Apa Boleh Sholat Tahajud Di Bulan Ramadhan. Sholat Tahajud dapat dikerjakan minimal sebanyak dua rakaat dengan satu kali salam. Saat Ramadhan, umat islam dianjurkan untuk melakukan ibadah sebanyak mungkin. Artinya: "Aku niat sholat sunnah tahajud 2 rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala.".
Artinya: "Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Berikut adalah beberapa alasan dianjurkannya sholat Tahajud saat bulan puasa Ramadhan. Sholat malam adalah ibadah yang dianjurkan dilakukan saat bulan Ramadhan.
Seseorang boleh mengerjakan dengan jumlah raka'at yang sedikit atau pun banyak. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak amalan, salah satunya dapat dilakukan dengan sholat tahajud.
Liputan6.com, Jakarta Keistimewaan salat tahajud di bulan Ramadan adalah pembuka pintu surga, termasuk sedekah rahasia, diampuni segala dosa, dan masih banyak lagi. Sama seperti salat malam di bulan biasa, waktu terbaik salat tahajud di bulan Ramadan adalah di sepertiga malam terakhir. Inilah yang membuat keistimewaan salat tahajud di bulan Ramadan tak boleh terlewatkan.
Ada yang menyebut salat tahajud termasuk qiyamul lail, sebagaimana salat tarawih dan witir yang dilakukan di malam hari disertai membaca Al-Qur’an dan berzikir. Akan tetapi, salat tahajud tak bisa digantikan tarawih dan witir meskipun pahala keduanya sama seperti salat sunnah semalam suntuk.
Dalam tafsir Imam Al-Qurthubi, salat tahajud adalah bangun setelah tidur (haajid), kemudian menjadi nama salat karena seseorang bangun untuk mengerjakan salat, maka tahajud adalah mendirikan salat usai tidur. Hal yang sama dikatakan oleh al-Aswad, al-Qamah, dan Abdurrahman bin al-Aswad. Untuk bisa merasakan keistimewaan salat tahajud di bulan Ramadan, lebih mudah bila sebelum sahur tidur terlebih dahulu.
Hal ini akan menjadikan bangun di sepertiga malam terakhir sebagai waktu terbaik untuk sahur sekaligus salat malam. Berikut Liputan6.com ulas keistimewaan salat tahajud di bulan Ramadan dari berbagai sumber, Selasa (13/4/2021).
Hal ini sering dipertanyakan karena di bulan Ramadhan umat muslim telah melakukan salah satu ibadah sholat malam yakni tarawih dan witir. Setelah itu di antara waktu adzan subuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat dua raka’at.” (HR. Namun yang perlu digaris bawahi, ditegaskan bahwa tidak diperkenankan melakukan sholat witir lagi jika sudah melakukannya setelah tarawih. Hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Ustaz H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., dalam sebuah ceramahnya.
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”(QS.
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji,” (QS. “Jadikan shalatmu yang paling akhir di waktu malam berupa shalat witir,” (HR Bukhari Muslim). Sedangkan tradisi yang berkembang di Indonesia pada saat bulan Ramadhan, seringkali shalat witir dilaksanakan langsung setelah melaksanakan shalat tarawih, sehingga hal demikian memunculkan problem tersendiri, yakni ketika seseorang ingin melaksanakan shalat tahajud sesudah itu. Jika ternyata ia telah melaksanakan shalat witir terlebih dahulu (seperti yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan) maka tidak perlu baginya untuk mengulang kembali shalat witir, bahkan menurut sebagian pendapat, mengulang shalat witir dihukumi tidak sah.
فإن كان له تهجد أخر الوتر إلى أن يتهجد، فإن أوتر ثم تهجد لم يندب له إعادته، بل لا يصح، لخبر : لا وتران في ليلة اهـ. Namun jika ia melakukan ssalat witir lebih dulu kemudian baru melakukan sholat tahajud, maka dia tidak disunnahkan mengulang shalat witir, bahkan (Menurut sebagian pendapat) tidak sah jika diulang, berdasarkan hadits: "tidak ada pelaksanaan shalat witir dua kali pada satu malam” (Syekh Ibrahim al-Bejuri, Hasyiyah al-Baijuri , juz 1, hal. وإذا أوتر ثمّ تهجّد لم يعده على الأصح من مذهب الشافعى ومذهب أبي حنيفة. “Apabila seseorang telah melaksanakan shalat witir kemudian ia hendak bertahajud, maka shalat witir tidak perlu diulang menurut qaul ashah dari mazhab Syafi’i dan Mazhab Abi Hanifah” (Syekh Muhammad bin Abdurrahman, Rahmah al-Ummah , hal.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim). Seseorang boleh mengerjakan dengan jumlah raka’at yang sedikit atau pun banyak.”(At-Tamhid, Ibnu ‘Abdil Barr, 21: 69-70, Wizaroh Umum Al Awqof, 1387 dan Al-Istidzkar, Ibnu ‘Abdil Barr, 2: 98, Dar Al-Kutub Al ‘Ilmiyyah, 1421 H). Adapun dalil yang menunjukkan bahwa shalat malam tidak dibatasi jumlah raka’atnya, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at. Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat 13 raka’at (dalam semalam). Setelah itu di antara waktu adzan shubuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat dua raka’at.” (HR. Dari Thalq bin ‘Ali, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,.
Namun di malam hari ketika melakukan shalat tahajud tidak lagi ditutup dengan witir.
Oleh sebab itu, rangkaian shalat sunah seseorang dalam sehari semalam hendaknya ditutup dengan witir sebagai bukti pengesaan hamba kepada Tuhan. Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Barang siapa mengerjakan salat pada malam hari maka hendaklah dia menjadikan salat terakhirnya sebagai Witir (sebelum Subuh) karena sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan hal tersebut.” (Said bin ‘Ali bin Wahf al-Qahtjani, Ensiklopedia Shalat menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, 2006, hlm.
Keutamaan di antara kedua waktu tadi disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibn Khuzaimah. Namun, jika merujuk ke hadis lain, bakal ditemukan Salat Witir sebelum tidur lebih diutamakan. Hadis itu berbunyi: “Abu Dzar berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah SAW) pernah berpesan kepadaku tentang tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan untuk selamanya, Insyaallah, yaitu sholat fajar, sholat witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari pada setiap bulan.”.
Lebih tepatnya, apakah dia bisa memastikan diri untuk bangun dari tidur guna melaksanakan sholat Witir atau tidak. Hadis-hadis sahih yang lain juga menunjukkan perincian seperti ini.” ((Sallamah Muhammad Abu Al-Kamal, Mukjizat Shalat Malam-Meraih Spiritualitas Rasulullah, 2002, hlm. Sementara itu, Ustaz Adi Hidayat menyatakan, ada dua waktu melaksanakan sholat witir dan dua-duanya benar. “Sholat tarawih artinya menunaikan salat dengan jeda untuk melahirkan ketenangan pada jiwa,” kata Ustaz Adi Hidayat.