Shalat Jamak Bagi Orang Yang Sakit. و يجوز الجمع بالمرض تقديما وتأخيرا على المختار ويراعي الأرفق فإن كان يزداد مرضه كأن كان يحم مثلا وقت الثانية قدمها بشروط جمع التقديم أو وقت الأولى أخرها وضبط جمع متأخرون المرض هنا بأنه ما يشق معه فعل كل فرض في وقته كمشقة المشي في المطر بحيث تبتل ثيابه. وقال آخرون لا بد من مشقة ظاهرة زيادة على ذلك بحيث تبيح الجلوس في المرض وهو الأوجه. Tetapi kalau sakitnya parah pada waktu Zuhur atau Maghrib, maka lakukan jamak ta‘khir.
أما ما لا يشق على ذلك كصداع يسير وحمى خفيفة فلا يجوز الجمع معه. Bagaimana dengan kemacetan yang kerap mendera pengguna lalu lintas atau penumpang angkutan umum di saat jam macet? Gampangnya, ketentuan itu dimaksud agar jangan sampai orang yang berudzur sya’ri memaksakan diri.
Berikut ini beberapa contoh adanya masyaqqah sehingga diperbolehkan untuk menjamak salat sebagaimana yang dicontohkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala:. Seseorang safar ke luar daerah karena ada acara keluarga dan sampai di tempat tujuan pukul 12.30 WIB. Di antara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah sebagaimana hadis Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,.
Bilal kemudian masuk tenda, dan keluar lagi sambil membawa sisa air wudu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang nampak (dzahir) hadis ini menunjukkan bahwa beliau menjamak salat dalam kondisi singgah, tidak sedang berjalan di atas kendaraan. 🔍 Majelis Ilmu Adalah Taman Surga, Dp Jumatan, Pertanyaan Seputar Agama, Hewan Yang Halal Dimakan Menurut Islam, Apa Itu Dosa.
Menjamak shalat karena sakit itu boleh, baik jamak takdim maupun jamak takhir menurut pendapat yang terbaik, dan disesuaikan konidisi yang paling memungkinkan. وقال آخرون: لا بد من مشقة ظاهرة زيادة على ذلك، بحيث تبيح الجلوس في الفرض. Ulama mutaakhirin membatasi sakit yang boleh melakukan jamak di sini adalah sakit yang membuat payah melakukan shalat fardu pada setiap waktu.
Batasannya itu sama seperti berjalan untuk berjamaah saat turun hujan yang menyebabkan baju basah. Ukurannya adalah sekiranya sakit tersebut menyebabkan kebolehan shalat sambil duduk.
Menurut Syekh Abu Bakar Syatha, kebolehan menjamak shalat tersebut didasarkan atas hadis Nabi saw. جمع رسول الله صلى الله عليه وسلم بين الظهر والعصر وبين المغرب والعشاء بالمدينة من غير خوف ولا مطر قال فقيل لابن عباس ما أراد بذلك قال أراد أن لا يحرج أمته. Ditanyakan pada Ibnu Abbas, “Maksud Rasul melakukan jamak tersebut apa?” “Itu agar menjadi solusi bagi umatnya untuk tidak terlalu terbebani,” kata Ibnu Abbas.