Niat Shalat Lidaf'il Bala Nu Online. Pondok Pesantren Suryalaya Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya mengeluarkan edaran tentang tata cara shalat sunnah lidaf’il bala yang akan dilaksanakan pada Rabu, 6 Oktober 2021 M/29 Safar 1443 H. Sebagaimana yang dilaksanakan oleh Guru Mursyid TQN Pontren Suryalaya Syekh KH. Abdullah Mubarok bin Muhammad ra, dan Syekh KH. Beliau selalu melaksanakan pada pagi hari setelah shalat Isyraq, Isti’adzah, dan Istikharah, disunnahkan berjama’ah. Beliau melaksanakan sebanyak 2 rakaat 1 kali salam, akan tetapi juga melaksanakan sebagaimana yang ada dalam kitab Jawahirul Khomsi halaman 51-51. Adapun tata cara pelaksanaanya sebagaimana berikut:.
Dan sebelum melaksanakan shalat membaca istifhfar:. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang penuh kedzaliman, yang tidak memiliki terhadap dirinya sendiri baik madarat dan manfaatnya, mati dan hidupnya maupun bangkitnya nanti.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.
Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, KH Muhammad Djamaluddin Ahmad memberikan amalan Rebo Wekasan yakni berupa shalat. Tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain.
Asal-usul tradisi ini bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (W.1151 H) dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Mu-Allaf li Naf'il 'Abid wa Qam'i Kulli Jabbar 'Anid (biasa disebut Mujarrabat ad-Dairabi). Anjuran serupa juga terdapat pada kitab al-Jawahir al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin al-'Atthar (W. 970 H), Hasyiyah as-Sittin, dan sebagainya.
"Shalatnya bisa di pagi (dluha) atau habis shalat Maghrib," pungkas Kiai Jamal, sapaan akrabnya.
Bertepatan dengan Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir di Bulan Shafar tersebut, Pondok Pesantren Suryalaya yang berlokasi di Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya mengeluarkan surat edaran tentang tata cara shalat sunnah lidaf’il bala yang akan dilaksanakan tahun ini, tepatnya pada Rabu, 21 September 2022 M/ 29 Safar 1444 H. Beliau selalu melaksanakan pada pagi hari setelah shalat Isyraq, Isti’adzah, dan Istikharah, disunnahkan berjama’ah. Adapun tata cara pelaksanaan shalat Sunat Lidaf'il Bala pada Rebo Wekasan sebagaimana berikut:.
Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang penuh kedzaliman, yang tidak memiliki terhadap dirinya sendiri baik madarat dan manfaatnya, mati dan hidupnya maupun bangkitnya nanti. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat.
Beberapa pondok pesantren di Wilayah Kabupaten Blitar, pada Rabu (9/1) mendatang akan menggelar sholat Lidaf’il Bala’ atau shalat tolak balak). Pesantren pimpinan KH Diya’uddin Azam-zami ini berada di ujung paling barat utara yang berbatasan dengan Wilayah Kediri itu akan melaksanakan bersama dengan santri dan warga sekitar serta anggota Jamiyah Thoriqah Nagsabandiyah Kholidiyah.
Menurut KH Diyauddin Azam-Zami, setiap bulan Shafar, banyak bala’ atau penyakit turun ke dunia. Ihtiyar sebagai penangkal penyakit atau wabah itu umat Islam harus mendekatkan diri dan mohon pertolongan kepada Alloh SWT.
“Biasanya waktunya yang pas itu pasa hari Rabo kedua,’’ ungkap KH Diya’uddin Azam-zami kepada NU Online usai salat Jum’at (4/1) kemarin. Di pesantren Mambaul Hikam, ungkap Gus Diya’ panggilan akrab putra sulung KH Zubaidi Abdul Ghofur itu, salat akan dilaksanakan usai salat dhuhur pada 9 Januari 2013 mendatang.
“ Warga dan santri harus hadir mulai pukul 11 siang. Karena harus menulis beberapa amalan dan azimah,’’ tandas Gus Diya’. Dia katakan, amaliyah seperti ini sudah dilakukan oleh para ulama dan kiai sebelumnya. Termasuk para pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu.
Laduni.ID, Jakarta - Shalat sunah Lidaf’il Bala’ (tolak bala’) merupakan shalat sunah hajat yang dikerjakan pada malam atau hari Rabu akhir bulan Safar, tepatnya pada hari rabu pekan keempat atau yang dikenal dengan istilah Rebo Wekasan. "Sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan sekitar 320.000 macam bala’ yang semuanya ditimpakan pada hari rabu akhir bulan Safar.
Barang siapa shalat empat raka'at pada hari itu, dengan membaca di masing-masing raka'atnya setelah Al-Fatihah yakni surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, mu’awwidzatain masing-masing satu kali dan berdoa–do’anya Insya Allah akan disebutkan setelah ini–, maka dengan sifat karomnya Allah, Allah akan menjaganya dari semua bala’ yang turun pada hari itu dan di sekelilingnya akan terhindar dari bala’ tersebut sampai genap setahun". Pelaksanaan shalat sunah ini juga jangan sampai dijadikan hal yang membuat perselisihan sehingga timbul pertentangan di kalangan internal umat muslim. Begitu juga hadis dari Hudzaifah RA dalam riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud bahwa Rasulullah SAW ketika menemukan suatu kesulitan, maka neliau melaksanakan shalat. Apalagi jika setelah selesai melaksanakan shalat diiringi dengan ibadah lain yang sangat baik seperti mauidhoh hasanah, shodaqoh dan silaturahim.
Hal ini merupakan anjuran Rasulullah SAW sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani bahwa shadaqoh adalah salah satu pencegah bala'. Namun memang terkadang terdapat kekeliruan yang terjadi di kalangan masyarakat umum dan orang awam seperti kita. Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 13 Oktober 2020 Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
Tapi tahukah kamu, bahwa mereka yang melaksanakan salat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram. Namun, sebagaimana dilansir dari laman. NU Online. , salat khusus Rebo Wekasan atau tolak bala (Lidaf’il Bala) boleh dilakukan jika diniati salat sunah mutlak atau niat salat hajat. Hal ini mengikuti keputusan musyawarah NU Jawa Tengah pada 1978 di Magelang.
Ketahui bacaan niat dan doa sholat Rebo Wekasan, Rabu terakhir di bulan Safar 2022. Berikut tata cara selamatan tolak bala, apa hukum shalat Rebo Wekasan?. Sholat Rebo Wekasan atau shalat hajat lidaf'il bala merupakan salah satu amalan yang dikerjakan pada momentum Rebo Wekasan.
Tujuan dilakukannya sholat Rebo Wekasan atau shalat hajat lidaf'il bala yaitu agar dijauhkan dan dihindarkan dari berbagai bala bencana. Baca Juga: Apa Itu Rebo Wekasan di Bulan Safar 2022?
Ini Sejarah Asal Usul Berasal dari Daerah Mana, Doa hingga Larangan. Namun sholat ini hukumnya sunnah, tidak wajib.
Tidak ada dalil shahih yang menjelaskan anjuran shalat rebo wekasan ini. Jikashalat rebo wekasan diniati sebagai shalat sunah mutlak, para ulama membolehkannya.
Bentuk ritual Rebo Wekasan yakni salat tolak bala atau lidaf'il balaa, berdoa dengan doa khusus, hingga selamatan.
Namun, walaupun keseluruhannya kembali kepada Allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah. Meskipun ini lebih ringan dari yang pertama, tetapi seharusnya tidak menuruti perasaan itu sama sekali dan hendaknya bersandar hanya kepada Allah.
Adalah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua itu” (Ahkamul Fuqaha’, 2010: 54). Mungkin ada pertanyaan, bagaimana dengan firman Allah Ta’ala, yang artinya:’’Kaum ‘Aad pun mendustakan (pula).
Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir) tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).”. Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan berpendapat (dikutip dengan penyesuaian):.
Ketiga, tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat lidaf’il bala’ al-makhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah mutlaqoh (shalat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mengutip pandangan Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftakhul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap bulan, dinyatakan:.