Penukaran Uang Termasuk Riba Apa. Margin Rp 10 ribu dikutip oleh pengguna jasa tersebut sebagai untung dari usahanya menukarkan uang. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.". Fatwa MUI menjelaskan, transaksi jual beli mata uang (ash-sharaf) sebenarnya boleh dilakukan. Sementara, untuk tran saksi yang berlainan jenis mata uang maka harus dilakukan nilai tukar yang berlaku pada transaksi dilakukan dan secara tunai.
Irfan menyatakan, jika kedua prinsip tersebut dilanggar maka dipastikan transaksi atau uang tersebut menjadi riba. Menurut dia, penukaran tersebut harus sesuai dengan nilai kurs yang berlaku saat itu.
Bahkan, jasa penukaran uang tersebut erat kaitannya dengan hukum riba, terlebih jika penyedia jasa sengaja melebihkan uang yang ditukarkan. "Melebihkan tarif uang yang ditukar itu jelas tidak boleh.
Kalau yang dilihat dari praktik penukaran uang itu (ma'qud 'alaih) adalah uangnya, maka penukaran uang dengan kelebihan jumlah tertentu jelas haram karena praktik ini terbilang kategori riba. Ijarah sebenarnya adalah sejenis jual-beli juga, hanya saja produknya adalah berupa jasa, bukan barang. Karena ijarah adalah sejenis jual beli, maka ia bukan termasuk kategori riba sebagai keterangan Kitab Fathul Mujibil Qarib berikut ini:.
Menjelang tibanya hari raya, biasanya orang-orang akan menukarkan uang pecahan, seperti uang Rp 100 ribu dengan pecahan Rp 10 ribu atau Rp 5 ribu. Begitu pula dengan hukum syariat yang datangnya dari Allah SWT dan hukum tradisi buatan manusia. Sementara itu, secara hierarki, hukum syariat jauh lebih tinggi karena Allah lah yang menetapkan hukum tersebut.
Bisnis musiman ini tiap tahunnya terus menjamur dengan mematok tarif yang beragam setiap nominal penukaran uang baru tersebut. Berawal dari pertanyaan yang dilontarkan seseorang bernama Usman kepada Buya Yahya mengenai hukum penukaran uang baru. Usman bertanya, menjelang Lebaran marak jasa penukaran uang baru. Hal itu supaya niat baik kita untuk memberi tidak menjadi sia-sia karena riba. AYO BACA : Mudik Dilarang, Omzet Jasa Penukar Uang di Jalan Pahlawan Semarang Menurun.
Keberadaan mereka memang cukup membantu masyarakat yang kebetulan tidak sempat menukarkan uang ke lembaga resmi. Sampai saat ini, masih banyak orang yang menganggap praktik tersebut sebagai riba. Tetapi, jika dilihat dari jasanya, maka praktik penukaran uang tersebut hukumnya mubah.
Orang yang menyediakan jasa boleh meminta biaya lebih untuk membayar tenaganya.
Sudah menjadi tradisi, Jelang Hari Raya Idul Fitri masyarakat biasanya memburu uang baru untuk digunakan pada saat lebaran nanti. Akan tetapi karena kebutuhan uang baru meningkat maka, warga pun memanfaatkan penukaran uang baru itu dengan menjualnya.
Namun, praktik penukaran uang receh yang berlangsung di ruas jalan turut menyertakan imbalan sebagai bentuk jasa. Misalnya, uang senilai Rp100.000 ditukar dengan pecahan Rp5.000 sebanyak 20. "Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang riba (maka) dosanya lebih besar dari berzina sebanyak 36 kali.". Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Kedua jenis transaksi tersebut kerap diartikan sebagai bentuk dari praktik riba oleh sebagian ulama. "Sedangkan untuk praktik transaksi di bank juga bukan riba karena ada keridaan antara kedua pihak. Pandangan lain hadir dari dalam kitab Al-Mughni yang ditulis oleh Ibnu Qudamah karena menganggap praktik melebihkan pelunasan pinjaman sebagai riba.
Namun, perlu digarisbawahi, praktik peminjaman di bank serta penukaran uang receh di pinggir jalan memiliki proses dan kebutuhan yang berbeda. Namun, terkait penukaran uang tunai receh, ada baiknya dilakukan di gerai resmi yang disediakan Bank Indonesia.