Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Bacaannya. Ia mengatakan dalam Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab, "Adapun hukum mengenai sholat dhuha menurut para ulama Syafi'iyah adalah sunnah muakkad. Salah satu hadits yang menerangkan bahwa sholat dhuha dikerjakan sebanyak 2 rakaat yakni berasal dari Abu Dzar RA. Begitu pula amar ma'ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah.

Sementara itu, hadits yang menerangkan bahwa sholat dhuha dikerjakan dalam 4 rakaat sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW adalah berikut,. Al Hakim juga meriwayatkan hal serupa dari Jabir RA yang menuturkan bahwa Rasulullah SAW sholat dhuha dengan 4 rakaat. Setelah mengetahui jumlah rakaat sholat dhuha, umat Islam bisa mengerjakannya sesuai anjuran Rasulullah SAW.

Tata Cara Sholat Dhuha Dilengkapi Bacaan Niat dan Doa, serta

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Bacaannya. Tata Cara Sholat Dhuha Dilengkapi Bacaan Niat dan Doa, serta

Perlu diperhatikan, sholat penarik rezeki ini disunahkan tidak dikerjakan dengan berjamaah, melainkan sendiri-sendiri. Bahkan, bagi siapa yang mengerjakan sholat dhuha, Allah SWT akan membangunkan rumah indah terbuat dari emas kelak di surga. Selanjutnya, manfaat paling terkenal dari menunaikan sholat dhuha adalah memperoleh kemudahan rezeki. Selain mendapat berkah berupa kemudahan rezeki, menunaikan sholat dhuha juga dapat mempermudah pekerjaan sehari-hari.

Merujuk salah satu hadis yang diriwayatkan Hakim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, "Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (sholat dhuha) niscaya pasti akan aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya.".

Shalat Dhuha: Simak Penjelasan Fikih Ringkas Shalat Dhuha

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Bacaannya. Shalat Dhuha: Simak Penjelasan Fikih Ringkas Shalat Dhuha

Shalat dhuha menggantikan kewajiban sedekah untuk semua persendian sebagaimana dalam hadits Abu Dzar dan Buraidah di atas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat awwabin hendaknya dikerjakan ketika anak unta merasakan terik matahari” (HR.

بتتبُّع ظاهر أقوال الفقهاء والمحدِّثين يتبيَّن: أنَّ صلاة الضحى وصلاة الإشراق واحدةٌ؛ إذ كلهم ذكروا وقتَها من بعد الطلوع إلى الزوال ولم يُفصِّلوا بينهما. Tidak terdapat hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang shahih dan sharih (tegas), mengenai doa setelah shalat dhuha.

“Seorang lelaki dari kaum Anshar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam setelah shalat beliau berdoa: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ 100x” (HR.

Tata Cara Shalat Dhuha dan Keutamaannya

Kedua, menjadi shalat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala. Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim). Ketiga, setiap dua rakaat shalat Dhuha mempunyai keutamaan khusus sebagaimana dalam riwayat berikut:.

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana Kamu bertanya kepadaku. Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi). Namun demikian, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas.

Dalam fiqih disitilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Sungguh Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat kaum awwâbîn (shalat Dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari’” (HR Muslim; lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).

Related Posts

Leave a reply