Syarat Ibu Menyusui Tidak Puasa. - Pada saat berpuasa di Bulan Ramadhan, tubuh memerlukan asupan nutrisi lebih banyak dan yang pasti bergizi. Begitu pula dengan ibu menyusui yang ingin berpuasa.Dokter gizi dr Jovita Amelia, MSc, SpGK memperbolehkan ibu menyusui jika ingin ikut berpuasa. Namun ada syaratnya, yaitu memenuhi asupan air lebih banyak dari orang lain sekitar tiga liter per hari. Sahur dan buka harus dipenuhi (asupan airnya) untuk mempertahankan jumlah ASI lebih banyak. Cuma cairan harus cukup 3 liter," ujarnya saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.Agar kualitas ASI juga tetap baik, ibu harus tetap mengonsumsi makanan-makanan bergizi seperti karbohidrat kompleks, seperti gandum utuh. Disertai juga dengan protein baik hewani maupun nabati, kemudian lemak sehat yang berasal dari ikan atau kacang-kacangan.
"Makanan pas sahur iya, tinggi serat, karbohidrat kompleks biar bisa menahan lapar lebih lama," imbuh dr Jovita.Selain itu, asupan sayur dan buah pun harus rutin dikonsumsi setiap sahur dan berbuka agar kebutuhan vitamin dan mineral tubuh terpenuhi dan kualitas ASI tetap baik.
Pada dasarnya, ibu menyusui dibolehkan tidak berpuasa bila khawatir terhadap bayi yang dia sapih. Misalnya si ibu takut bayinya kekurangan asupan ASI, maka boleh baginya untuk tidak berpuasa.
Dari sini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara ibu hamil dan menyusui jika keduanya khawatir membahayakan dirinya atau anaknya (ketika mereka berpuasa) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak merinci hal ini.”( Ahkamul Qur’an, Ahmad bin ‘Ali Ar Rozi Al Jashshosh, 1: 224. “Untuk mengetahui apakah puasa tersebut bisa membahayakan (bagi dirinya beserta anaknya, dirinya saja, atau anaknya saja) bisa melalui kebiasaan sebelum-sebelumnya, keterangan dokter yang terpecaya, atau dengan dugaan yang kuat” (As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kairo-Fath al-I’lam al-‘Arabi, 2001, juz, 2, h. 373), dilansir dari Nu Online.
Perlu diketahui bahwa asupan ASI tidak akan berkurang selama ibu menjalankan puasa. Tubuh tetap akan memproduksi ASI dengan jumlah dan kualitas yang sama seperti saat Anda tidak berpuasa.
Inilah yang membuat kualitas dan kuantitas ASI akan tetap terjaga walau kita dalam keadaan lapar sekalipun. Sebab, bayi tetap bisa memperoleh semua nutrisi yang ia butuhkan untuk tumbuh kembangnya. Bila ada tanda demikian, sebaiknya busui tidak berpuasa untuk menghindari kondisi yang lebih mengkhawatirkan.
Mohon penjelasan mengingat anak saya yang kedua ini agak kurusan dan sering dikomplain oleh bidan puskesmas karena berat badannya di bawah standar. Namun jika dikhawatirkan membahayakan anaknya saja, maka ia tidak hanya berkewajiban meng-qadla` tetapi ada kewajiban lain yaitu membayar fidyah. “Madzhab syafii berpendapat, bahwa perempuan hamil dan menyusui ketika dengan puasa khawatir akan adanya bahaya yang tidak diragukan lagi, baik bahaya itu membahayakan dirinnya beserta anaknya, dirinya saja, atau anaknya saja. Namun dalam kondisi ketiga yaitu ketika puasa itu dikhawatirkan memmbayahakan anaknya saja maka mereka juga diwajibkan membayar fidyah”. “Untuk mengetahui apakah puasa tersebut bisa membahayakan (bagi dirinya beserta anaknya, dirinya saja, atau anaknya saja)bisa melalui kebiasaan sebelum-sebelumnya, keterangan dokter yang terpecaya, atau dengan dugaan yang kuat” (As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kairo-Fath al-I’lam al-‘Arabi, 2001, juz, 2, h. 373). Dari sini dapat dipahami bahwa kewajiban qadla` tersebut bisa dilakukan setelah bulan ramadlan dan di luar waktu menyusui.
“Baginya boleh mendistribusikan semua jumlah fidyah kepada satu orang karena setiap hari adalah ibadah yang independen”. Saran kami bagi Ibu yang sedang menyusui untuk selalu memperhatikan kesehatannya, begitu juga kesehatan sang buah hati.
Dan jika merasa masih kuat berpuasa tetapi kemudian ada masalah kesehatan segeralah berkonsultasi kepada dokter.