Amalan Sedekah Seseorang Akan Menjadi Sia-sia Apabila. Namun motif-motif yang menjadi latar belakang untuk bersedekah terkadang justru membuat amalan ini tidak berkah. Tidak Ikhlas atau Riya’.
Sebagian mengatakan jika seseorang menunggu orang lain untuk ikhlas, bisa saja orang yang membutuhkan tidak ada yang membantu. Atau orang yang tadinya ingin bersedekah namun belum ikhlas, justru tidak jadi memberikan sedekahnya dan menunggu sampai dirinya ikhlas dahulu. Karena jika lama, maka apa yang sudah kita berikan tersebut tidak bernilai apa-apa di mata Allah SWT. Bisa saja Allah SWT memberikan ganti yang berlipat ganda.
Namun Dia sama sekali tidak memberikan keberkahan dari sedekah tersebut. “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
Ternyata, seseorang tidak mendapatkan pahala sedekah akibat melakukan dua kesalahan yakni mengungkit-ungkit sedekah dan menyakiti penerimanya. Bersedekah Hanya untuk Mendapatkan Ganti di Dunia.
Hal inilah yang terkadang menjadi motif kita untuk bersedekah, yaitu mendapatkan ganti dari janji Allah tersebut. Ternyata niat ini hanya akan membuat amalan sedekah kita sia-sia.
Qotadah mengatakan, “Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16).
Dalam ajaran agama Islam, memberikan sedekah kepada orang lain termasuk amal shalih yang mendatangkan pahala bagi pelakunya. Baca Juga: Sedekah ke 3 Orang Ini agar Dikejar Rezeki dan Pahala Berlimpah Kata Ustadz Adi Hidayat.
dalam kajiannya mengulas tips agar selalu tenang dan bahagia setelah beramal. Menurutnya, perkara paling dasar adalah mengikhlaskan diri kepada Allah sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.
Caranya yakni dengan menanyakan kepada diri sendiri mengenai hal yang dilakukan. Sehingga apabila mendapatkan cacian atau hinaan dari oranglain, kita tidak merasa sedih.
Ustadz Sus Budiharjo menambahkan, InsyaAllah dengan melakukan hanya karena-Nya, kita mencintai Allah dan sebaliknya.
Baca Juga: Inilah Bacaan yang Harus Diamalkan Setiap Hari agar Rezeki Menjadi Lancar Kata Syekh Ali Jaber.
Namun motif-motif yang menjadi latar belakang untuk bersedekah terkadang justru membuat amalan ini tidak berkah. Jika tidak sengaja dan akhirnya mengucapkan kalimat-kalimat menyakitkan tersebut, silakan renungkan kalam Allah dalam Alquran berikut ini. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Menerangkan bagaimana Allah SWT akan mengganti berpuluh kali lipat apa yang sudah kita berikan kepada orang lain.
Hal inilah yang terkadang menjadi motif kita untuk bersedekah, yaitu mendapatkan ganti dari janji Allah tersebut. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16).
Pada tahap awal, perasaan tidak ikhlas, riya dan sum’ah kerap kali muncul. Karena jika lama, maka apa yang sudah kita berikan tersebut tidak bernilai apa-apa di mata Allah SWT. Terlebih jika mereka riya dan ingin mendapatkan pujian, maka amalannya tidak akan diperdulikan oleh Allah SWT.
Bahkan akan menjadi lebih baik jika kelak ilmu dunia tersebut, misalnya mata kuliah optimisasi dalam prodi Teknik Industri, dipergunakan untuk kemaslahatan dan kebangkitan umat muslim. Berkata ‘Abdullah bin Mubarak rahimahullah bahwa sesuungguhnya awal dari ilmu itu adalah: (1) niat karena Allaah Ta’ala; (2) mendengarkannya; (3) memahaminya; (4) menghafalkannya; (5) mengamalkannya; dan (6) menyebarkannya. Kelak ketika masa hisab datang, tidaklah dipertanyakan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) berapa melainkan mempertanggungjawabkan segala kecurangan yang dilakukan.
Karena mata, telinga, tangan, dan semua anggota tubuh akan menyampaikan tiap perbuatan selama di dunia. Yaitu jika sesuatu tidak diulang dalam 72 jam ke depan maka dipastikan seseorang akan lupa dengan apa yang telah dipelajarinya. Di beberapa pertemuan perkuliahan, sebuah pertanyaan sering dilontarkan pada awal sesi, “Kapan terakhir Anda mengulang atau membaca materi minggu lalu?”. Sebelum menyelesaikan soal hitungan, dibutuhkan kemampuan analisis yang terkadang lebih rumit daripada rumus Fisika itu sendiri.
Dengan mengamalkannya melalui pengulangan materi secara mandiri maupun bersama-sama di luar kelas akan membuktikan bahwa ia adalah seorang yang berilmu, memahami suatu ilmu. Ketika setiap hasil akhir dari suatu mata kuliah tidak seperti yang ditargetkan, maka senantiasa bersabar.
Hal yang menurut pandangan manusia buruk atau jelek, tetapi tidak demikian di sisi Allah. Memperbaiki nilai dengan mengulang pada semester berikutnya bukanlah perkara memalukan selama niatnya karena Allah semata, untuk beribadah.
Ada kalanya timbul rasa sombong tatkala kita memahami suatu materi yang dijelaskan dosen, dan dijadikan rujukan oleh teman-teman kelas dalam belajar.
Dikisahkan bahwa salah satu cicit Nabi, Sayyidina Ali Zainal Abidin setiap malam selalu memberi sedekah kepada orang-orang miskin di lingkungan sekitarnya. Menurut Husein Ja’far, Sayyidina Ali Zainal Abidin merahasiakan sedekahnya seperti itu karena tak ingin membuat orang yang menerimanya merasa rendah diri. Dalam konteks sekarang ini, agar sedekah yang ditunaikan tidak diketahui oleh penerimanya mungkin bisa menyalurkannya melalui lembaga amil zakat infaq dan sedekah (LAZIS).