Doa Setelah Sholat Dhuha Menurut Muhammadiyah. Shalat Dhuha merupakan ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dilansir dari Muhammadiyah.or.id, penelusuran dari kitab-kitab fikih dan kitab-kitab hadis, tidak ditemukan adanya hadis yang menerangkan atau mengajarkan lafal-lafal atau doa-doa tertentu setelah selesai menunaikan salat dhuha. Namun demikian, jika yang dimaksudkan adalah pendapat Albani tentang hadis salat dhuha lainnya, memang terdapat sejumlah riwayat yang dianggap dhaif jiddan (lemah sekali) atau bahkan maudhu’ (palsu).
Keduanya pun sesungguhnya tidak menyebut doa ini berasal dari Hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Artinya: “Jika kamu telah menunaikan shalat, maka berdzikirlah (ingatlah) Allah ” [QS.
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah berlindung (kepada Allah) dari lima hal setelah selesai shalat. Doa Setelah Shalat Dhuha versi NU Beserta Latin dan Terjemahannya.
Dalam agama Islam, sholat tidak hanya berjumlah 5 waktu yang hukumnya fardhu (wajib). Akan tetapi, terdapat pula sholat yang hukumnya sunnah, baik itu dilakukan pada pagi, siang maupun malam hari.
Menurut pendapat Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha al-Dimyati dalam kitab I’anatuth Thalibin (jilid I, h. 293), dijelaskan bahwa Sholat Dhuha dikerjakan pada awal pagi, yakni beberapa saat setelah matahari terbit. Ada pendapat lain yang menyebut maksimal yakni 12 rakaat, dan paling banyak tidak terbatas.
Sebelum sholat, pastikan seseorang dalam kondisi suci (bukan sedang keadaan junub), memiliki wudhu serta mengenakan pakaian sopan yang sudah menutupi aurat sesuai kelamin; laki-laki dan perempuan. Riwayat dari sahabat Abu Dzar, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah.
Riwayat dari sahabat Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,. Demikian penjelasan lengkap tentang sholat dhuha beserta doa menurut versi NU dan Muhammadiyah.
Namun demikian, dengan merujuk kembali kepada sumber-sumber tersebut, tata cara shalat tahajud dapat disimpulkan secara ringkas sebagai berikut:. Al-‘Iraqi mengatakan dalam Syarah at-Tirmidzi, “Aku tidak melihat seseorang dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang membatasi jumlahnya pada dua belas rakaat.
Demikian juga pendapat Imam as-Suyuti, dari Ibrahim an-Nakha’i; bahwa seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, “Berapa rakaat aku harus shalat dhuha?” Ia menjawab, “terserah kamu”. Artinya: “Diriwayatkan dari Itban bin Malik —dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang ikut perang Badar dari kalangan Ansar— bahwa dia mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku.
Ada pula satu hadis riwayat Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban dari A’idz ibn ‘Amr, yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw pada suatu kesempatan pernah melaksanakan shalat dhuha bersama para sahabat beliau.
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw mengerjakan shalat dhuha empat rakaat dan adakalanya menambah sesukanya.” (HR. Al-‘Iraqi mengatakan dalam Syarah at-Tirmidzi, “Aku tidak melihat seseorang dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang membatasi jumlahnya pada dua belas rakaat. Demikian juga pendapat Imam as-Suyuti, dari Ibrahim an-Nakha’i; bahwa seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, “Berapa rakaat aku harus shalat dhuha?” Ia menjawab, “terserah kamu”.
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah Nabi Saw. selalu melaksanakan shalat dhuha?”, ‘Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.” [HR.
Artinya: “Diriwayatkan dari Itban bin Malik —dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang ikut perang Badar dari kalangan Ansar— bahwa dia mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku. Ada pula satu hadits riwayat Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban dari A’idz ibn ‘Amr, yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw pada suatu kesempatan pernah melaksanakan shalat dhuha bersama para sahabat beliau.
Banyak yang masih mencari-cari informasi seputar sholat Dhuha ini, mulai dari tata caranya, termasuk juga tentang doa khusus yang mungkin dibaca saat sholat dhuha. Mengutip laman muhammadiyah.or.id, dibahas tentang doa khusus sholat Dhuha ini.
Baca Juga: Niat dan Bacaan Sholat Dhuha, Bagaimana Memilih Surat yang Harus Dibaca? Disebutkan, Majelis Tarjih Muhammadiyah telah menelusuri kitab-kitab fikih dan kitab-kitab hadist. Dengan demikian Majelis Tarjih mengeluarkan fatwa, bahwa jika seseorang selesai melaksanakan sholat Dhuha dapat melafalkan doa apapun, tanpa harus terikat dengan lafal yang dianggap berasal dari Rasulullah SAW. Namun, Majelis Tarjih merekomendasikan doa yang diajarkan oleh hadits di bawah ini:.
“Sesungguhnya Rasulullah berlindung (kepada Allah) dari lima hal setelah selesai salat. Baca Juga: Benarkah Sholat Dhuha tidak Boleh Dilakukan Setiap Hari, Apa Dalilnya?
Sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dalam hadist sebagai berikut:. "Man Haafazha 'alaa syuf 'a tidl dluha, ghufira lahu dzunubuhu wa in kaanat mitsla zabadil bahri". "Siapa saja yang dapat mengerjakan sholat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lutan.".
Aku niat shalat sunat dhuha dua raka'at, karena Allah ta'ala. Doa yang dibaca setelah selesai sholat dhuha:.
Sehubungan dengan itu, kami anjurkan saudara untuk membaca kembali beberapa buku dan majalah tersebut. Namun demikian, dengan merujuk kembali kepada sumber-sumber tersebut, tata cara shalat tahajud dapat disimpulkan secara ringkas sebagai berikut:. Beberapa hadis Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa shalat tahajud bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:. Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw mengerjakan shalat dhuha empat rakaat dan adakalanya menambah sesukanya.” (HR. Al-‘Iraqi mengatakan dalam Syarah at-Tirmidzi, “Aku tidak melihat seseorang dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang membatasi jumlahnya pada dua belas rakaat. Demikian juga pendapat Imam as-Suyuti, dari Ibrahim an-Nakha’i; bahwa seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, “Berapa rakaat aku harus shalat dhuha?” Ia menjawab, “terserah kamu”.
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah Nabi Saw. Artinya: “Diriwayatkan dari Itban bin Malik —dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang ikut perang Badar dari kalangan Ansar— bahwa dia mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku.
Ada pula satu hadis riwayat Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban dari A’idz ibn ‘Amr, yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw pada suatu kesempatan pernah melaksanakan shalat dhuha bersama para sahabat beliau.
Adapun landasan haditsnya adalah Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari, diriwayatkan oleh Aishah. Majelis Tarjih dan Tajdid memutuskan dengan landasan hukum fiqh yang kuat.
Namun paling baik adalah pada sepertiga akhir malam (Sesuai HR. Dalam hal Shalat tahajud boleh dikerjakan secara berjamaah (berdasarkan HR. Artinya: “Maha suci Allah, Dengan Dzat yang memiliki kerajaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan.” Selanjutnya hanya membaca surat al-Fatihah (tidak membaca surat lain) pada tiap rakaat. Dengan mengeraskan suara juga memanjangkannya pada bacaan yang ketiga, lalu membaca: “Rabbil-malaaikati war-ruuh”.
“Ya Allah, hanya bagiMu segala pujian (kamu), Engkau cahaya (penerang) langit dan bumi. Hanya bagiMu segala pujian, Engkau Yang Mengatur langit dan bumi beserta isinya. Setelah membaca sholawat pada tasyahud terakhir, atau ketika selesai shalat.