Pahala Puasa Untuk Orang Yang Sudah Meninggal. Salah satunya adalah amal jariyah sesuai dengan bunyi sabda Rasulullah SAW yang diceritakan dari Abu Hurairah berikut,. Perkara-perkara ini bisa dilakukan oleh para keluarga, teman, atau kerabat yang masih hidup untuk meringankan beban sang mayit.
Hal ini didasarkan pada salah satu sabda Rasulullah SAW yang dikisahkan dari sahabat Anas ibn Malik RA, ia berkata,. Kemudian Rasulullah bersabda, "Haji itu adalah hutangnya, maka tunaikanlah," (HR al Bazhar dan at Thabrani). Lalu, Sa'd ibn 'Ubadah berkata, "Jika demikian maka aku menjadikan Anda sebagai saksi bahwa kebuku yang sedang berbuah itu adalah sedekah atas dirinya," (HR Bukhari).
Lalu, salah seorang dari mereka, Abu Qatadah, berkata, "Wahai Rasulullah, dua dinar tersebut aku siap menanggungnya,". Kemudian, Rasulullah berkata, "Dua dinar itu menjadi tanggunganmu, dan dalam hartamu, serta mayit ini terbebas dari keduanya," yang dilanjutkan dengan menyolatkan jenazah tersebut.
Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, menjelaskan pada dasarnya pahala amalan tersebut boleh dan akan bisa dirasakan manfaatnya oleh almarhum. Selain itu, Kiai Ma’ruf juga mengutip pandangan Ibnu Qayyim dalam kitabnya yang berjudul ar-Ruh, sebagai berikut:.
“Ada Sahabat bertanya tentang haji untuk keluarganya yang wafat, Nabi mengizinkan. Sahabat berikut bertanya tentang puasa untuk keluarganya yang wafat, Nabi mengizinkan. Sahabat lain bertanya tentang sedekah untuk keluarganya yang wafat, Nabi mengizinkan.
Pendapat lain menyatakan bahwa seseorang tidak mendapatkan kecuali sesuai hasil usahanya itu ditinjau dari keadilan Allah SWT. Sedangkan bila ditinjau dari anugerah Allah SWT maka boleh saja Dia tambahkan seseorang sesuai yang dikehendakinya. Sementara itu Abu al-Fida’ Isma’il ibnu Kasir dalam karyanya Tafsir Ibni Kasir antara lain mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidak akan dibebani dosa orang lain, dia pun tidak akan memperoleh pahala kecuali apa yang ia usahakan untuk dirinya.
Adapun isi hadis tentang tiga hal yang akan mengalir, sesungguhnya itupun termasuk hasil usahanya, kerja kerasnya dan amalnya (ketika di dunia). “Apabila seseorang sakit di bulan Ramadhan kemudian meninggal dunia dan tidak berwasiat, maka diberikan makan untuknya bukan qadha.
PortalJember.com - Berikut penjelasan Syekh Ali Jaber tentang bagaimana cara menghadiahkan pahala untuk orang tua yang sudah meninggal. Untuk mencapai tujuan tersebut, menurutnya ada 2 amalan yang dapat kita lakukan. Dikutip PortalJember.com dari kanal YouTube Audio Syiar yangdiunggah 18 April 2019, inilah penjelasan Syekh ALi Jaber mengenai 2 amalan sebagai hadiah pahala untuk orang orang tua yang sudah meninggal. Baca Juga: Amalkan Usai Sholat Subuh Hal Ini Kata Syekh Ali Jaber, Semua akan Jadi Lebih Baik. Hadiah pertama yang bisa diberikan kepada kedua orang tua yang sudah meninggal adalah bersedekah, kata Syekh Ali Jaber. "Bersedekah atas nama orang tua kita, dimanapun kita berada," ujar Syekh Ali jaber.
Walaupun bersedekah dengan jumlah sedikit kepada fakir miskin dan santunan yang sederhana untuk anak yatim, tetapi sedekah memiliki pahala yang besar bagi orang tua yang telah meninggal. Baca Juga: 4 Sayuran Penurun Asam Urat Menurut dr. Saddam Ismail, Ginjal Lebih Efektif Buang Purin di Tubuh.
Syekh Ali Jaber mengatakan, ketika bersedekah jangan lupa niatkan pahala dari sedekah tersebut untuk orang yang sudah meninggal.
Abu Syuja’ rahimahullah berkata, “Barangsiapa memiliki utang puasa ketika minggal dunia, hendaklah dilunasi dengan cara memberi makan (kepada orang miskin), satu hari tidak puasa dibayar dengan satu mud.”. Dimana satu sho’ adalah ukuran yang biasa dipakai untuk membayar zakat fitrah. Satu sho’ ini sekitar 2,5 – 3,0 kilogram seperti yang biasa kamu setorkan untuk membayar zakat fitrah. Apakah aku harus membayarkan qodho’ puasanya atas nama dirinya?” Beliau lantas bersabda, “Seandainya ibumu memiliki utang, apakah engkau akan melunasinya?” “Iya,”, jawabnya. Beliau lalu bersabda, “Utang Allah lebih berhak untuk dilunasi.” (HR Bukhari no. Penjelasan ini dikhususkan bagi orang yang tidak puasa karena ada uzur (seperti sakit), lalu dirinya masih punya kemampuan dan memiliki waktu untuk meng-qodho’ ketika uzurnya terssebut hilang sebelum meninggal dunia.
(HR Muslim)<>Hadits Nabi SAW yang lain:“Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, kemudian ia berkata: saya mempunyai dua orang tua yang saya berbakti kepada keduanya di masa hidupnya, maka bagaimana bakti saya kepada kedua orang tua setelah meninggal? Bersabda Rasulullah: sesungguhnya termasuk bakti kepada kedua orang tua setelah meninggal hendaknya kau shalat untuk keduanya bersama shalatmu dan berpuasa untuk keduanya bersama puasamu”.
(HR Darul Quthni).Rasulullah SAW bersabda :“Dari shahabat Ibnu Abbas r.a. berkata: datang seorang perempuan dari Khats’am kepada Nabi pada tahun haji wada’, kemudian perempuan tadi berkata; Ya Rasulullah sesungguhnya kewajiban haji telah sampai kepada ayahku ketika beliau sudah tua, beliau tidak dapat naik kendaraan. Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, bagaimana pendapatmu seandainya ayahmu mempunyai hutang? Bersabda Rasulullah; hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar”.Hadits lain dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah SAW bersabda:“Dari shahabat Ibnu Abbas r.a.; bahwa seorang wanita dari golongan Juhainah datang kepada Nabi SAW kemudian berkata; bahwa ibu saya bernadhar untuk haji dan dia belum haji sampai mati, apakah saya bisa menghajikan untuk ibu saya? (HR Bukhari dan Nasa’i)Semoga beberapa riwayat ini menjawab pertanyaan di kalangan umat muslim mengenai pahala puasa, shalat dan haji yang dikirimkan untuk keluarga atau orang lain yang sudah meningal dunia. Tampak betapa bakti kita kepada kedua orang tua tidak terbatas waktu.
Amal jariyah menjadi amalan seseorang yang tidak akan terputus pahalanya meski ia telah meninggal. Dalam hadist Abu Hurairah diriwayatkan Rasulullah Saw terdapat tiga amalan jariyah, yakni sedekah jariah, ilmu bermanfaat, dan doa anak sholeh. Cukuplah kematian sebagai penggetar hati, penetes air mata, penghancur kelezatan, serta memutus pertemuan,” ujarnya.
Kajian Takmir Masjid Ulil Albab yang diikuti puluhan peserta ini mengingatkan kepada jamaah untuk selalu merenungkan kematian. “Ketika Orang meninggal maka akan terputus amalan untuknya, kecuali amal jariyah yang saya sebutkan tadi,” ujarnya. Oleh karena itu, kata Ustadz Amir alangkah baiknya orangtua mendidik anak-anaknya di jalan yang benar dan mengajarkannya tentang hukum-hukum Allah.