Pahala Sedekah Untuk Si Mati. Kemudian al-Sawi menjelaskan penafsiran ayat di atas antara lain bahwa yang dimaksud al-insan adalah manusia yang kafir, atau boleh jadi ayat di atas menceriterakan tentang lembaran (suhuf) nabi Musa dan nabi Ibrahim, bukan berbicara tentang syari’at kita. Pendapat lain menyatakan bahwa seseorang tidak mendapatkan kecuali sesuai hasil usahanya itu ditinjau dari keadilan Allah SWT. Sedangkan bila ditinjau dari anugerah Allah SWT maka boleh saja Dia tambahkan seseorang sesuai yang dikehendakinya. Sementara itu Abu al-Fida’ Isma’il ibnu Kasir dalam karyanya Tafsir Ibni Kasir antara lain mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidak akan dibebani dosa orang lain, dia pun tidak akan memperoleh pahala kecuali apa yang ia usahakan untuk dirinya.
Adapun isi hadis tentang tiga hal yang akan mengalir, sesungguhnya itupun termasuk hasil usahanya, kerja kerasnya dan amalnya (ketika di dunia). Lalu beliau menyitir satu hadis riwayat Ahmad, abu Dawud, al-Tirmizi dan al-Nasa’i dari ‘Aisyah ra.
“Apabila seseorang sakit di bulan Ramadhan kemudian meninggal dunia dan tidak berwasiat, maka diberikan makan untuknya bukan qadha.
Selain itu segala amal shalih yang diamalkan anaknya maka pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya tanpa mengurangi pahala si anak tersebut, sebab si anak merupakan hasil usaha kedua orang tuanya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :. Apakah (Allâh) akan menghapuskan (kesalahan)nya karena sedekahku atas namanya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.”[5].
Imam asy-Syaukani t berkata, “Hadits-hadits bab ini menunjukkan bahwa sedekah dari anak itu bisa sampai kepada kedua orang tuanya setelah kematian keduanya meski tanpa adanya wasiat dari keduanya, pahalanya pun bisa sampai kepada kedua-nya. Tetapi, di dalam hadits tersebut hanya menjelaskan sampainya sedekah anak kepada kedua orang tuanya. Dan telah ditetapkan pula bahwa seorang anak itu merupakan hasil usahanya sehingga tidak perlu lagi mendakwa ayat di atas dikhususkan oleh hadits-hadits tersebut. Ketika menafsirkan ayat di atas, al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sebagaimana dosa seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain, maka demikian pula ganjaran seseorang (tidak dapat dipindahkan/dikirimkan) kepada orang lain, kecuali apa yang didapat dari hasil usahanya sendiri. Dari ayat ini Imam asy-Syafi’i dan orang (para ulama) yang mengikuti beliau beristinbat (mengambil dalil) bahwa mengirimkan pahala bacaan al-Qur`ân tidak sampai kepada si mayit karena yang demikian bukanlah amal dan usaha mereka. Tentang bab amal-amal qurbah (amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah) hanya dibolehkan berdasarkan nash (dalil/contoh dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dan tidak boleh memakai qiyas atau pendapat.”[8].
217), “Redaksi ini milik al-Bukhari di salah satu dari dua riwayatnya, tambahan yang terakhir adalah miliknya dalam riwayat lain.
Amal jariyah menjadi amalan seseorang yang tidak akan terputus pahalanya meski ia telah meninggal. Dalam hadist Abu Hurairah diriwayatkan Rasulullah Saw terdapat tiga amalan jariyah, yakni sedekah jariah, ilmu bermanfaat, dan doa anak sholeh. Kajian Takmir Masjid Ulil Albab yang diikuti puluhan peserta ini mengingatkan kepada jamaah untuk selalu merenungkan kematian. “Ketika Orang meninggal maka akan terputus amalan untuknya, kecuali amal jariyah yang saya sebutkan tadi,” ujarnya. Oleh karena itu, kata Ustadz Amir alangkah baiknya orangtua mendidik anak-anaknya di jalan yang benar dan mengajarkannya tentang hukum-hukum Allah.
Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Setiap orang yang melalaikan kewajiban pasti akan merasa menyesal di saat meregang nyawa. Mereka meminta agar usianya diperpanjang sekalipun hanya sebentar untuk bertaubat dan menyusul semua amal yang dilewatkannya.”.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menyebut permintaan mundur atau hidup lagi agar bisa bersedekah itu percuma. Orang yang bersedekah mendapatkan pahala meskipun sedekahnya salah alamat, bahkan diberikan kepada hewan ternak sekalipun. Begitu banyaknya keutamaan dan faedah zakat, wajar mengapa orang mati ingin hidup lagi untuk bersedekah.
Ya, mungkin salah satu tujuan terhadap apa yang kita lakukan tersebut adalah untuk membantu meluaskan kubur dan meringankan siksa kuburnya. Amalan yang pahalanya terus mengalir itu dalam ajaran Islam adalah amal jariyah. Jadi, alangkah lebih baiknya apabila kita ingin bersedekah untuk mereka yang sudah meninggal.
Dari Abu Hurairah ra, ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul, “Sesungguhnya ayahku telah meninggal dan tak meninggalkan pesan. Karena, air yang sudah dimanfaatkan oleh banyak orang akan menjadi amal jariyah.
Selain itu, Indonesia atau lingkungan sekitar kita masih terdapat warga yang kekurangan sumber air bersih. Mungkin berdasarkan hitungan manusia, harta kita akan berkurang dalam melakukan sedekah untuk orang yang sudah meninggal.
Jadi, apabila seseorang belum meninggal dan melakukan salah satu amalan tersebut, maka pahalanya tetap akan ia dapatkan meskipun sudah tiada nantinya. Jika kita amati lebih jauh lagi, Indonesia ternyata juga masih terdapat banyak masjid yang mengalami kerusakan parah. Hendaknya kita juga tetap mendoakan serta melakukan sedekah untuk orang yang sudah meninggal tersebut.