Rukun Shalat Fardhu Ada Berapa. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sholat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang harus dilakukan setiap hari, namun apakah semua sholat yang dilakukan diterima Allah SWT. Dilansir dari About Islam, penulis asal Kairo Dina Mohamed Basiony mengatakan, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Yang pertama dari perbuatan manusia yang kelak akan ditanyakan dan diminta pertanggungjawaban adalah sholat. Jika sholat itu bagus, dia akan aman dan selamat.
Tetapi jika tidak lengkap, ini akan menyesal dan merugi. Qiyam (berdiri tegak jika seseorang memiliki kemampuan untuk melakukannya).
Diriwayatkan oleh Umm Habibah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa sholat 12 rakaat dalam sehari selain dari sholat wajib, Allah SWT akan membangun untuknya, atau akan dibangun untuknya, sebuah rumah di surga.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya, sehingga perlu mengetahui rukun dari setiap ibadahnya. Bilamana yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, shalatnya harus diulangi dari awal karena ia tak mengikuti shalat secara benar. Dalam melakukan takbiratul ihram, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan suaranya sehingga dapat didengar oleh para makmumnya.
Semua itu tersaji lengkap disertai dengan gambar tata cara shalat sehingga lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi buku ini. Pada pembahasan rukun sholat ini, banyak disarikan dari penjabaran Syaikh Abu Malik dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah terbitan Al Maktabah at-Taufiqiyah.
Ada 11 rukun sholat yang disepakati para ulama baik mazhab Hanafi, Hambali, Maliki maupun Syafi'i. Demikian seperti ditulis oleh Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu juz 2.
Menurut Syekh Wahbah, jika diperhatikan dari pendapat para ulama tersebut, maka ada enam fardhu atau rukun sholat yang disepakati. "Ketika menderita bawasir, aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai sholat dan beliau bersabda, 'Sholatlah sambil berdiri.
Ditambahkan juga dalam hadits riwayat An Nasa'i, Rasulullah SAW bersabda, "Jika tidak mampu maka berbaringlah telentang. Para ulama sepakat bahwa membaca ayat Al Quran dalam dua rakaat pertama hukumnya adalah wajib.
Nah menurut terminologi secara singkat bisa disebutkan bahwa sujud adalah meletakkan sebagian dahi yang terbuka ke tanah atau tempat sholat.
Selain menjadi rukun Islam yang ke-2, sholat memiliki hukum wajib. Salat merupakan ibadah yang memuat perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan tabir dan diakhiri dengan salam. Syarat sah salat ada ada 7 yaitu: suci dari hadas, suci anggota badan, tempat, dan pakaian, telah masuk waktu shalat , menghadap kiblat, mengetahui fardu dan sunah shalat , dan menjauhi perkara yang membatalkan shalat. Rukun shalat sebagai salah satu syarat sah sholat wajib diketahui dan diamalkan oleh seorang muslim. Diperbolehkan duduk atau berbaring bagi yang tidak kuasa berdiri.
Dikutip dari Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu juz 2, ada 11 rukun sholat yang telah disepakati para ulama mazhab Hanafi, Hambali, Maliki hingga Syafi'i. Posisi takbiratul ihram dimulai dengan berdiri, menghadap kiblat, sambil mengucapkan takbir.
Namun dalam kondisi tertentu diperbolehkan untuk sholat sambil duduk bahkan berbaring. Artinya: "Ketika menderita bawasir, aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai sholat dan beliau bersabda, 'Sholatlah sambil berdiri.
Membaca surat-surat Al Quran dalam dua rakaat pertama disepakati para ulama bahwa hukumnya wajib. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:. Secara etimologi, rukuk artinya membungkukkan kepala dan punggung bersamaan dengan tangan memegang lutut. Rukun sholat selanjutnya adalah bangun dari ruku' dan berdiri tegak yang disebut dengan i'tidal. Secara terminologi singkat, sujud bisa diartikan sebagai meletakkan sebagian dahi yang terbuka ke tanah atau tempat sholat. Menurut mazhab Malikiyyah dan Syafi'iyyah, hukumnya fardhu untuk mengucapkan salam yang pertama sebagai tanda keluar dari sholat ketika posisi duduk.
Jika rukun salat tidak dipenuhi karena lupa atau tidak tahu, maka wajib melakukan rukun yang tertinggal, sujud sahwi atau, mengulang salat kembali. Rukun pertama adalah salat dengan berdiri bagi yang mampu. Islam memberikan keringanan untuk salat dengan duduk atau tidur jika tidak mampu berdiri.
Bacaan niat umumnya mencakup nama salat yang dikerjakan, jumlah rakaat, dan melakukannya karena Allah SWT. Takbiratul ihram adalah bacaan takbir Allahu Akbar saat salat.
Rukuk adalah gerakan membungkukkan badan dengan kedua tangan berada di lutut. Setelah rukuk, tegakkan badan untuk beriktidal dengan tuma'ninah, sebelum melakukan sujud.
Ilustrasi: Sujud dengan tuma'ninah menjadi salah satu rukun dalam salat. Di rakaat terakhir salat, setiap orang harus melakukan duduk tasyahud akhir sebelum salam.
Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Adapun membaca shalawat atas keluarga beliau menurut syafi’i tidak wajib melainkan hanya sunah ab’az. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin kurang khusu’ atau tidak sempurna adabnya.
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya. Dari sudut religious shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan khaliq-nya yang di dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah, keamanan dan ketentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu dia merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari berbuat kejahatan dan kesalahan. Di samping itu shalat merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan kesibukan dalam menghadapi aktivitas dunia. Ma’zur adalah keadaan seorang makmum yang tidak bisa menghabiskan fatihahnya dikala imam sudah ruku’ dikarenakan beberapa keuzuran seperti Orang yang lambat bacaan nya atau lupa fatihah dikala imam mau ruku’ atau lain sebagainya.
Bila sang insan kamil (Nabi Muhammad) diperjalankan menghadap Allah SWT melalui mi’rajnya dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, maka dengan shalat, orang-orang beriman akan dapat merasakan pertemuan itu juga. Untuk memulai ini, baik kiranya kita menyimak kisah seorang sufi besar abad ketiga hijriah, Syekh Abu Abdirrahman Hatim bin ‘Unwan al-Asham (237 H).
Karena, sulit sekali rasanya untuk masuk dalam penghayatan mendalam ketika shalat kita terburu-buru, tidak tenang, dan bacaan-bacaannya pun tak ubah bagai membaca koran. Sekadar untuk melawan lupa, mari kembali membuka memori kita seputar bagian-bagian shalat lahiriah yang penting dikerjakan secara sempurna itu.
Adapun untuk shalat batiniah, satu hal yang tak boleh hilang, yaitu kesadaran akan esensi kerendahan kita sebagai hamba di hadapan keagungan Tuhan (rububiyyah). Logika sederhananya, menurut ar-Razi, sungguh absurd bila seseorang rela sibuk lagi rutin melakukan sesuatu yang baginya tiada berguna sama sekali. Namun, bagi yang merasa bahwa hal itu sangat penting, bahkan pada dirinya terdapat candu spiritual (al-‘isyqu), pastilah akan ringan dan membahagiakan.