Shalat Sunnah Di Malam Ramadhan. Oleh karena itu, selain memperbanyak amal baik, yuk perbanyak sholat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Ramadhan ini! Sholat Tasbih ini akan sangat berguna untuk mengisi timbangan amal saat perhitungan di hari akhir.
Selain itu, Sholat Tasbih juga bisa menjadi penghapus dosa, penghindar kesedihan dan penyakit berat. Tidak hanya pada saat bulan Ramadhan, Sholat Tahajud memang sangat disarankan untuk dilakukan kapan pun. Namun, untuk melakukan Sholat Tahajud ini pastikan terlebih dahulu kamu sudah tertidur sebelumnya, walaupun hanya tidur singkat.
Sholat Tahajud ini sangat bermanfaat untuk menghindari dari berbagai bencana, keringanan hisab, jaminan masuk surga, menenangkan pikiran, menjaga kesehatan, mengangkat derajat, menyinari wajah, serta bisa mengabulkan doa dan permintaan. Sholat Dhuha ini bisa kamu lakukan setibanya di kantor, yaitu sekitar pukul 9 pagi sebelum memulai aktivitas.
Sholat Dhuha ini sangat berguna untuk membangun rumah di surga, dan bahkan pahalnya setara dengan pahala ibadah Umrah. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk tidak pernah meninggalkan Sholat Tarawih di bulan Ramadhan ini.
Dalam Islam, permohonan yang paling baik adalah ditujukan kepada Allah, salah satunya dengan melakukan Sholat Hajat.
Malam lailatul qadar sebaiknya diisi dengan berbagai amal ibadah apapun yang kita bisa. Tetapi lazimnya orang mengisi malam lailatul qadar dengan shalat sunnah.
Sebenarnya kita tidak menemukan shalat sunnah malam lailatul qadar pada kitab-kitab hadits dan kitab-kitab fiqih. Tetapi kita menemukan tuntunan khusus shalat sunnah malam lailatul qadar pada Kitab Durratun Nashihin.
Adapun bacaan surat dan doanya adalah sebagai berikut:. Berdasarkan riwayat yang tersebut dalam kitab Durratun Nashihin, bagi orang yang mengamalkan shalat sunnah dua rakaat malam lailatul qadar Allah akan mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya ketika ia bangun dari duduknya.
Allah, kata riwayat tersebut, juga mengutus malaikat ke surga untuk menanam pohonan, membangun istana, dan menggali sungai di surga bagi orang yang mengamalkan shalat sunnah lailatul qadar. (Lihat Syekh Utsman Al-Khaubawi, Durratun Nashihin fil Wa‘zhi wal Irsyad, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 285-286). Riwayat dari sahabat Ibnu Abbas ra dalam kitab ini dipermasalahkan.
Riwayat tersebut dikutip dari Tafsir Al-Hanafi, tetapi riwayat ini tidak pernah ditemukan dalam kitab-kitab hadits yang selama ini menjadi rujukan dalam merumuskan hukum Islam (fiqih).
Ibnu Hajar Al Haitsamiy mengatakan, “Tidak ada satu hadits shahih pun yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat tarawih 20 raka’at. Keempat, Pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memilih shalat tarawih dengan 11 atau 13 raka’at ini bukanlah pengkhususan dari tiga dalil di atas.
Alasan pertama, perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengkhususkan ucapan beliau sendiri, sebagaimana hal ini telah diketahui dalam ilmu ushul. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Shalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu.
Seandainya hal ini diperintahkan tentu saja beliau akan memerintahkan sahabat untuk melaksanakan shalat 11 raka’at, namun tidak ada satu orang pun yang mengatakan demikian. Inilah pendapat mayoritas ulama semacam Ats Tsauri, Al Mubarok, Asy Syafi’i, Ash-haabur Ro’yi, juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan sahabat lainnya.
Al Kasaani mengatakan, “‘Umar mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan qiyam Ramadhan lalu diimami oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. ‘Ali As Sanhuriy mengatakan, “Jumlah 20 raka’at inilah yang menjadi amalan manusia dan terus menerus dilakukan hingga sekarang ini di berbagai negeri.”.
Oleh sebab itu, rangkaian shalat sunah seseorang dalam sehari semalam hendaknya ditutup dengan witir sebagai bukti pengesaan hamba kepada Tuhan. Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Barang siapa mengerjakan salat pada malam hari maka hendaklah dia menjadikan salat terakhirnya sebagai Witir (sebelum Subuh) karena sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan hal tersebut.” (Said bin ‘Ali bin Wahf al-Qahtjani, Ensiklopedia Shalat menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, 2006, hlm. Keutamaan di antara kedua waktu tadi disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibn Khuzaimah. Namun, jika merujuk ke hadis lain, bakal ditemukan Salat Witir sebelum tidur lebih diutamakan. Hadis itu berbunyi: “Abu Dzar berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah SAW) pernah berpesan kepadaku tentang tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan untuk selamanya, Insyaallah, yaitu sholat fajar, sholat witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari pada setiap bulan.”. Lebih tepatnya, apakah dia bisa memastikan diri untuk bangun dari tidur guna melaksanakan sholat Witir atau tidak.
Hadis-hadis sahih yang lain juga menunjukkan perincian seperti ini.” ((Sallamah Muhammad Abu Al-Kamal, Mukjizat Shalat Malam-Meraih Spiritualitas Rasulullah, 2002, hlm. Sementara itu, Ustaz Adi Hidayat menyatakan, ada dua waktu melaksanakan sholat witir dan dua-duanya benar.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan, sholat witir sesudah Isya dilakukan bila malamnya tidak mampu bangun. “Sholat tarawih artinya menunaikan salat dengan jeda untuk melahirkan ketenangan pada jiwa,” kata Ustaz Adi Hidayat.