Sholat Yang Benar Menurut Rasulullah. Liputan6.com, Jakarta Tata cara salat yang benar wajib dipahami setiap umat Islam. Dengan salat, seorang hamba bisa memohon apapun pada Allah SWT.
Tata cara salat yang benar tak boleh diabaikan begitu saja. Tata cara salat yang benar ini meliputi niat, gerakan, hingga bacaan. Menurut syariat Islam, tata cara salat yang benar harus sesuai dengan segala petunjuk Nabi Muhammad SAW. Berikut tata cara salat yang benar dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa(3/12/2019).
Lantas seberapa mengerti dan memahami bacaan gerakan sholat kita? Antara lain, takbiratul ihram, doa iftitah, surah al-Fatihah, rukuk, iktidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, tasyahud awal, tasyahud akhir, hingga salam, dan qunut. Tak hanya menjabarkan mengenai arti dari bacaan sholat yang ada, buku ini juga melengkapi narasinya dengan tulisan latin dari bacaan sholat berbahasa Arab.
Karena itu, bagi kaum Muslimin yang belum bisa membaca tulisan Arab, buku ini cukup memudahkan pembacanya. Lebih lanjut, buku ini juga menjabarkan tentang tata cara bagaimana sholat yang benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dijabarkan bagaimana dalil-dalil yang melandasi tuntunan tata cara sholat tersebut hingga dilengkapi dengan terjemahan kata per kata mulai dari takbiratul ihram sampai salam.
Selain dilengkapi dengan bacaan dan terjemahan yang memadai, buku ini pun juga melengkapi lembar per lembarnya dengan sajian gambar yang dapat memudahkan pembaca untuk mengerti suatu pembahasan. Misalnya dalam membahas doa sujud pertama, gambar yang disajikan adalah orang yang tengah bersujud dengan gambaran merujuk pada tuntunan sholat Nabi.
Dalam tata cara bersujud yang benar misalnya disebutkan, orang yang mendirikan sholat meletakkan dua telapak tangan sejajar dengan kedua pundak atau sebanding wajah mendekati telinga. Kemudian jari jemari dirapatkan, lengan tangan dan siku diangkat atau tidak dihamparkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak mengerjakan shalat, beliau berdiri menghadap kiblat dan meletakan sutrah di dekat tempat sujud. Nabi bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Jika engkau hendak berdiri mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadaplah ke arah kiblat” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya, dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan.” ( HR. Beliau bersabda: ”Tidak sempurna shalat seseorang sampai dia bertakbir, memuji dan menyanjung Allah jalla wa ‘azza, kemudian membaca (beberapa ayat) dari Al-Qur’an yang mudah baginya.” (HR.
Di dalam sujud beliau membaca “Subhana Rabbiyal A’la” (Artinya : Mahasuci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani), dan beliau membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud dengan mengucapkan “Rabbighfirli, rabbighfirli” (Artinya : Wahai Rabbku ampunilah aku) (HR. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian duduk pada setiap dua rakaat, ucapkanlah: at tahiyatu lillah…(hingga akhir)” (An Nasa’I, Shahih).
Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu. Niat merupakan pilar yang paling pokok dalam suatu ibadah. Suatau ibadah akan diterima bila memenuhi dua hal, yaitu niat dan contoh dari rasulullah saw. Artinya: “Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat ...” [Hadits Riwayat al-Bukhari dan Muslim]. Hadist tersebut menjadi salah satu dasar bagi Muhammadiyah bahwa niat dalam shalat tidak perlu dilafalkan. Karena memang tidak ada dalil yang memerintahkan atau tidak ada peristiwa di mana para shahabat melihat Nabi Muhammad melafalkan niat dalam shalat.
Telapak tangan dibentangkan secara sempurna dan tidak menggenggam. “Rasulullah saw ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan membentangkan”.
Telapak tangan dihadapkan ke kiblat dan diangkat setinggi pundak atau telinga. “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya apabila memulai shalat dan ketika bertakbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat kepala dari ruku’ Beliau juga mengangkat keduanya dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman hamidah rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau tidak melakukan hal itu dalam sujudnya”.
Ini menjadi satu di antara bentuk bersuci yang disyariatkan dalam Islam. Dikutip dari buku berjudul "Wudhu Rasulullah SAW Menurut Empat Mazhab" oleh Isnan Ansory.
Lc., MA ada beberapa syarat wudhu yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, sebagai berikut:. Demikian juga orang yang sudah selesai buang air tapi belum beristinja', kalau dia berwudhu maka hukum wudhunya tidak sah. Syarat ini hanya diajukan oleh Hanbali saja dalam pandangan resmi mazhab. Berikut niat dan tata cara wudhu dikutip kitab Al-Lu'lu' wal Marjan karangan Muhammad Fuad Abdul Baqi:. Artinya :"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu karena Allah". Dilakukan mulai dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu.
Basuh kedua belah tangan hingga siku, dahulukan anggota tubuh bagian kanan. Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
Seorang muslim dikatakan beriman apabila ia telah menjalankan shalat fardhunya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,. Bilamana yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, shalatnya harus diulangi dari awal karena ia tak mengikuti shalat secara benar. Berikut yang termasuk dalam rukun shalat sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta penjelasan singkatnya.
Dalam melakukan takbiratul ihram, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan suaranya sehingga dapat didengar oleh para makmumnya. Semua itu tersaji lengkap disertai dengan gambar tata cara shalat sehingga lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi buku ini.
Pada pembahasan rukun shalat ini, banyak disarikan dari penjabawan Syaikh Abu Malik dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah terbitan Al Maktabah at-Taufiqiyah.
Artinya : Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang, pemilik hari pembalasan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.