Shalat Dhuha Berjamaah Atau Sendiri. SURYA.CO.ID - Shalat Dhuha adalah Shalat Sunnah 2 rakaat yang dilaksanakan pada waktu dhuha, yaitu mulai naiknya matahari hingga sebelum tergelincir (Sholat Dzuhur). Shalat Dhuha menjadi salah satu shalat sunnah populer di kalangan umat Muslim, karena dipercaya dapat memperlancar rezeki. Sebab Shalat Dhuha boleh berjamaah namun dengan catatan khusus. Baca juga: Bacaan Surat Pendek untuk Sholat Dhuha 2 Rakaat dan 4 Rakaat, Sesuai Anjuran Hadist.
Semua itu dapat diganti dengan shalat Dhuha dua rakaat.". Pendapat ini dikutip dari tulisan 99 Tanya Jawab Sholat, Ustadz Abdul Somad.
)الثامنة( قد سب اف النوافل لا ت ع اتصماعة في ا الا في العيد ن والكسوف والاستس اء و ا التراو ح والوت بعدىا إذا قلنا بالاصح اف اتصماعة في ا أفضل وأما باقى النوافل السنن ال اتبة مع الف ائض والضحي والنوافل اتظطل ة فلا ت ع في ا اتصماعة أي لا تستحب لكن لو صلاىا تراعة جاز ولا اؿ ا و مك وه وقد ص ال افعي رتزو الله في تؼتص ي البو طي وال بيع علي ا و لا باس باتصماعة في النافلة ودليل جوازىا تراعة ا اد ث ثيرة في الصحيح من ا د ث عتباف ابن مالك رضى الله عنو أف النبِ صلي الله عليو وسلم " جاءه في بيتو بعد ما اشتد الن ار ومعو أبو بك رضي الله عنو ف اؿ النبِ صلي الله عليو وسلم أ ن تحب أف أصلى من بيتك فاش ت إلذ اتظكاف ال ى أ ب اف صلى فيو ف ا وصفنا خلفو ثُ سلم وسلمنا سلم " رواه البخاري ومسلم وثبتت اتصماعة في النافلة مع رسوؿ الله صلي الله عليو وسلم من روا ة ابن عباس وأ س بن مالك وابن مسعود و فة رضى الله عن م وا اد ث م ل ا في الصحيح الا د ث فة ففى مسلم ف ط والله أعلم. (Ke Delapan) telah disebutkan sebelumnya bahwa shalat-shalat sunnat tidak disyariatkan dilaksanakan berjamaah, kecuali shalat Idul Fitri dan Idul Adha, gerhana matahari dan bulan, shalat Istisqa’ (minta hujan), demikian juga Tarawih dan Witir setelahnya.
Jika kami katakan menurut pendapat al-Ashahh, sesungguhnya berjamaah afdhal dalam semua itu, adapun shalat-shalat sunnat yang lain seperti shalat sunnat Rawatib bersama Fardhu, shalat Dhuha, shalat sunnat mutlaq, tidak disyariatkan berjamaah, artinya tidak dianjurkan, akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka hukumnya boleh, tidak dikatakan makruh. Imam Syafi’I menyebutkan secara teks dalam Mukhtashar al-Buwaithi dan ar-Rabi’ bahwa boleh dilaksanakan berjamaah, dalil bolehnya adalah banyak hadits dalam kitab Shahih, diantaranya adalah hadits ‘Itban bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw datang ke rumahnya setelah panas terik, bersama Rasulullah Saw ada Abu Bakar.
Dan mereka menemukan dalil bahwa sholat Dhuha ternyata boleh dikerjakan secara berjamaah. Syaikh Mahmud Abdul Lathif ‘Uwaidhah, misalnya, mengatakan,”Sholat Dhuha ini dapat dikerjakan secara sendirian dan dapat pula dikerjakan berjama’ah.” Beliau lalu menyebutkan dalilnya, yaitu hadis dari ‘Itban bin Malik RA yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Ibnu Khuzaimah. Dalam kitab Fathul Bari (Syarah Shahih Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, dinukilkan hadis ‘Itban bin Malik RA tersebut, bahwa Rasulullah SAW telah melakukan sholat Dhuha (subhata adh-dhuha) di rumahnya [rumah ‘Itban bin Malik], lalu orang-orang berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau. Beliau juga menyatakan bahwa hadis yang semakna ini telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Ibnu Wahab bin Yunus RA. Kitab lain yang menyatakan bolehnya sholat Dhuha berjamaah adalah kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro (2/250), berdasarkan hadis ‘A`idz bin Amr RA yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Thabrani. Dari ‘A`idz bin Amr RA dia berkata,”Suatu saat air sedikit, maka Rasulullah SAW pun berwudhu dengan air dalam satu gelas (qadah) atau satu mangkuk besar (jafnah).
Kecuali kalau musibah itu sudah menimpa semua orang dalam satu kaum.’ Kemudian Rasululullah SAW shalat Dhuha bersama-sama kami (tsumma shalla binaa rasulullah SAW adh-dhuha).” (HR Ahmad no 19721; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no 14462). Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka jelaslah bahwa melaksanakan sholat sunnah Dhuha secara berjamaah adalah boleh (ja`iz) menurut syara’, dan bukan merupakan suatu bid’ah. Sebab Rasulullah SAW sendiri pernah melaksanakan sholat sunnah Dhuha secara berjamaah dengan para sahabat.
Namun yang perlu dicatat adalah untuk tidak melakukannya secara sengaja berjama’ah dan rutin menjadi sebuah kebiasaan.
Sebelum lebih jauh membahas tentang niat sholat dhuha sendirian dan berjamaah, mari ketahui dahulu hukumnya. Sebelum lebih jauh membahas tentang niat sholat dhuha sendirian dan berjamaah, mari ketahui dahulu hukumnya. Apakah anda sudah tahu bacaan niat sholat dhuha sendirian dan berjamaah? "Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta’ala.".
"Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat, sebagai ma'mum, karena Allah Ta’ala.". Mengucapkan niat sholat Dhuha Baca doa Iftitah Baca surat Al-Fatihah Baca satu surat di dalam Al Quran Ruku' I'tidal Sujud pertama Duduk di antara dua sujud Sujud kedua Berdiri dan melaksanakan rakaat kedua yang tata caranya sama seperti rakaat pertama Tasyahud akhir dan salam Membaca doa setelah sholat dhuha. Seperti itulah bacaan niat sholat dhuha sendirian dan berjamaah yang perlu anda perhatikan.
MuslimTerkini.com - Sholat dhuha termasuk sholat sunnah, dimana dalam sholat sunnah ada yang dilaksanakan berjamaah dan ada juga yang tidak dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah. Lalu, apakah sholat dhuha termasuk dalam sholat yang dilakukan secara berjamaah, berikut ini penjelasan dari Ustadz Abdul Somad mengenai hal ini dalam tulisannya yang berjudul "Sahalat Dhuha berjamaah".
Baca Juga: 6 Keutamaan Surah Ad Dhuha, Dibaca Saat Salat Dhuha Rezeki Jadi Melimpah. Shalat sunnat terbagi kepada dua:. Pertama: shalat sunnat yang disunnatkan untuk dilaksanakan secara berjamaah seperti shalat Kusuf (Gerhana Matahari), shalat Istisqa’ (minta hujan) dan shalat malam Ramadhan.
Shalat-shalat sunnat ini dilaksanakan secara berjamaah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Shalat-shalat sunnat jenis ini jika dilaksanakan secara berjamaah, maka hukumnya boleh, jika dilaksanakan sekali-sekali.
(Majmu’ Fatawa Ibni Taimiah: juz. Baca Juga: Jam Sholat Dhuha Mulai dan Berakhir Jam Berapa, Ini Penjelasan Almarhum Syekh Ali Jaber.
Segala puji hanya milik Allah semata dan semoga shalawat beriring salam senantiasa tersampaikan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. ” قد سبق أن النوافل لا تشرع الجماعة فيها إلا في العيدين والكسوفين والاستسقاء , وكذا التراويح والوتر بعدها ….
Seperti Hadis Itban bin Malik radhiyallahu anhu: Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam datang ke rumahnya setelah siang yang sangat panas. Kami akan menyebutkan dalil-dalil masalah ini pada tempatnya insya Allah dan semuanya adalah Hadis sahih yang bagus.” Sampai sini perkataan ibnu Qudamah.
Karena Nabi shallallaahu alaihi wasallam pernah mengerjakan shalat nafilah secara berjamaah bersama para sahabat pada beberapa malam. Tapi tidak boleh dijadikan sebagai suatu keharusan yang setiap melakukannya kita mengerjakannya dengan berjamaah.
Karena itu siapa saja yang mengerjakan shalat dhuha berjamaah bersama kaum muslimin, maka harus bersuara pelan. ” أما الصلاة النهارية كصلاة الضحى والرواتب وصلاة الظهر والعصر , فإن السنة فيها الإسرار ” انتهى من “فتاوى الشيخ ابن باز (11/207)”.
تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب ، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب ، وأي ثواب بالنية الحسنة ، فكما يباح الجهر في موضع الإسرار الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة ، وكما يثاب في المباحات إذا قصد بها القربة كالتقوّي بالأكل على الطاعة ، هذا إذا لم يقترن بذلك محذور ، كنحو إيذاء أو اعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم ويمنع منها. Sekalipun dilakukan secara berjamaah, para jamaah tidak mendapatkan pahala atas kejamaahannya, tetapi mendapat pahala karena sisi pendidikannya seperti keterangan Syekh Abdurrahman bin Muhammad Ba‘alawi dalam karyanyaberikut ini.Artinya, “Shalat berjamaah pada misalnya shalat witir, dan tasbih, diperbolehkan.
Kalau sembahyang berjamaah itu disertai hal yang mengkhawatirkan, maka tidak berpahala, bahkan haram dan harus dicegah,” (Lihat Abdurrahman bin Muhammad Ba‘alawi,, Beirut, Darul Fikr, juz I, halaman 136).Saran kami, agar tidak menjadi haram, pihak sekolah atau pihak penyelenggara perlu menjelaskan dua kategori sembahyang sunah seperti keterangan Syekh Abu Zakariya Al-Anshari dan Syekh Syarqawi di atas. Penjelasan itu bertujuan agar anak-anak sekolah dan para jamaah tidak keliru meyakini kategori tersebut.
Artinya, pihak sekolah mesti menjelaskan bahwa sembahyang sunah dhuha itu dianjurkan secara sendiri-sendiri, bukan berjamaah.
Tahajud umumnya dikerjakan pada malam hari dan boleh dilakukan secara berjamaah. Namun hal ini berbeda dengan sholat dhuha. Baca Juga: Bocorkan Rahasia Kunci Surga, Buya Yahya: Cukup Lakukan Ibadah Wajib dan Satu Hal Ini Saja. Menurut Buya Yahya, sholat dhuha sebaiknya tidak dilakukan secara berjamaah melainkan ditunaikan sendirian.
Namun beliau juga mengatakan bahwa ada waktu tertentu yang diperbolehkan melakukan sholat dhuha secara berjamaah. Baca Juga: Minum Air Putih seperti Ini Bikin Ginjal Tergerus, Begini Cara Minum yang Benar Menurut dr. Zaidul Akbar.