Puasa Pada Tahun Baru Islam. Liputan6.com, Jakarta - Umat muslim tengah memperingati Tahun Baru Islam yang jatuh setiap 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah. Memasuki tanggal pertama dalam kalender hijriah, ada beberapa sunah yang dianjurkan untuk dijalankan umat Islam.
Dengan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT pada bulan Muharam, maka kaum muslim dianjurkan menunaikan puasa sunah. Puasa sunah di bulan Muharam, yaitu Tasua Asyura dan Ayyamul Bidh. Berikut niat dan keutamaan puasa sunah Tahun Baru Islam seperti merangkum dari berbagai sumber.
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda puasa di bulan Muharram merupakan yang terbaik setelah Ramadhan. Artinya: Seperti dilaporkan Abu Huraira, Rasulullah SAW mengatakan, "Puasa terbaik setelah Ramadhan adalah bulan milik Allah SWT, Al-Muharram, dan sholat terbaik setelah yang wajib adalah yang dilakukan pada malam hari.". Menjalankan Puasa 'Asyura di bulan Muharram menjadi ibadah sunah lain yang sebaiknya dijalankan muslim.
Puasa sunah Ayyamul Bidh biasa dilakukan di pertengahan bulan dalam sistem penanggalan Islam atau Kalender Hijriah. Berikut niat puasa yang dilakukan pada tanggal 13-15 Muharram 1442 H atau 1-3 September 2020.
Sebagaimana ditegaskan oleh KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi dalam sebuah wawancara bersama CNNIndonesia.com, dikatakan bahwa puasa 1 Muharram berketetapan hukum sunah mutlak. Kalau niatnya karena Allat SWT, maka silakan berpuasa sunah di tanggal 1 Muharam," ujar Ustaz Wahyul. Pada intinya, Wahyul mengatakan bahwa umat Islam tidak diharapkan berpuasa pada tanggal tersebut karena mengkhususkan 1 Muharam sebagai hari yang istimewa dibanding hari-hari lain sesudahnya di bulan Muharam. Puasa Tahun Baru Islam boleh-boleh saja dilakukan umat Muslim di bulan Muharam ini. Puasa Tahun Baru Islam boleh-boleh saja dilakukan umat Muslim di bulan Muharam ini. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa berpuasa pada 10 Muharam dapat mengampuni dosa-dosa selama satu tahun.
"Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu," bunyi Hadis Riwayat Muslim. Mengutip laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), Asyura sendiri berarti bilangan atau tanggal 10.
- Sebentar lagi umat Muslim akan merayakan tahun baru Islam 1441 Hijriyah yang jatuh pada 1 Muharram . "Nah, berapa hari puasa yang mesti dilakukan untuk memperingati 1 Muharram? Ada banyak keutamaan yang bisa diperoleh dari menjalankan puasa, seperti menghapus dosa.Berdasarkan Hadist Riwayat Muslim nomor 1162 "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafa? Puasa ini dilakukan untuk menyelisihi orang Yahudi yang berpuasa pada tanggal 10 Muharram.Adapun, niat puasa Tasu'ah sebagai berikut:Arab: نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَىLatin: Nawaitu sauma tasu'a sunnatal lillahita'alaArtinya: Saya niat puasa hari tasu'a, sunnah karena Allah ta'alaSementara itu, selain berpuasa guna memeriahkan perayaan 1 Muharram Pemprov DKI Jakarta dan Transmedia juga menggelar Jakarta Muharram Festival.
Pagelaran 1 Muharram tersebut, turut dimeriahkan oleh artis-artis Tanah Air, seperti Kotak, Opick, Pasha, Wali, Bimbo, Fatin, dan masih banyak lagi.
Tradisi menyambut tahun baru Islam dibeberapa tempat di Indonesia, sangat beragam mulai dari hajatan, pengajian bahkan pawai obor. Hal ini dilakukan guna mencegah penyebaran covid-19 di tengah masyarakat. Baca Juga: Menjelang 1 Muharram 1442 H, Terdapat Beberapa Tradisi Memperingati Tahun Baru Islam. Memeperbanyak anak shaleh menjelang tahun baru Islam merupakan hal yang sangat dianjurkan sebagai ekspresi ketaatan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Satu diantara amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam menjelang akhir tahun dan awal tahun baru Islam yakni melakukan puasa sunnah. Puasa diakhir tahun hijriah dianjurkan untuk dilaksanakan, sebagai bentuk evaluasi terhadap amal perbuatan yang dilakukan selama satu tahun.
Berikut Niat puasa sunah akhir tahun hijriah.
DESKJABAR - Umat Islam baru saja memasuki awal bulan Muharram yang juga juga menjadi penanda Tahun Baru Islam 1443 Hijriah. Sebab, Muharram merupakan satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah, didalamnya ada Puasa Tasu'a dan Asyura. Tiga bulan lain yang mendapat kemuliaan adalah Rajab, Dzulqaidah, dan Dzulhijah. Salah satu ibadah sunnah yang baik dilakukan pada bulan Muharram adalah puasa.
Artinya, "Saya niat puasa Tasu'a, sunnah karena Allah Ta'ala.".
KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi menjelaskan, puasa 1 Muharram memiliki hukum sunah mutlak. Kalau niatnya karena Allah, maka silakan berpuasa sunah di tanggal 1 Muharram," kata ustaz Wahyul kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. Wahyul menjelaskan, berpuasa di bulan Muharram tidak hanya dapat dilakukan pada tanggal 1 Muharram tapi juga boleh dilakukan pada awal, tengah, atau akhir bulan.
"Asalkan tidak ada niat mengkhususkan tanggal 1 Muharram dengan meyakini keistimewaannya dibanding hari-hari yang sesudahnya, maka tidak ada dalil sahih yang menyunahkannya. Yang disunahkan adalah memperbanyak puasa pada bulan Muharram," ucap Wahyul yang juga merupakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bandung.
"Perlu diingat bahwa insya Allah tanggal 1 Muharram 1442 H jatuh pada hari Kamis, maka jika Anda berpuasa sunah tentu dapat kesunahan puasa Kamis," ucap Wahyul. Niat untuk berpuasa pada 1 Muharram dapat dilakukan di dalam hati dengan meniatkan berpuasa hanya karena Allah SWT. Tak ada niat khusus untuk puasa 1 Muharram. Seperti halnya ibadah lain, niat perlu ditanamkan dari hati.
DESKJABAR – Hari Raya Idul Fitri atau disebut pula Lebaran, merupakan momen yang membahagiakan umat Islam sedunia. Suasana silaturahmi diantara keluarga, handai taulan, para tetangga, menjadi suasana hangat saat merayakan Idul Fitri.
Namun pada zaman dahulu, berdasarkan catatan DeskJabar dari sejumlah arsip di Koninklijke Bibliotheek Belanda, kalangan non-muslim, terutama Belanda, di Hindia Belanda sampai awal-awal berdirinya Republik Indonesia pada tahun 1948, umumnya menyangka bahwa Idul Fitri atau Lebaran adalah tahun baru umat Islam, bahkan sering disebut tahun baru orang pribumi. Baca Juga: Ramai-ramai Naik Pick Up, Silaturahmi Lebaran yang Mengasyikan.
Fenomena demikian, masih terjadi pula sampai zaman Negara Pasundan semasa pendudukan Belanda di Jawa Barat tahun 1948. Banyak orang non-muslim masih menyangka, bahwa Idul Fitri atau Lebaran adalah tahun baru orang Islam. Namun suratkabar Nieuwe courant terbitan 3 Agustus 1948, memberikan penerangan kepada orang-orang non-muslim, bahwa Idul Fitri atau Lebaran merupakan adalah merayakan sudah fitrahnya manusia sesuai ibadah puasa pada bulan Ramadhan.
Diterangkan pula, ada istilah-istilah yang sampai kini menjadi bahasa melekat keseharian di kalangan umat Islam masyarakat Sunda, terkait Idul Fitri atau Lebaran serta bulan Ramadhan. Baca Juga: Gula Cakar, Oleh-oleh Khas Majalengka yang Kembali Marak.