Syarat Sah Puasa Menurut Kitab Safinah. Hal ini masih bersifat umum, baik menahan diri dari makan dan minum atau berbicara. Begitu pula yang mendukungnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada seorang Arab Badui. Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah bahwa orang Arab Badui pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun bertanya,.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,. Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Jika hilal tertutup bagi kalian, maka genapkan bulan Syakban menjadi 30 hari.” (HR.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa seorang Arab Badui ada pernah datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun berkata,. “Aku telah melihat hilal.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah?” Ia menjawab, “Iya.” “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?“, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– kembali bertanya. Namun ketika bertaubat dan masuk kembali dalam Islam, ia diminta untuk mengqadha puasa Ramadan yang pernah luput.
Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,. “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS.
Jika niat puasa wajib baru dimulai setelah terbit fajar Shubuh, maka puasanya tidaklah sah. Sedangkan untuk puasa sunnah, boleh berniat di pagi hari asalkan sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat).
Kalau sudah berniat di malam hari (sebelum Shubuh), masih diperbolehkan makan, tidur dan jimak (hubungan intim).
Seseorang yang dalam keadaan tidak sadar karena mabuk atau cacat mental, maka tidak terkena hukum kewajiban menjalankan ibadah puasa, terkecuali orang yang mabuk dengan sengaja, maka ia diwajibkan menjalankan ibadah puasa di kemudian hari (mengganti di hari selain bulan Ramadhan alias qadha). Dan persaksian orang tersebut dapat dipercaya dengan terlebih dahulu diambil sumpah, maka muslim yang ada dalam satu wilayah dengannya berkewajiban menjalankan ibadah puasa.
Lalu Nabi bertanya lagi: apakah kamu akan bersaksi (bersumpah) “ sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah”, dan Orang Arab Badui menjawab “ia”. Lalu Nabi bersabda; “wahai Bilal perdengarkanlah adzan ditengah-tengah kerumunan manusia, dan perintahkanlah mereka untuk mengerjakan puasa pada esok hari,” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh lima Imam, kecuali Ahmad).
Niat puasa Ramadhan merupakan pekerjaan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan persyaratan dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefardhuannya didalam niat tersebut, contoh; saya berniat untuk melakukan puasa fardlu bulan Ramadhan, atau lengkapnya dalam bahasa Arab, sebagai berikut:. “Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah s.w.t, semata.”.
Sedangkan dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:. “Dari Aisyah r.a, ia menuturkan, suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepadaku dan bertanya, “apakah kamu punya sesuatu untuk dimakan?”. Kemudian pada hari yang lain Beliau dating lagi kepadaku, lalu aku katakana kepadanya, “wahai Rasulullah, kami diberi hadiah makanan (haisun)”.
Maka dijawab Rasulullah, “tunjukkan makanan itu padaku, sesungguhnya sejak pagi aku sudah berpuasa” lalu Beliau memekannya.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 1952, Abu Daud: 2099, al-Tirmidzi; 666, al-Nasa’i: 2283, dan Ahmad: 24549).
Artinya: "Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Syarat sah harus dipenuhi umat Islam yang hendak puasa. Jika tak dipenuhi maka ibadah puasa menjadi tidak sah.
"Ulama fikih membedakan syarah sah dan syarat wajib puasa. Syarat wajib yang tidak terpenuhi tak lantas membatalkan puasa. Namun tidak demikian dengan syarat sah puasa," tulis Muhammad Muhsin Muiz dalam buku Ramadhan-Rembulan yang Dirindu, dikutip detikcom pada Kamis (26/8/2021).
Kriteria mampu melakukan ibadah mencakup sehat dan kuat secara jasmani, bertempat tinggal, dan tidak ada halangan secara syariat. Saat Kata 'Baiat' Muncul Berkali-kali Usai Isi Chat Ponsel Munarman Dibongkar.
Berikut ini merupakan rekaman pengajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Arifin Badri. Pengajian ini membahas sebuah kitab fiqih karya seorang ulama besar dari kalangan mazhab Syafi’i yang bernama Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhrami rahimahullah, yaitu Kitab Safinatun Najah (سفينة النجاة فيما يجب على العبد لمولاه). Pada pertemuan yang lalu telah dijelaskan mengenai Pertanda Dimulainya Bulan Ramadhan (Bagian ke-2).
Dan pada pertemuan kali ini, pemateri akan membawakan pembahasan mengenai Syarat Sah Puasa. Kajian ini ditayangkan secara live di Radio Rodja pada Sabtu sore, 27 Syawal 1435 / 23 Agustus 2014.
– Bagi wanita, maka harus suci dari haid dan nifas. Silakan Download pengajian ini, dan simak penjelasan Ustadz Muhammad Arifin Badri mengenai hal tersebut. Dengarkan dan Download Rekaman Pengajian Islam, Kajian Kitab Safinatun Najah: Syarat Sah Puasa. Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link pengajian Islam ini ke Facebook, Twitter, dan Google+ Anda.
Liputan6.com, Jakarta Bulan suci Ramadan 2021 atau 1442 H akan segera tiba, ini artinya umat muslim di seluruh dunia tak lama lagi akan memasuki bulan Ramadan dan akan menjalankan ibadah puasa. Ibadah puasa dikerjakan selama satu bulan penuh, selama kurun waktu tersebut umat muslim tidak hanya diminta untuk menahan lapar dan dahaga saja.
Mulai dari fajar hingga adzan magrib tiba, umat muslim juga diwajibkan untuk menahan hawa nafsu. Selain itu, ibadah puasa tak hanya membatasi makan, minum, dan mengontrol hawa nafsu saja. Tetapi juga untuk mendapatkan keutamaan dari ibadah puasa itu sendiri.
Mengingat ibadah puasa merupakan perintah wajib yang sudah diterangkan dalam Al quran ayat 183 Surat Al Baqarah, maka keimanan pada Allah harus terus diutamakan. Sebagaimana yang kita ketahui, menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar akan meningkatkan ketaqwaan bagi umat muslim. Berikut penjelasan mengenai syarat wajib dan sah puasa Ramadan beserta hikmah dan keutamaannya yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (6/4/2021).
Bola.com, Jakarta - Puasa Ramadan termasuk ibadah wajib yang sudah dijelaskan melalui firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183. Saat menunaikan ibadah puasa Ramadan, umat Muslim wajib menahan diri dari lapar, dahaga, serta aneka perbuatan yang dapat membatalkan, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (magrib).
Tentunya hal ini untuk meningkatkan ketakwaan seorang Muslim. Pengertian serupa juga dijelaskan dalam kitab Subul al-Salam, yang berbunyi:.
"Menahan diri dari makan, minum, jima' (bercampur dengan istri) dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan. Demikian pula diperintahkan menahan diri dari ucapan yang diharamkan atau dimakruhkan, karena ada hadis-hadis yang melarang hal itu, itu semua berdasarkan waktu dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.".
Selain Pengertian Puasa Ramadan di atas, ada beberapa hal penting yang perlu kamu ketahui juga, seperti syarat wajib, rukun dan sunah, hal yang makruh, serta hikmah yang diperoleh. Berikut ini rangkuman hal-hal mengenai pengertian, syarat wajib, rukun dan sunah, hal yang makruh, serta hikmah yang diperoleh dari puasa Ramadan, seperti disadur dari Liputan6, Jumat (16/4/2021).
Islam Baligh Berakal Sehat Bermukim (Tidak Musafir) Suci (Dari Haid Dan Nifas). Islam Berakal & Mumayyiz Suci (Dari Haid Dan Nifas) Nyata masuknya bulan Ramadhan.
Mereka Yang Tidak Dapat Mengqadaa Puasa Sehingga Masuk Ramadhan berikutnya. Orang yang uzur, pikun, terlalu tua dan sudah tidak kuat lagi untuk berpuasa. Orang yang ada qoda Puasa, tetapi keburu meninggal Dunia sebelum sempat berbuat demikian. (Fidyahnya : Dilaksanakan oleh kerabat Almarhum/ah, dan diambilkan dari harta peninggalannya) Perempuan yang mengandung atau yang menyusukan anaknya, perlu mengqoda Puasa dan membayar Fidyah 1 takaran Beras bagi setiap hari yang ditinggalkan sekiranya dia meninggalkan Puasa kerana khawatir anaknya, tetapi, jika sekiranya dia khawatir membahayakan pada dirinya, dia hanya wajib mengqoda puasanya.
Orang yang bersetubuh pada siang hari di bulan Ramadan, maka kedua suami isteri harus mengqoda Puasanya. Berbuka puasalah dengan didahului buah Kurma, dan minum air hangat. Selamat berpuasa, semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita.
Hadits of The Day Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: Siapa yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni".
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu mengemukakan lima syarat diwajibkannya puasa, yaitu:. Hal ini dilandaskan pada khitab perintah puasa dalam QS.
Al-Baqarah: 183 yang didahului dengan sapaan kepada orang-orang beriman (Yaa ayyuhal ladzina aamanu). "Seseorang tidak termasuk mukallaf pada saat sebelum baligh, hilang ingatan dan dalam keadaan tidur".
Oleh sebab itu, jika perempuan yang sedang haid atau nifas, maka puasanya tidak sah. Dalilnya adalah hadits dari Mu’adzah, ia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dari Mu’adzah dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah?