Niat Puasa Tasua Sekaligus Ganti Puasa Ramadhan. SEPUTARTANGSEL.COM - Banyak keistimewaan yang terkandung di dalam bulan Muharram, salah satunya puasa sunnah. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri, ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Baca Juga: Tahun Baru 1 Muharram, Buya Yahya Ingatkan Umat Islam untuk Lakukan Ini. Bagi umat Islam khususnya perempuan yang masih memiliki utang puasa Ramadhan (karena berhalangan) diwajibkan mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan atau di hari yang diperbolehkan untuk berpuasa. Alangkah lebih baik jika sesegera mungkin mengganti atau meng-qadha utang puasa Ramadhan tersebut. Baca Juga: Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H, Berapa Umur Anda Berdasarkan Kalender Hijriyah?
Memasuki bulan Muharram yang penuh kemuliaan, terdapat banyak anjuran pada umat Islam untuk mengerjakan amalan sunnah, salah satunya yaitu puasa Asyuro. melaksanakan anjuran ini bertujuan sebagai pembeda dengan umat Yahudi, karena pada hari asyura mereka juga berpuasa.
Menurut hal ini berarti umat Islam masih tetap boleh menjalankan puasa sunnah dan sah puasanya tapi akan lebih baik jika mengerjakan ibadah yang wajib dulu, yairu qadha’ Ramadhan. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR.
Jadi orang yang dengan ikhlas menjalankannya, selain mendapatkan pahala mereka juga akan mendapat ampunan dan penghapusan dosa selama satu tahun terakhir oleh Allah SWT.
Penulis: Pipit | Editor: Musahadah. Puasa Tasua dan Puasa Asyura adalah puasa sunnah di Bulan Muharram, masing-masing dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram dan 10 Muharram. Sementara Puasa Qadha Ramadhan adalah puasa wajib pengganti Puasa Bulan Ramadhan, yang telah ditinggalkan.
Menurut penjelasan Ustadz Abdul Somad (UAS), umat Islam (biasanya wanita) yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, namun ingin melaksanakan puasa Tasua dan Puasa Asyura boleh saja. Namun ada yang harus diperhatikan yaitu bacaan niat puasanya. Ustadz Abdul Somad menjelaskan, bagi yang ingin mengganti puasa Ramadhan bersamaan dengan waktu Puasa Tasua dan Puasa Asyura harus membaca Niat Puasa Qadha Ramadhan saja, sebagai berikut:. Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Demikian diterangkan oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’ -nya sebagai berikut. ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’ , [Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H], juz II). Adapun berikut ini adalah lafal niat qadha puasa Ramadhan:.
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”.
Wajib membaca niat puasa sebelum melaksanakannya. Bagaimana dengan pahala yang didapat, apakah juga mendapat pahala Puasa Tasua dan Puasa Asyura? Ustadz Abdul Somad (UAS) menjelaskan, bagi umat Islam khususnya wanita, yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, namun ingin melaksanakan puasa Tasua dan Puasa Asyura boleh-boleh saja. Namun ada yang harus diperhatikan, yaitu bacaan niat puasanya.
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Wahbah az-Zuhaili mengatakan dalam Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3, Tasu'a dan Asyura adalah hari di bulan Muharram yang paling dianjurkan untuk berpuasa. Berkaitan dengan pelaksanaan keduanya, menurut jumhur, tidak ada masalah jika mengkhususkan puasa hanya pada tanggal 10 (Asyura). Bahkan, Wahbah az-Zuhaili menyebut, puasa Asyura lebih dianjurkan, sebab Nabi SAW bersabda, "Aku berharap dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan di tahun sebelumnya.". Nur Solikhin mengatakan dalam Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah, sebelum Islam datang, bangsa Quraisy selalu berpuasa pada hari Asyura.
Begitu pula dengan umat Islam, yakni berpuasa sebagai bentuk penghormatan atas kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa AS.
Meski tidak ada hadits shahih yang secara khusus menjelaskan keutamaan puasa Rajab, namun kesunnahan puasa Rajab sudah tercakup dalam dalil anjuran berpuasa secara umum dan anjuran umum berpuasa di bulan-bulan mulia. Bahkan menurut Syekh al-Barizi, meski hanya niat mengqadha’ puasa Ramadhan, secara otomatis pahala berpuasa Rajab bisa didapatkan. وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد.
(وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا. (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى. “Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulamaberpegangan dalam keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak.
Ada beberapa lafaz niat yang harus kita baca ketika akan melaksanakan puasa Tasu’a dan Asyura, yakni. Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan lainnya.
Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. Pertama, menjadi puasa yang paling utama, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim di atas.
Sebab bisa jadi Nabi saw baru diberi tahu keutamaan Muharram yang melebihi Sya’ban di masa-masa akhir hidupnya, atau bisa jadi Nabi saw sudah mengetahuinya namun tidak sempat memperbanyak puasa di bulan Muharram karena berbagai halangan, seperti sakit bepergian, dan semisalnya (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Minhâj Syarhun Shahîh Muslim bin al-Hajjâj, Bairut, Dârul Ihyâ-it Turâtsil ‘Arabi, 1392 H], cetakan kedua, juz VIII, halaman 55). (Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Dîbâj ‘ala Muslim, [Arab Saudi, Dârubnu ‘Affân, cetakan pertama: 1416 H/1996 M], juz III, halaman 251). Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Keempat, khusus puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, maka akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat.
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat (HR Muslim). Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya (HR Ahmad).
BERSHALAWAT.COM - Buat yang masih punya hutang puasa dan ingin menggantinya di bulan Muharram ini, perlu tahu niat puasa qadha sekaligus puasa Tasua. Bacaan niat puasa qadha sekaligus puasa Tasua ini gampang karena tidak jauh berbeda dengan niat puasa yang lain, sehingga mudah dihafalkan. Artikel ini berisi niat puasa qadha sekalian puasa Tasua lengkap dengan tulisan Arab, latin, serta terjemahannya. Baca Juga: Sejarah Islam di Amerika, Arsip Nasional: Orang Amerika Asli Menganut Sistem Islam. Bagi yang ingin menyelesaikan hutang puasa sebelum berpuasa Asyura, maka boleh mengganti puasanya di hari puasa Tasua. Lalu, bagaimana jika ingin puasa Tasua tetapi masih memiliki hutang puasa?
Puasa Tasua sendiri hukumnya sunnah, sementara mengganti puasa hukumnya wajib, namun bisa dilakukan di lain waktu (sebelum Ramadhan yang akan datang). Jika sobat ingin mengganti puasa wajib di hari puasa Tasua maka diperbolehkan.
Ustaz Hanif Luthfi Lc dalam bukunya berjudul "Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan, puasa qadha Ramadhan sekalian puasa sunnah banyak dilakukan selain ingin mendapatkan dua pahala sekaligus, juga biasanya banyak temannya. Adapun Ali bin Abu Thalib melarangnya (puasa qadha Ramadhan dilakukan 10 pertama Dzulhijjah).
Pendapatnya Ali bin Abu Thalib dilandasi dari alasan bahwa qadha' Ramadhan di bulan Dzulhijjah itu meninggalkan fadhilah puasa sunnahnya. "Siapa yang tidak menetapkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya". Arti : Saya niat berpuasa besok dari mengqadha' fardu ramadhan Lillaahi Ta'ala.