Memberi Sedekah Kepada Pengemis Alasan Dan Akibatnya. Alasan :. membantu yang lebih membutuhkan daripada kita.
Akibat :. Akibatnya, pengemis itu akan tergantung atas pemberian orang lain dan akan malas untuk bekerja mencari nafkah.
Dia hanya mengharapkan imbalan orang lain, yang tak akan menjadi berkah buatnya.
Berkaca dari peristiwa tersebut, ada pula beragam pengalaman masyarakat yang dapat menjadikan alasan kita untuk tidak begitu saja memberi sedekah kepada para pengemis jalanan.Adalah Sunaryo, melalui surat elektronik redaksi detikcom dia bercerita, pernah suatu ketika dia dan istrinya memberi sejumlah uang kepada seorang pengemis perempuan dengan usia berkisar 55 tahun. Perempuan berbadan gemuk itu mengiba kepada kedua istrinya untuk memberi sedekah sebagai bekal berobat. "Karena kasihan kami kasih seratus ribu dan istri saya memberi enam puluh ribu rupiah," kata Sunaryo, menambahkan bila pengemis dengan membawa toples dan berselendang sarung itu menolak untuk diantar ke kediamannya.Namun, pengalamannya saat bersedekah itu tiba-tiba berbalik, ketika berada di minimarket di perempatan lampu merah Antapani, Bandung, dia melihat pengemis dengan ciri-ciri serupa dari yang pernah dia sedekahi itu tengah asyik berbincang melalui handphone. Bukan iri, tapi kita pikir mereka meminta belas kasihan orang itu dijadikan ladang usaha," ujarnya.Lain soal yang dialami Angelina. Warga Bekasi ini mulanya iba ketika melihat ada pengemis yang datang menghampirinya saat berada di toko kue. Namun, saat dirinya memberi sedikit kue yang diberinya, sang pengemis bukan berterima kasih.
Secara tidak sengaja dia menguping pembicaraan antara pedagang HP dan seorang pengemis yang berada di kawasan sekitar flyover Kebayoran Lama. "Cuma dapat cepek (100 ribu-red), lagi sepi hari ini," kata Muklis menirukan ucapan pengemis tersebut kepada pedagang HP.
Meminta-minta dilarang, kecuali sangat terpaksa sebagaimana sebuah hadist mengatakan "Seorang yang sennatiasa kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong dagingpun di wajahnya". Antara lain ada 3 (tiga) alasan utama kenapa kita tidak boleh memberi sedekah pada pengemis di jalan raya menurut saya,. Ketika orang miskin, maka hal yang harus dilakukan adalah berikhtiar mencari rezeki halal dengan cara mulia, yaitu bekerja.
Ketika kita tidak memberi mereka ini sekaligus cambuk bagi peminta-minta untuk bekerja, melakukan usaha apa saja asal halal daripada menghabiskan waktu meminta-minta di jalanan. Saya respek kepada orang yang tidak tok meminta, ada upaya sesuai kemampuan, misal Duduk bersila di bawah pohon sambil melakukan atraksi main gitar, nyanyi, mengaji. Bukan soal adanya Perda atau himbauan MUI yang melarang memberi pengemis di jalan raya, tapi alasan lain karena riskan dan berbahaya.
Adagium ini telah dianjurkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW pada sementara hadis, baik dengan cara halus (targhib) sampai ancaman (tarhib). Intinya, Islam sangat menjunjung tinggi sekecil apapun sikap derma, kalaupun seorang muslim terpaksa harus berada di posisi meminta, maka yang demikian haruslah jalan terakhir. Untuk alasan yang terakhir, spirit bersedekah barangkali bisa terabrogasi dengan adanya perintah ulul amr (Perda DKI Jakarta Pasal 40 8/2007, yang memberikan sejumlah uang atau barang kepada pedagan asongan, pengemis, pengamen dan pengelap mobil terancam pidana kurungan paling singkat 10 hari atau denda paling sedikit seratus ribu rupiah).
Imam az-Zarqany dalam Syarh al-Muwattha’ menjelaskan bahwa mengendarai kuda di sini adalah simbol kekayaan dan kebercukupan. Beliau mengutip riwayat tentang khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mengutus seseorang untuk membagikan harta kepada suatu kaum.