Apakah Orang Sholat Pasti Masuk Surga. Orang yang enggan masuk surga adalah mereka yang tidak taat pada Rasulullah SAW. Mengenai perintah taat kepada rasul telah disebutkan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 32,.
Artinya: Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.". Menurut surat Al Hasyr ayat 7, taat kepada rasul adalah mengikuti apa yang diajarkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Dalam Islam, ada banyak ibadah yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan rasul.
Ibadah ini bisa dilakukan dalam usaha menjadi salah satu umat Nabi Muhammad yang pasti masuk surga. Allah SWT berfirman sebagai berikut:.
Perintah puasa termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:. Perintah zakat termaktub dalam Q.S at-Taubah ayat 103 sebagai berikut:. Artinya:" Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al Ahzab ayat 56 sebagai berikut:. Artinya:"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Tentunya masih banyak amalan lain yang bisa dilakukan muslim, sehingga menjadi umat Nabi Muhammad yang pasti masuk surga.
Demikian juga mungkin banyak orang yang sadar diri berdosa, tapi tidak akan ada seorang pun yang menyadarinya secara benar dan penuh, betapa dalamnya ia berdosa. Di titik ini, kita sadar adanya konsep all or none, di mana jika Allah sudah membukakan kesadaran berdosa ini kepada dia, maka tidak mungkin tidak, orang tersebut akan menyadari bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya, termasuk perbuatan-perbuatan baiknya juga. Dengan menyadari hal tersebut, dia akan sadar bahwa keselamatan itu harus berasal dari luar dirinya, yaitu pengorbanan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat satu-satunya, yang suci dan tak bercacat, yang menanggung murka Allah atas dosa-dosa kita. Oleh karena itu, tidak bisa tidak, keselamatan hanya, benar-benar hanya, dapat kita peroleh dari luar diri kita, tepatnya dari pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, tidak ada yang lain.
Di dalam kematian-Nya itu kita melihat betapa Allah membenci dan murka terhadap dosa; di sanalah kita melihat murka Allah yang paling puncak atas dosa manusia yang ditumpahkan ke atas pribadi Yesus Kristus. Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita yang menyadari akan keberdosaan kita dan yang kini melihat kebencian Allah terhadap dosa masih mau bermain-main dengan dosa?
Namun tidak sampai di situ, kuasa kematian Kristus tidak hanya membuat kita tidak melakukan dosa karena rasa takut akan murka Allah, tetapi kita didorong untuk melihat alasan yang jauh lebih dalam dari itu, yaitu kasih Allah. Orang Kristen seharusnya membenci dosa dan melakukan perbuatan yang benar. Namun, yang membedakan orang Kristen dari yang lain adalah perbuatan baik yang dilakukan orang Kristen, sama sekali tidak ditujukan agar dia bisa masuk surga, sebab jaminan itu sudah ada ketika dia percaya Yesus.
Tapi semua itu tidak berlaku bagi seseorang yang masuk surga, namun tak pernah menunaikan ibadah itu. "Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya.
Bisa saja ada yang tak pernah melakukan ibadah, seperti salat tapi bisa masuk surga. Ya, hal ini pernah didalami oleh seseorang dalam pada zaman Rasulullah.
Orang tersebut merupakan Amr bin Tsabit. Orang-orang pun menjawab “Di Uhud”.
Saat orang-orang muslim melihatnya, mereka pun berkata “Menjauhlah engkau dari kami wahai ‘Amr!”. Namun Amr enggan pergi dan kemudian berkata,.
Amr yang dengan kondisi luka pun menjawab “Aku datang ke medan perang karena ingin masuk Islam, aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kejadian ini kemudian di ceritakan kepada Rasulullah SAW.
Menanggapi itu, Ustaz Hilmi Firdaus mengatakan, amal ibadah memang tidak menjamin orang masuk surga. “Rajin sholat, menutup aurat dan juga ibadah lainnya memang betul tidak menjamin kita masuk surga, kita masuk surga karena ridho dan rahmat Allah Ta’ala,” tulis Ustaz Hilmi Firdaus.
Banyak orang yang sholat tapi tidak paham apa yang dibacanya, banyak orang beramal tapi hanya mengharap pujian belaka. Sekarang, kalau yang rajin sholat saja belum tentu masuk surga, apalagi yang tidak pernah sholat? Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE KIRIM Belum ada komentar. Lihat Semua Komentar (9).
dijelaskan bahwa akan ada umat Rasulullah SAW yang masuk surga tanpa hisab. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku dianugerahi Allah 70.000 orang dari umatku masuk surga tanpa hisab. Dalam riwayat lain dijelaskan, di antara umat Rasulullah SAW yang masuk surga tanpa hisab, mereka juga tidak akan mendapat siksaan. Allah SWT memberikan sifat kepada mereka sebagai orang-orang yang lebih dulu beriman dan didekatkan kepada-Nya. Mereka adalah cermin dalam iman, amal kebaikan, jihad, ilmu, anugerah, kelembutan hati, cinta, kesempurnaan, akhlak, dan keagungan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada tiga golongan orang mukmin yang pertama masuk surga.
Rabi' Abdur Rauf Az-Zawawi dalam bukunya Al-Baqiyatus Shalihat mengatakan, dzikir merupakan salah satu amalan abadi yang tidak merugikan. Abdul Nashir Balih dalam bukunya Masuk Surga Tanpa Hisab menjelaskan, orang yang menunaikan sholat tepat pada waktunya termasuk salah satu golongan orang yang masuk surga tanpa hisab.
Sholat tepat waktu juga termasuk satu dari tiga amalan yang amat dicintai Allah SAW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dikatakan bahwa Allah SWT akan meringankan beban di dunia dan akhirat bagi orang yang meringankan beban orang lain.
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat. Selain ketiga amalan di atas, silaturahmi juga menjadi jalan untuk memudahkan setiap orang menuju surga.
Setiap orang yang beriman akan berlomba-lomba agar bisa masuk surga. Seorang Muslim bisa masuk surga karena rahmat dari Allah SWT.
Dari ‘Ubadah bin ash-Shâmit Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian dengan Allâh. 1276).Dan dishahihkan oleh para pentahqiq Mausû’ah Musnadil Imam Ahmad (37/366-368, no.
Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda…. Shalat lima waktu adalah kewajiban setiap Muslim dan Muslimah.
Setiap Muslim wajib melaksanakannya sebagaimana diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla dan dicontohkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia wajib mengerjakan shalat yang lima waktu dengan menjaga waktu pelaksanaannya, thuma`ninahnya dan khusyu’nya. Adapun orang yang menyia-nyiakan shalat, terkadang dia shalat dan terkadang tidak, atau hanya sebagian shalat saja yang dikerjakan, atau dia shalat tetapi tidak thuma`ninah sama sekali dan mengerjakannya tidak sesuai dengan perintah Allâh Azza wa Jalla dan contoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka orang yang seperti ini tidak ada jaminan dari Allâh Azza wa Jalla .
Orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allâh di dunia dan di Akhirat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pentingnya masalah shalat kepada para Shahabat Radhiyallahu anhum dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan hal itu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allâh, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Thâhâ/20:14].
Kemudian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada ummatnya untuk mengerjakan shalat pada waktunya. Karena, Allâh Azza wa Jalla telah menyuruh kita untuk mengerjakan shalat pada waktu yang telah ditentukan. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. Allâh Azza wa Jalla telah menentukan waktu shalat atas setiap Mukmin, dan Allâh pun memerintahkan kita untuk menjaga shalat pada waktu-waktunya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :. Dan berdirilah karena Allâh (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika Anda sudah mengetahui bahwa shalat lima waktu wajib dikerjakan pada waktunya,maka kerjakanlah shalat dimanapun Anda berada, baik ketika di kantor, di kampus maupun di pasar.
Nanti di rumah juga bisa shalat.” Sebagai seorang Muslim apabila sudah tiba waktu shalat, ia akan bergegas mengerjakan shalat. Ketahuilah, apabila tidak ada masjid maupun mushalla, maka sungguh, bumi ini merupakan tempat shalat. Wajib Mengerjakan Shalat Sesuai Contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Laksanakanlah shalat lima waktu sesuai dengan tata cara yang dicontohkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :. Saya anjurkan membaca buku Shifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Syaikh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallamashiruddin al-Albani t karena buku ini adalah buku yang terbaik dalam pembahasan tata cara shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kita wajib ikhlas dan mencontoh Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan shalat sehingga shalat kita dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :.
Barangsiapa menjaga shalat lima waktu: ruku’nya, sujudnya (dengan thuma’ninah), pada waktu-waktunya, kemudian ia mengetahui bahwa perintah ini benar-benar datangnya dari Allâh, maka ia akan masuk surga,” atau Beliau bersabda, “Wajib atasnya surga,” atau Beliau bersabda, “Ia diharamkan masuk neraka.”[12]. Shalat wajib dikerjakan dengan thuma`ninah (tenang) dan khusyu’. Pernah di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seseorang shalat akan tetapi dia tidak thuma`ninah, maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh orang tersebut mengulangi shalatnya, kemudian dia mengulangi shalatnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyuruh mengulanginya lagi.
[13]Ini menunjukkan bahwa thuma`ninah adalah wajib dan merupakan rukun shalat yang jika ditinggalkan maka shalatnya tidak sah. Jika seseorang mengingat kematian dalam shalatnya niscaya ia akan melakukan shalatnya dengan baik.
Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia akan melakukan shalat yang lainnya (karena meninggal)[16]. Hukum shalat berjama’ah bagi laki-laki adalah wajib, berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla:.
Juga berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu , dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:. Barangsiapa mendengar adzan kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya (shalatnya tidak sempurna-pent), kecuali karena ada udzur. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan keringanan untuk meninggalkan shalat berjama’ah bagi orang lelaki yang buta dan tidak ada yang menuntunnya ke masjid, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu[21]. Pada kesempatan lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berniat untuk membakar rumah orang-orang yang tidak melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu pernah berkata, “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allâh di hari kiamat kelak dalam keadaan Muslim, hendaklah ia menjaga shalat lima waktu dimanapun ia diseru kepadanya.Sungguh, Allâh telah mensyari’atkan kepada Nabi kalian n , sunnah-sunnah yang merupakan petunjuk. Seandainya kalian shalat di rumah kalian sebagaimana orang yang tertinggal ini shalat di rumahnya (dia tidak shalat berjama’ah di masjid) niscaya kalian akan meninggalkan sunnah Nabi kalian.
Shalat lima waktu harus kita kerjakan dengan berjama’ah, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita shalat berjama’ah. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan keutamaan shalat berjama’ah, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:. Shalat seseorang dengan berjama’ah akan dilipat-gandakan 25 (dua puluh lima) kali lipat daripada shalat yang dilakukan di rumah dan di pasarnya. Dalam hadits lain, dari Shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:.
Dari Anas Radhiyallahu anhu , ia mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan bagi laki-laki untuk mengerjakan shalat dengan berjama’ah di masjid dan menganjurkan wanita untuk shalat di rumahnya karena rumah bagi wanita adalah lebih baik.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengerjakan shalat ber-jama’ah di masjid, bahkan ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit, hingga Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dipapah ke masjid untuk mengerjakan shalat berjama’ah. Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda:.
Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ummatnya shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat merupakan tiang agama dan cahaya bagi seorang Mukmin di dunia maupun di akhirat. Shalat yang lima waktu ini mudah dikerjakan oleh setiap Muslim dan Muslimah.
Setiap Muslim wajib belajar tentang wudhu, shalat, karena dia wajib mengerjakan shalat sesuai dengan contoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Seorang Muslim wajib shalat dengan thuma`ninah dan khusyu’, tidak boleh terburu-buru, dan tidak boleh tergesa-gesa.
Laki-laki wajib mengerjakan shalat berjama’ah di Masjid. Orang yang mengerjakan shalat, menjaganya, dikerjakan dengan khusyu’ dan thuma`ninah, dan mengerjakan dengan ikhlas serta sesuai dengan contoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka orang tersebut dijamin oleh Allâh masuk surga.
Orang yang tidak menjaga shalat lima waktu, atau terkadang dia shalat dan terkadang tidak, atau shalatnya tidak thuma`ninah sama sekali, maka orang yang seperti ini tidak ada jaminan bagi Allâh Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga-Nya.
Bahkan disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa Amru bin Tsabit menjadi salah satu penghuni surga. Amru bin Tsabit sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairoh dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah karangan Ali Muhammad Ash-Shallabi dikatakan ia enggan masuk Islam karena kaumnya.
Lalu disebutkan Sa'ad sedang berada di Uhud bersama Rasulullah dan seluruh pasukan Islam. Ketika perang usai, beberapa Bani Abdul Asyhal mencari korban-korban dari kaumnya yang syahid dalam peperangan.
Saat itulah beberapa dari mereka kaget karena menemukan Amru bin Tsabit di antara korban yang tengah sekarat. Lalu salah seorang di antara mereka bertanya kepada Amru bin Tsabit, "Untuk apa engkau datang? Kemudian ada di antara sahabat yang berkata Amru bin Tsabit belum sempat melakukan sholat.
Dari percakapan di atas, sepertinya masih ada keraguan seseorang akan janji Allah Swt tentang balasan yang akan mereka terima di yaumul akhirat yaitu adanya surga dan Neraka yang sudah jelas ada dalil Al-Qur’an dan Haditsnya. Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk Allah yang sudah di-ciptakan.
Berikut adalah bukti adanya Surga dan Neraka dari dalil Al-Qur’an yang artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Ali ‘Imran: 133], sedangkan tentang Neraka Allah berfirman : “Dan peliharalah dirimu dari api Neraka, yang telah disediakan bagi orang-orang kafir.” [Ali ‘Imran: 131]. Ayat-ayat yang menjelaskan bahwa orang yang masuk Surga akan kekal di dalamnya selama-lamanya, di antaranya: Firman Allah Ta’ala: “Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah Surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya…” [Al-Bayyinah: 8].
Sedangkan di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang kekalnya orang-orang kafir di dalam Neraka adalah firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api (Neraka) yang menyala-nyala, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka tidak memperoleh pelindung pun dan tidak (pula) penolong.” [Al-Ahzaab: 64-65]. Orang kafir dan munafik akan masuk ke dalam Neraka dan kekal di dalamnya selama-lamanya.
Adapun ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masuk Neraka dengan sebab perbuatan dosa-dosa besar dan maksiat yang mereka perbuat, maka mereka tidaklah kekal di dalam Neraka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan keluar dari Neraka orang yang di dalam hatinya masih ada seberat dzarrah dari iman.” [2].
Namun di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya sebagai sesuatu yang berbentuk kambing dan dapat dilihat oleh indera, kemudian disembelih di antara Surga dan Neraka, lalu dikatakan: “…Wahai penghuni Surga, kalian kekal (selamanya) dan tidak akan mati. Rangkaian peristiwa yang terjadi di akhirat, seperti hisab, pemberian pahala, siksaan, Surga, Neraka, dan rincian semua hal itu sudah disebutkan dalam kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, serta disebutkan dalam riwayat-riwayat yang diwariskan oleh para Nabi, sedangkan yang terkandung dalam Sunnah yang diwariskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah ini sudah cukup serta memadai.
Beriman kepada hari Akhir, yaitu hari dibangkitkannya semua makhluk dan apa yang terjadi padanya akan mengingatkan seorang Mukmin bahwa ia akan kembali kepada Allah, maka ia berusaha untuk melakukan amal yang terbaik dengan ikhlas dan ittiba’ didasari dengan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya serta menumbuhkan raja’ (harapan) kepada rahmat Allah dan khauf (takut) terhadap siksa Allah, dan selalu bertaubat dari segala dosa. “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur-an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturun-kan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” [Al-Baqarah: 4].
Kemudian hadits No. bersabda Sorga berdebat dengan neraka, maka berkata neraka: Aku diutamakan oleh Allah untuk orang-orang yang sombong dan kejam.
Adapun neraka maka tidak penuh sehingga Tuhan meletakkan kaki-Nya maka di situ neraka berkata: Cukup-cukup, cukup.