Puasa 1 Muharram 2020 Jatuh Pada Tanggal. KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi menjelaskan, puasa 1 Muharram memiliki hukum sunah mutlak. Artinya, ibadah sunah yang dapat dilakukan tanpa memerlukan sebab tertentu dan kapan saja kecuali waktu-waktu yang diharamkan. Kalau niatnya karena Allah, maka silakan berpuasa sunah di tanggal 1 Muharram," kata ustaz Wahyul kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. Wahyul menjelaskan, berpuasa di bulan Muharram tidak hanya dapat dilakukan pada tanggal 1 Muharram tapi juga boleh dilakukan pada awal, tengah, atau akhir bulan.
"Asalkan tidak ada niat mengkhususkan tanggal 1 Muharram dengan meyakini keistimewaannya dibanding hari-hari yang sesudahnya, maka tidak ada dalil sahih yang menyunahkannya. Yang disunahkan adalah memperbanyak puasa pada bulan Muharram," ucap Wahyul yang juga merupakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bandung.
"Perlu diingat bahwa insya Allah tanggal 1 Muharram 1442 H jatuh pada hari Kamis, maka jika Anda berpuasa sunah tentu dapat kesunahan puasa Kamis," ucap Wahyul. Niat untuk berpuasa pada 1 Muharram dapat dilakukan di dalam hati dengan meniatkan berpuasa hanya karena Allah SWT.
Tak ada niat khusus untuk puasa 1 Muharram. Seperti halnya ibadah lain, niat perlu ditanamkan dari hati.
Tahun baru Islam 1443 H atau 1 Muharram akan jatuh pada Selasa (10/8/2021) besok. Untuk berpuasa di bulan Muharram ada beberapa puasa yang disunnahkan. Namun, khusus untuk 1 Muharram tidak memiliki anjuran tersendiri yang tercantum dalam hadits atau pun Al Quran.
Yang disunahkan adalah memperbanyak puasa pada bulan Muharram," papar Wahyul, dikutip dari CNN Indonesia, Senin (9/8/2021). Wahyul juga menambahkan bahwa tidak ada niat khusus yang bisa dilafalkan untuk berpuasa pada 1 Muharram.
Hal ini berarti ibadah tersebut dapat dilakukan tanpa memerlukan sebab tertentu dan kapan saja kecuali waktu-waktu yang diharamkan. Rasulullah SAW selalu mengerjakan kedua puasa sunnah tersebut pada bulan Muharram. Jadi kesimpulannya, puasa 1 Muharram tidak ada anjuran khusus dari dalil hadits ataupun Al Quran.
Sahabat Hikmah dapat berpuasa sunnah Asyura dan Tasu'an yang lebih dianjurkan untuk diamalkan pada bulan Muharram. Lihat juga Video: Heboh Kelompok 'Rambut Merah' di Cianjur Tak Wajibkan Salat-Puasa.
Muharram merupakan salah satu bulan dalam kalender hijriah yang diyakini memiliki penuh dengan keberkahan. Dengan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT pada bulan Muharram, umat muslim dianjurkan untuk melakukan puasa sunah.
Oleh karena itu, sebaiknya kita mampu menghindari hal-hal maksiat, baik di bulan Muharram ataupun bulan-bulan lainnya. Namun meskipun demikian, sebaiknya amalan saleh juga dilakukan sepanjang tahun selama masih hidup untuk bekal sesudah meninggal.
Ada banyak jenis amalan shalih yang bisa dilakukan, misalnya bersedekah, salat sunnah, menolong sesama muslim, dan lain sebagainya.
SERAMBINEWS.COM - Tahun baru islam 1 Muharram 1442 akan jatuh pada Kamis (20/8/2020). Untuk menyambut tahun baru ini meningkatkan ibadah.
Biasa dengan puasa, zikir dan membaca doa. Di bulan Muharram, umat muslim akan memperingati Tahun Baru Islam dan menjalankan puasa Tasua dan puasa Asyura. Sedangkan puasa Asyura ditunaikan pada tanggal 10 Muharram atau 29 Agustus 2020.
Jadwal dan Niat Puasa Tasua dan Asyura Bulan Muharram Tahun 2020, Lengkap dengan Keutamaannya. TRIBUNTIMURWIKI.COM - Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriah jatuh pada Kamis 20 Agustus 2020 telah tiba. Sama seperti bulan Dzulhihhah, banyak amalan istimewa yang bisa dilakukan umat muslim di bulan Muharram.
Selanjutnya memasuki hari ke-9 dan ke-10 Bulan Muharram, umat muslim disunahkan menjalankan puasa Tasua dan Asyura. Selanjutnya memasuki hari ke-9 dan ke-10 Bulan Muharram, umat muslim disunahkan menjalankan puasa Tasua dan Asyura. Puasa Tasua merupakan puasa sunnah yang bisa dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram atau 28 Agustus 2020. Sedangkan puasa Asyura ditunaikan pada tanggal 10 Muharram atau 29 Agustus 2020.
Berikut ini bacaan Niat Puasa Tasua dan Niat Puasa Asyura serta keutamaannya. Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram.
Di bulan Muharram, umat muslim akan memperingati Tahun Baru Islam dan menjalankan puasa Tasua dan puasa Asyura. Nilai pahalanya berlipat bahkan menghapus dosa selama setahun.
Tahun Baru Islam atau 1 Muharram akan jatuh pada 20 Agustus, mendatang. Sebentar lagi Kita akan menyambut datangnya Tahun Baru Islam di bulan Muharram 1442 Hijriah. Di bulan Muharram, umat muslim akan memperingati Tahun Baru Islam dan menjalankan puasa Tasua dan puasa Asyura. Lantas kapan jatuhnya tanggal Tahun Baru Islam dan hari puasa Tasua dan Puasa Asyura?
Selanjutnya memasuki jari ke-9 dan ke-10 bulan Muharram, umat muslim disunahkan menjalankan puasa Tasua dan Asyura.
Dalam riwayat lain dari kitab al-Musnad juga dijelaskan, orang yang berpuasa di bulan Muharram dapat diterima taubatnya oleh Allah SWT. Menurut sistem penanggalan kalender Masehi, puasa Asyura pada 10 Muharram bertepatan dengan Senin, 8 Agustus 2022. Hal ini didasarkan dari keputusan SKB 3 Menteri yang menyebut 1 Muharram 1444 H jatuh pada 30 Juli 2022 lalu. Mengutip Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah oleh Nur Solikhin, sebelum Islam datang, bangsa Quraisy selalu berpuasa pada hari Asyura. Tentunya, untuk meraih keutamaan tersebut, puasa Asyura perlu diiringi dengan tata cara pengamalan yang tepat.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura. Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari ‘Asyura hukumnya sunnah.
Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan. Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari ‘Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah.
Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari ‘Asyura. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.
Rasulullah bersabda, “Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah.”.