Puasa Sunnah Akhir Tahun Dan Awal Tahun. "Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir tahun dari bulan Zulhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharram, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa, dan Allah Ta’ala menjadikan kaffarah/terlebur dosanya selama 50 tahun.".
Sekaligus juga bersyukur kepada Allah swt yang masih memberikan umur panjang hingga detik ini. Dalam rangka muhasabah dan bersyukur ini banyak orang yang mengungkapkannya dengan berbagai macam ibadah. Akan tetapi selama puasa ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt dalam bermuhasabah, maka hal itu termasuk amal saleh. Bukankah lebih baik berpuasa dan ber-muhasabah dari pada membiarkan waktu berlalu tanpa makna?
Apalagi jika puasa itu ternyata ada dalil hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi:. Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir tahun dari bulan Dzulhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharram, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa, dan Allah Ta’ala menjadikan kaffarah/terlebur dosanya selama 50 tahun.
Baca uraian lebih lengkap: Kajian Hadits soal Puasa Akhir dan Awal Tahun.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Besok, Kamis (20/8/2020) seluruh muslimin akan merayakan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram 1442 H. Lalu benarkah amalan puasa di tanggal 30 Dzulhijjah dan 1 Muharram pahalanya seperti ibadah 50 tahun.
Lalu benarkah ada yang menyarankan membaca 360 kali Ayat Kursi dan menulis Alfatihah sebanyak 136 kali dimulai dari Ashar hingga Maghrib akan mendapat pahala banyak di tanggal 1 Muharram? Berikut ini penjelasan Buya Yahya Pemimpin Pondok Pesantren Al Bahjah yang dikutip Wartakotalive.com.
• 20 Ucapan Tahun Baru Islam 1442 H, Disertai Gambar untuk Dibagikan di WhatsApp, Intagram, Facebook. Menurut Buya Yahya banyak riwayat yang disusupkan dalam Islam dan dibegangi oleh hamba-hamba Allah termasuk puasa di akhir tahun dan awal tahun maka akan diampuni? yang mencetuskan awal tahun baru Sayyidina Umar," jelas Buya Yahya. Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab puasa di bulan Allah yaitu puasa yang kalian sebut di bulan Muharram (Hadits Ibnu Majah).
"Kalau untuk awalan bulan Muharram cukup hadist shahih yaitu puasa yang paling bagus setelah Ramadhan adalah bulan Muharram secara utuh ini sudah cukup ngga perlu riwayat-riwayat palsu itu nggak dibenarkan ya puasa akhir dan awal tahun," tegas Buya Yahya. • Kenali Sejarah Tahun Baru Islam Dirayakan Pada Kamis 20 Agustus 2020, Banyak Peristiwa Penting.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah 3 puasa yang dianjurkan ketika menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H, lengkap dengan niat dan keutamaannya. Kedatangan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H, sebaiknya disambut dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Menurut kalender, Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1441 H pada tahun ini akan jatuh pada Minggu, 1 September 2019 mendatang. Ada beberapa amalan yang bisa dilakukan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam. • Sering Dilakukan, Inilah 3 Amalan Keliru Saat Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H. Berikut 3 puasa sunnah seperti yang dikutip dari www.al-habib.info :.
Imam Nawawi rahimahullaah menyebutkan ada tiga hikmah disyariatkannya puasa pada hari Tasu’ah:.
- Tahun baru masehi 2022 akan dimulai pada Sabtu (1/1/2022) besok. Untuk jadwal pelaksanaan puasa sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW tersebut, masih menggunakan sistem penanggalan hijriah. Tepatnya, kalender hijriah atau sistem penanggalan Islam yang dibuat berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi dan matahari. Seperti halnya yang dilakukan oleh situs dan organisasi massa (ormas) Islam Lembaga Falakiyah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) ini.
Adapun jadwal lengkap puasa sunnah selama setahun penuh di tahun 2022 dapat disimak selengkapnya pada penjelasan berikut. Pasalnya, keputusan untuk 1 Ramadhan, 1 Syawal, hingga 1 Dzulhijah masih menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar saat waktunya tiba. Semoga jadwal puasa sunnah 2022 ini dapat membantu muslim agar tidak melewatkan momen ibadah puasa sunnah sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan Rasulullah SAW, ya, detikers.
Salah satu libur nasional di Tanah Air adalah ketika memasuki tahun baru Islam, 1 Muharram. Namun demikian muncul berbagai pendapat, tulisan dan broadcast yang menuduhnya sebagai amalan bidah. Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dengan status marfu’, ‘Orang yang puasa di hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram maka sungguh ia telah mengakhiri tahun yang telah lewat dan mengawali tahun yang datang dengan puasa, di mana puasa itu Allah jadikan untuknya sebagai pelebur (dosa) 50 tahun.’ Ditakhrij oleh As-Suyuthi dalam Al-La’ali Al-Mashnu’ah. (Abdurrahman As-Suyuthi, Al-La’ali al-Mashnu’ah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa catatan tahun], juz II, halaman: 92).
Nabi SAW menyambungnya: Apabila kamu tidak puasa, maka puasalah dua hari (sebagai gantinya). Hadits ini secara sekilas memang hanya menunjukkan kesunahan untuk membiasakan puasa akhir bulan. Sementara kesunahan puasa awal tahun sangat jelas haditsnya, yaitu hadits tentang anjuran berpuasa dalam hari-hari bulan Muharram, sebagaimana diriwayatkan:.
Dalam Al-Mu’jamul Kabir terdapat redaksi, ‘30 kebaikan,’ (Lihat Sulaiman bin Ahmad At-Thabarani, Al-Mu’jamus Shaghir, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1403 H/1983 M], juz II, halaman: 71 dan Sulaiman bin Ahmad At-Thabarani, Al-Mu’jamul Kabir, [Mosul, Maktabah Al-‘Ulum wal Hikam: 1404 H/1983 M], juz XI, halaman: 72). Bahkan ia mengatakan bahwa ia tidak menemukan kritikus hadits yang menganggap lemah Al-Haitsam bin Habib selain Adz-Dzahabi, (Lihat Nurrudin Ali bin Abi Bakr, Majma’uz Zawaid wa Manba’ul Fawaid, [Beirut, Darul Fikr: 1412 H], juz III, halaman: 436; dan Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1417 H], tahqiq: Ibrahim Syamsuddin, juz II, halaman: 70). Sementara dari sisi dirayahnya, hadits riwayat At-Thabarani menunjukkan kesunahan berpuasa di awal tahun, dan orang yang memuliakan awal tahun dengan memuasainya maka akan mendapatkan pahala yang agung yaitu puasa satu hari mendapatkan pahala sebagaimana puasa 30 hari, sebagaimana penjelasan Al-Hafizh al-Munawi, (Lihat Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadir, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1415 H/1994 M], cetakan pertama, juz VI, halaman: 210).