur. Shalat dhuha bisa menjadikan pribadi bersih dari dosa, sehingga memungkinkan doa mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Artinya: “Barang siapa menjaga shalat dhuha, maka Allah akan mengampuni segala dosanya walaupun sebanyak buih di lautan,” (HR Hakim). Artinya: “Wahai anak Adam, ruku’lah untukku empat rakaat di permulaan hari (pagi), maka Aku akan mencukupi-Mu di sisa hari-Mu,” (HR Ahmad). Untuk dua rakaat shalat dapat dimulai dengan niat:. “Aku niat shalat dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala,”.

Semoga amaliah yang kita kerjakan mendapat ridha Allah subhanahu wa ta’ala dan menjadikan kita sebagai hamba yang selalu bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya.

Petunjuk Lengkap Pelaksanaan Shalat Sunah Dhuha

Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Petunjuk Lengkap Pelaksanaan Shalat Sunah Dhuha

Untuk memudahkan, maka lakukan sholat Dhuha jikalau matahari sudah terasa panas, ini seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak ada riwayat jelas yang mengatur batasan jumlah rakaat untuk Shalat Dhuha, namun begitu terdapat sejumlah pendapat ulama mengenai masalah ini, adalah sebagai berikut:. Al-ʿIraqi dalam komentarnya pada Sunan At-Tirmidzi mengatakan: "Tidak ada seorang sahabat pun atau [para] penerusnya yang diketahui memberikan batasan menjadi dua belas rakaat".

Dari ʿAisyah RA meriwayatkan: Rasulullah SAW biasa mengerjakan empat rakaat pada shalat pagi hari dan terkadang lebih sebagaimana Allah sukai. Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan shalat. Gerakan takbiratul ihram adalah dengan mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan kalimat ألله أكبر yang dilafalkan tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri. I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap.

Gerakan mengucapkan salam adalah dengan posisi tubuh dan duduk seperti pada poin ke-13, sementara jari telunjuk kanan kembali menutup.

Tata Cara Shalat Witir: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya

Tata Cara Sholat Dhuha Nahdlatul Ulama. Tata Cara Shalat Witir: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya

Menurut mayoritas ulama Hanafiyah, wajib hukumnya melakukan shalat witir, sehingga akan berdosa orang-orang yang tidak melakukannya. Sedangkan menurut mayoritas ulama mazhab Syafi’iyah, hokum shalat witir adalah sunnah, tidak sampai berhukum wajib.

Adapun dalil yang dijadikan landasan oleh ulama mazhab Syafi’iyah adalah hadits Rasulullah ﷺ, yaitu:. Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, yaitu dimulai setelah melaksanakan shalat Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, dan bukan setelah masuknya shalat Isya’. Sebab, dari berbagai jumlah yang biasa dilakukan umat Islam ketika melakukan shalat witir sangat bervariasi dan berbeda. Hanya saja, makruh hukumnya jika hal ini dilakukan secara terus-menerus tanpa disertai dengan adanya udzur.

(Habib Zain Ibrahim bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, [Darul Ilmi wad Dakwah, Tarim, 2003], halaman 281-282). Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut: Darul Minhaj, 2010], juz 1, h. 285). Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus dan ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa mendapatkan pahala yang lebih besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai pelengkap dan penyempurna bagi ibadah wajib lainnya yang masih belum sempurna.

Related Posts

Leave a reply