Puasa Hubungannya Dengan Kesehatan Dan Sistem Pencernaan Manusia. Liputan6.com, Jakarta - Saat menjalani ibadah puasa, organ pencernaan beristirahat dari aktivitas rutinnya. Salah satu manfaat puasa bagi kesehatan adalah mengistirahatkan saluran pencernaan (usus) beserta enzim dan hormon, yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam. Dengan berpuasa, sebagaimana dikutip dari NHS.co.uk pada Senin (21/5/2018), saluran pencernaan dapat istirahat selama 14 jam. Jika berpuasa dilakukan secara benar, ternyata berbagai jenis penyakit juga dapat dikendalikan dengan cukup baik. Pada saat puasa, organ pencernaan dapat beristirahat untuk sementara waktu. Beberapa penelitian menyebut, puasa juga dapat berfungsi sebagai detoksifikasi, yakni tubuh mampu menetralisir atau mengeliminasi zat-zat racun di dalamnya.
Proses detoksifikasi tersebut terjadi pada usus besar, hati, ginjal, paru, kelenjar getah bening, serta kulit. Alhasil, sistem pencernaan pun menjadi lebih bersih dan mendorong penguatan fungsi enzim dan hormon terkait, guna mendukung upaya menjaga metabolisme tubuh tetap pada kondisi terbaiknya. Namun, tetaplah ingat untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi secara cukup di saat sahur dan buka puasa, agar manfaat baik yang didapat oleh tubuh kian maksimal.
Suara.com - Saat menjalankan ibadah puasa, tubuh Anda mengalami beberapa perubahan, salah satunya kinerja dari sistem pencernaan. Setelah itu, tubuh akan masuk ke dalam mode puasa, di mana usus telah selesai menyerap nutrisi dari makanan terakhir tersebut. Sementara itu, pada saat ini, karena tidak perlu mencerna apapun (8 jam setelah sahur), sistem pencernaan Anda akan beristirahat dan melambatkan kinerjanya.
Saat berbuka, sistem pencernaan yang kinerjanya melambat selama hampir seharian, akan kembali aktif untuk mencerna makanan. Meski begitu, pencernaan Anda tidak bisa mendadak sanggup mengolah dan mencerna makanan berat dalam jumlah besar.
Salah satunya saluran pencernaan berproses bersihkan virus dan bakteri di dalam tubuh. Salah satu manfaat puasa bagi kesehatan adalah mengistirahatkan saluran pencernaan (usus) beserta enzim dan hormon, yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam. Dengan berpuasa, sebagaimana dikutip dari National Health Service, saluran pencernaan dapat istirahat selama 14 jam. Salah satunya adalah mengeluarkan toksin atau racun tubuh, sehingga mencegah toksemia (keracunan dalam darah).
Toksemia adalah kondisi yang terjadi ketika toksin atau racun menumpuk di dalam tubuh, termasuk bakteri dan virus. • VIDEO Tutorial Dapatkan Token Listrik Gratis dari PLN, Login www.pln.go.id atau Melalui WA.
• Tambang Galian C Ilegal Bebas Beraktivitas di Aceh Tenggara, Ini Penjelasan Kabid Pendapatan BPKD. () Bacaan Niat Qadha/Ganti Puasa Ramadhan di Bulan Rajab dan Doa Buka Puasanya (mos.cms.futurecdn.net). Proses detoksifikasi tersebut terjadi pada usus besar, hati, ginjal, paru, kelenjar getah bening, serta kulit.
Pada kondisi normal, glukosa (gula) dari makanan tersimpan dalam hati dan otot sebagai sumber energi utama. Sebelum memasuki fase puasa, tubuh akan membakar sumber energi ini sehingga Anda dapat melakukan kegiatan seperti biasa.
Tubuh Anda yang tadinya membakar glukosa kini beralih melakukan metabolisme lemak saat puasa. Dengan kata lain, puasa bisa membuat tubuh Anda membakar lemak.
Jika lemak habis, tubuh terpaksa memakai protein sebagai sumber energi. Ini adalah masa ketika tubuh mulai kehabisan glukosa dan menggunakan lemak sebagai sumber energi kedua. Proses metabolisme lemak saat puasa justru bermanfaat bagi tubuh karena membantu penurunan berat badan dan kolesterol darah.
Penurunan berat badan yang sehat dapat membantu mengontrol diabetes dan menurunkan tekanan darah. Sementara itu, kolesterol yang terkontrol dapat menurunkan risiko sindrom metabolik.
Hal ini kemudian sebagian dapat menentukan kondisi mental kita dan memainkan peran kunci dalam penyakit tertentu di seluruh tubuh. Permukaan epitel tubuh bertindak sebagai perancah untuk menopang beragam komunitas komensal yang mencakup bakteri, archaea, jamur, protozoa, dan virus.
Jadi bagaimana cara agar dapat mengembalikan flora usus yang sehat, meningkatkan bakteri baik dalam tubuh, dan memberi mikroba dorongan untuk bersinergi secara positif? Dilansir biocodexmicrobiotainstitute.com, para peneliti Turki berpendapat bahwa peningkatan susunan mikrobiota usus setelah puasa disebabkan oleh resistensi spesies bakteri bermanfaat, seperti Bacteroides dan Akkermansia, terhadap perubahan pola makan.
Hal ini dibuktikan melalui penelitian dengan sembilan subjek Muslim (tujuh wanita dan dua pria) yang berpuasa selama bulan Ramadhan.