Bisakah Shalat Gerhana Dilakukan Sendiri. Niat dan Tata Cara Shalat Gerhana Bulan Sendirian, Jadi Imam atau Makmum. Berdasarkan catatan LAPAN, Gerhana Bulan Penumbra ini akan terjadi secara Parsial atau sebagian selama 4 jam 25 menit 52 detik. Jika menjadi makmum, maka lafadz niat shalat gerhana bulan adalah sebagai berikut:. Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”.
Sedangkan bacaan niat shalat gerhana bulan saat menjadi imam adalah sebagai berikut:. Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala”.
Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah Ta’ala”. Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, sebelum shalat gerhana dimulai, sebaiknya muadzin mengumandangkan lafadz “ash shalaatu jaami’ah.”.
Di bawah ini adalah tata cara shalat gerhana bulan yang perlu dipahami:.
Bisnis.com, JAKARTA - Salat sunnah gerhana matahari dapat dikerjakan sendiri di rumah masing-masing. Salat sendirian ini menjadi alternatif bagi mereka yang tidak sempat menghadiri shalat sunnah gerhana secara berjamaah.
Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki menyebutkan tata cara shalat gerhana matahari menurut kedua mazhab tersebut. Adapun secara teknis, shalat sunnah gerhana matahari sendirian adalah sebagai berikut:.
Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Quran dengan sir (perlahan). Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Quran dengan sir (perlahan). Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Simak Video Pilihan di Bawah Ini :.
Ribuan warga melaksanakan Salat Gerhana di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Sumut, Rabu (9/3/2016). Pada kesempatan itu, UMSU juga memfasilitasi ribuan warga Medan yang antusias melihat proses gerhana matahari dengan menyediakan sejumlah teropong dan beberapa alat canggih lainnya.
Dalam peristiwa itu umat muslim dianjurkan memperbanyak zikir dan ibadah serta melakukan amalan-amalan sunah seperti shalat gerhana bulan. Salat sunah gerhana dikerjakan secara berjamaah lalu disusul dengan dua khutbah.
Dikutip dari situs NU.or.id, sebagaimana diketahui bahwa gerhana matahari dan gerhana bulan merupakan gejala alam yang merupakan tanda kebesaran Allah SWT yang tidak berkaitan dengan kelahiran dan kematian seseorang.
TEBET, AYOJAKARTA – Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon diprediksi terjadi pada hari ini, Rabu 26 Mei 2021. Badan Meteorolig, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenoma alam itu malam hari nanti bisa disaksikan di wilayah Indonesia.
Nah, lantas muncul persoalan, apakah shalat sunah gerhana bulan secara sendirian (tidak berjamaah) dapat dilakukan seorang diri tanpa berjemaah? Terkait khutbah shalat gerhana bulan yang dikerjakan secara sendiri-sendiri, Syekh Taqiyuddin Abu Bakar al-Hishni as-Syafi’i dalam kitab Kifayatu al Akhyar menjeskan bahwa barang siapa yang mengerjakan shalat gerhana secara sendirian/munfarid, maka tidak pakai khutbah.
Artinya: Telah sepakat Imam as-Syafii dan para pengikutnya atas kesunnahan dua khutbah setelah shalat gerhana. Dua khutbah itu hukumnya hanyalah sunnah, dan bukan menjadi syarat sahnya shalat gerhana.
Demikian penjelasan terkait shalat sunah Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon sendirian, sahkah shalatnya?
× Translate Page. Disclaimer: You are using Google Translate. The UAE mGovernment is not responsible for the accuracy of information in the translated language. Disclaimer: Anda menggunakan Google Translate. Kementerian Kominfo tidak bertanggung jawab atas keakuratan informasi dalam bahasa diterjemahkan.
وقالت الحنفية صلاة الخسوف ركعتان بركوع واحد كبقية النوافل وتصلى فرادى، لأنه خسف القمر مرارا في عهد الرسول ولم ينقل أنه جمع الناس لها فيتضرع كل وحده، وقالت المالكية: ندب لخسوف القمر ركعتان جهرا بقيام وركوع واحد كالنوافل فرادى في المنازل وتكرر الصلاة حتى ينجلي القمر أو يغيب أو يطلع الفجر وكره إيقاعها في المساجد جماعة وفرادى. Gerhana bulan merupakan fenomena alam yang menjadi tanda kebesaran Allah SWT. dalam pada itu kita dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunah gerhana bulan. Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki menyebutkan tata cara shalat gerhana bulan menurut Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki dalamsebagai berikut:Artinya, “Kalangan Hanafi mengatakan, shalat gerhana bulan itu berjumlah dua rakaat dengan satu rukuk pada setiap rakaatnya sebagai shalat sunah lain pada lazimnya, dan dikerjakan secara sendiri-sendiri. Kalangan Maliki menganjurkan shalat sunah dua rakaat karena fenomena gerhana bulan dengan bacaan jahar (lantang) dengan sekali rukuk pada setiap kali rakaat seperti shalat sunah pada lazimnya, dikerjakan sendiri-sendiri di rumah. Shalat itu dilakukan secara berulang-ulang sampai gerhana bulan selesai, lenyap, atau terbit fajar.
Kalangan Maliki menyatakan makruh shalat gerhana bulan di masjid baik berjamaah maupun secara sendiri-sendiri,” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki,, Beirut, Darul Fikr, cetakan pertama, 1996 M/1416 H, juz I, halaman 114).Sebelum shalat ada baiknya seseorang melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat karena Allah SWT.”Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan sendirian menurut Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki adalah sebagai berikut:1. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi,, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman 303).Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat sunah gerhana bulan tetap berlaku.
Tidak ada batasan jumlah rakaat shalat gerhana bulan menurut Madzhab Maliki.
"Namun, pada saat tertentu, bulan memasuki bayangan bumi ketika matahari-bumi-bulan dalam posisi segaris. Dari al-Mughirah Ibn Syu'bah Ra, ia berkata, "Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim. Maka, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Majelis Tarjih Muhammadiyah menulis, kedua istilah ini dalam hadis dapat dipertukarkan penggunaannya.
Silang pendapat ini bersumber dari perbedaan pemahaman dalam memahami sabda Nabi SAW.