Puasa Sunnah Yang Dianjurkan Rasulullah. Ada beberapa macam puasa sunnah yang bisa dilakukan bergantung dengan kebutuhan. Adapun niat puasa sunnah ini adalah Nawaitu shauma ghodiin an adai sunnatun ayyamil Biidh lilahi taala.
Untuk menjalankannya ibadah puasa sunnah syawal, niatnya adalah " Nawaitu sauma ghodin an sittatin min syawalin sunattan lillahi taala.". Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Syaban.".
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina. Ini karena di hari yang sama yaitu tanggal 10 Muharram, orang-orang Yahudi juga melakukan puasa.
"nawaitu sauma gadhin min yaumi tasu’a sunnatan lillahi ta’ala.". Artinya: “ Aku berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.”.
Suara.com - Kurang dari seminggu lagi umat Muslim di seluruh dunia akan segera menjalankan puasa wajib Ramadan. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat akhir umurnya menyampaikan untuk melaksanakan puasa sejak 9 Muharram.
Baca Juga: Prilly Latuconsina Cari Pacar yang Nilai Dirinya Bukan Sebagai Artis. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR.
Keutamaan puasa sunnah ini disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa’I, dan At-Tirmidzi, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam bersabda:. “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (bulan hijriah).”. “Kekasihku yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan salat duha, dan mengerjakan sholat witir sebelum tidur.” (HR. Puasa Sunnah ini dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap orang yang belum menikah sebagai pengingat diri. Puasa ini bisa dilakukan kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
Suara.com - Kurang dari seminggu lagi umat Muslim di seluruh dunia akan segera menjalankan puasa wajib Ramadan. Pelaksanaan puasa Sunnah tidak diwajibkan, akan tetapi sangat dianjurkan. Beberapa puasa sunnah bisa dilakukan pada waktu apa pun, ada pula yang hanya bisa silakukan di bulan tertentu seperti laiknya puasa Ramadan.
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat akhir umurnya menyampaikan untuk melaksanakan puasa sejak 9 Muharram. Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab. Baca Juga: Prilly Latuconsina Cari Pacar yang Nilai Dirinya Bukan Sebagai Artis.
Hal ini dilakukan karena pada 10 Muharram orang-orang Yahudi juga melakukan puasa. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa saat Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam sedang melaksanakan puasa Asyura, beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan puasa pada hari itu juga. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang digunakan dan diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah menjawab “Jika datang tahun depan, InsyaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram)”.”Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharram tahun depan, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam sudah wafat.” (HR. Mungkin ini puasa yang paling lazim dilalukan masyarakat.
Ada berbagai bentuk ibadah yang bisa dilakukan umat Islam kepada Allah SWT, salah satunya adalah puasa. Dalam Quran surat Al Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman mengenai perintah melaksanakan ibadah puasa. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, ada berbagai manfaat puasa, yakni mendetoksifikasi tubuh secara optimal serta meregenerasi sel dengan baik.
Puasa sunnah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah oleh orang yang tidak melaksanakan ibadah haji. "Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dalam hadits riwayat Abu Daud, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan pada hari Senin dan Kamis.".
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW memberikan tiga wasiat kepada salah seorang sahabatnya, Abu Darda. "Kekasihku (Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan seumur hidupku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, Sholat Dhuha, dan Sholat Witir sebelum tidur.". Dikutip dari buku Sehat Ala Rasulullah oleh Muyassaroh, Ayyamul Bidh juga disebut sebagai puasa hari-hari putih.
Karena sesungguhnya pada hari itu dihitung dengan sepuluh kelipatannya, yang nilainya sama seperti berpuasa sepanjang tahun.". Menjalankan puasa Ayyamul Bidh setiap bulannya itu berarti memenuhi wasiat dari Rasulullah SAW.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis: “Hadits ini merupakan dalil keutamaan puasa sunah di bulan Sya’ban.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari). Dari Aisyah RA berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunah daripada bulan Sya’ban.
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah, kita perlu banyak berlatih. Dengan latihan tersebut, di bulan Ramadhan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk mengerjakannya. Bersegera menuju ampunan Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya adalah hal yang harus segera kita lakukan sebelum bulan suci Ramadhan benar-benar datang. Mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan. Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas.
Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.
Sebagaimana yang telah disebutnya dalam hadis, bahwa puasa Syawal dilakukan selama 6 hari. Namun, para ulama menjelaskan bahwa hal ini berlaku untuk puasa wajib saja. Adapun puasa sunah justru dibolehkan untuk menghadirkan niat setelah terbit fajar.
Sebagaimana dalam hadis Asiyah ra, “Rasulullah SAW bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)’. Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatu pun (untuk dimakan)’.
“Puasa enam hari di bulan Syawal telah shahih dari Rasulullah SAW. Karena Rasullulah SAW menyebutkan puasa Syawal secara mutlaq dan tidak disebutkan harus berurutan atau terpisah-pisah.
(HR Muslim dalam Shahihnya, Majmu’ Fatawa wa Maqalah Mutanawwi’ah, 15/391). Hanya saja, bagi kamu yang melaksanakannya secara berturut-turut memiliki keutamaan tersendiri karena mengikuti cara Rasulullah SAW dalam melaksanakan puasa sunah Syawal.