Apakah Sholat Dhuha Setiap Hari. Baca Juga: Aturan Shalat Jumat Selama Perpanjangan PPKM Level 4 Hingga 16 Agustus 2021. Selain itu, shalat dhuha juga dianjurkan untuk dilakukan bagi umat Islam pada dikisaran pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB, adaupun ibadahnya juga dipercaya dapat menjadi iktiar agar manusia memperoleh kemudahan urusan dunia dan mencari rezeki. Manfaat dari shalat dhuha itu sendiri, yaitu juga bisa membukakan pintu-pintu rezeki dan melancarkan urusan kehidupan.
Baca Juga: Cukur Kumis Hingga Mandi Besar, Berikut Amalan Sebelum Laksanakan Shalat Jumat. Akan tetapi, Rasulullah SAW tidak menganjurkan umat Islam jika ingin melakukan shalat Dhuha setiap harinya.
Terdapat sebuah hadis Nabi yang menyatakan bahwa salat dhuha sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus setiap hari. Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah Nabi Saw.
selalu melaksanakan shalat dhuha?”, ‘Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya”” [HR. Pada hadis di atas menunjukkan bahwa shalat dhuha tidak boleh dilakukan setiap hari? Kalau kita hanya melihat kepada hadis ‘Aisyah yang diriwayatkan oleh Muslim dan atsar Ibnu Abbas serta sahabat lainnya sebagaimana disebut di dalam pertanyaan di atas, maka kita akan memahami bahwa shalat dhuha itu memang dikerjakan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat secara jarang, tidak rutin.
Ibnul Qayyim di dalam kitab al-Hadyu menyebutkan enam pendapat ulama mengenai hukum pelaksanaan shalat dhuha; Pertama: Mustahab (sunat). Seperti pembukaan Mekkah, pembunuhan Abu Jahal, permintaan sahabat yang bernama ‘Itban agar Nabi Saw salat di salah satu sudut rumahnya, dan pulang dari perjalanan.
Diriwayatkan pula dari Ikrimah: “Adalah Ibnu Abbas itu melakukan shalat dhuha sepuluh (hari) dan meninggalkannya sepuluh (hari).” Ats-Tsauri berkata: Diriwayatkan dari Mansur: “Para sahabat tidak suka melakukannya terus-menerus seperti shalat wajib.” Dan diriwayatkan dari Sa’id bin Jubair: “Sungguh aku meninggalkannya padahal aku menyukainya karena aku takut menganggapnya sebagai kewajiban atasku.” Kelima: Mustahab (sunat) dilakukan secara terus menerus di rumah. Terutama yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, ialah bahwa Nabi Saw melakukan salat dhuha pada sebagian waktu karena keutamaannya. Sebabnya ialah, Nabi Saw jarang bersama ‘Aisyah pada waktu dhuha karena mungkin sedang dalam perjalanan.
Berikut beberapa surat baik yang bisa Anda baca ketika melakukan salat dhuha, sebagaimana dilansir dream.co.id. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad jika salat dhuha ditunaikan di tiap harinya akan mendapat banyak keuntungan, ” Siapa saja yang menjaga salat dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan” . Rupanya tak hanya itu, salat dhuha juga punya segudang manfaat jika dilakukan setiap hari. Syaikh Wahbah mengutip perkataan dari Abdul Khattab: “Menjalankan salat dhuha secara terus menerus hukumnya sunnah karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berpesan agar para sahabat melakukan hal tersebut.”. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa saja yang menjaga salatdhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Bahkan, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu mendapatkan wasiat dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kekasihku (Muhammad) shallallahu’Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan (ayyamul bidh), salatdhuha dua rakaat, dan salatwitir sebelum tidur.” (HR.
“Di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?”. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk melaksanakan salat dhuha, maka hal itu adalah peperangan yang paling dekat, ghanimah yang paling banyak, dan kembalinya lebih cepat.” (HR.
Ustadz, saya mau tanya tentang hukum shalat dhuha yang dikerjakan setiap hari, dan seolah-olah telah menjadi kegiatan rutin (wajib)? Bila terkait perkara yang sunnah beliau lebih sering mencontohkan dan tidak melakukannya setiap hari, karena khawatir dipandangan wajib bagi umat.
Sebagaimana halnya dengan shalat qiyam Ramadhan, Rasul beberapa hari shalat di masjid dan melakukan secara berjamaah dengan para sahabat, tapi setelah beberapa hari Rasul tidak melakukannya di masjid, karena takut dipandang wajib. Hadits ini dapat dipahami, Rasul tidak melakukan setiap hari karena khawatir menjadi beban dan dianggap wajib oleh umatnya. Semua itu tercukupkan dengan dua rakaat shalat yang dilakukan di waktu dhuha.” (HR. Perhatikan hadits tersebut, di awal hadits Rasul menggunakan “kalimat setiap hari persendian terdapat kewajiban sedekah”, dan maknanya ia dapat dapat diganti dan bernilai sedekah dengan shalat dhuha setiap hari juga.
Demikian Syaikh Utsaimin memahami dibolehkannya menjaga shalat Dhuha setiap hari dengan dalih hadits ini. Kelima, jika kita memperhatikan hadits-hadits global terkait dengan urgensi istiqamah, menjaga ritme ibadah walaupun sedikit tapi kontiniu, maka shalat dhuha setiap hari tidak dapat disalahkan. Ketujuh, teruslah dan tetap berusaha menjaga istiqamah shalat dhuha karena keutamaan yang luar biasa, di antaranya bernilai sedekah, termasuk kategori orang yang al-Awwabin, melaksanakan wasiat Rasul, dan dijajikan rumah di surga.
Rubrik “KONSULTASI” di www.islampos.com diasuh oleh H. Atik Fikri Ilyas, Lc, MA, Ketua Lembaga Dakwah LAZ Shadaqah Perekat Umat (SPU) Purwakarta, Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo & Universitas Amer Abdel Kader Aljazair, mahasiswa program Doktoral Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.