Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Sementara niat dan orang yang berpuasa merupakan syarat sahnya puasa, bila tidak ada, maka tidak sah. Oleh karena itu, puasa dapat tercapai maknanya dengan hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya saja.

Niat puasa menurut madzhab Asy-Syafi'i. Sementara sahur tidak masuk rukun dan syarat sah puasa. Dan harus juga diinapkan, yakni dilakukan di malam hari sebelum tiba waktu fajar, meskipun sedari waktu maghrib, dan meskipun di malam tersebut ia melakukan sesuatu yang dapat membatalkan puasa karena puasa hanya dihitung saat siang hari saja.

Sementara niat pada puasa sunnah menurut madzhab Asy-Syafi'i boleh dilakukan kapan saja, bahkan ketika hari sudah siang sekalipun, dengan syarat sebelum matahari tergelincir yakni sebelum waktu zuhur, dan dengan syarat belum melakukan sesuatu yang dapat membatalkan puasa, misalnya sudah makan atau minum sesuatu. Menurut madzhab Asy-Syafi'i, niat puasa juga tidak dapat terwakilkan dengan hanya memakan sesuatu di waktu sahur saja, pada puasa apapun, kecuali jika saat makan itu terbetik di dalam pikirannya akan berpuasa di esok hari dan meniatkannya dengan niat puasa. Karena itu, menurut madzhab Hanafi, tidak sah hukumnya puasa yang dilakukan tanpa berniat terlebih dahulu, sebab untuk membeddetikakan antara puasa yang masuk dalam wilayah ibadah dengan puasa yang hanya menjadi kebiasaan atau semacamnya, misalnya untuk diet atau pengobatan.

Niat puasa menurut madzhab Hanafi sudah dianggap cukup apabila seseorang sudah menanamkan di dalam hati bahwa ia akan berpuasa Ramadhan, misalnya. Menurut madzhab Hanafi, niat puasa Ramadhan harus terus dilakukan setiap hari, namun niat tersebut sudah terwakilkan apabila seseorang melakukan makan sahur, kecuali jika orang itu saat makan pada waktu sahur berniat bukan untuk berpuasa.

Di dalam berniat menurut madzhab Maliki juga diwajibkan untuk menentukan puasa yang akan dilakukan. Apabila seseorang telah meniatkan puasa secara khusus, setelah itu dia ragu apakah saat itu ia berniat melakukan puasa sunnah atau puasa nadzar, atau puasa qadha, maka puasa tersebut dianggap puasa sunnah saja.

Sementara jika niat puasa dilakukan pada siang hari, menurut madzhab Maliki, makan niat itu tidak sah, untuk puasa apapun, meskipun puasa sunnah. Bila puasa Ramadhan diqadha, atau untuk berpuasa yang tidak dilakukan setiap hari, menurut madzhab Maliki, niat puasa harus dilakukan setiap malam, tidak cukup hanya diniatkan satu kali pada malam pertama saja. Menurut madzhab Maliki, niat puasa juga cukup terwakilkan dengan niat secara hukum, yaitu dengan makan sahur, meskipun tidak terlintas sama sekali niat berpuasa di benaknya ketika makan sahur, karena tentu saja dapat dipastikan apabila seseorang sudah memakan sahur makan berarti berniat untuk berpuasa.

Waktu berniat puasa boleh dilakukan kapan saja sejak terbenamnya matahari hingga fajar menyingsing untuk puasa wajib, sementara untuk puasa sunnah maka niatnya boleh dilakukan meskipun sudah lewat tengah hari, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan atau minum sebelum dia berniat.

Beda Pendapat Ulama tentang Niat Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Beda Pendapat Ulama tentang Niat Puasa Ramadhan

Sedangkan Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ mengartikannya sebagai “tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain.”. Para ulama sepakat bahwa niat merupakan syarat sah (rukun) ibadah, termasuk puasa. Berkenaan dengan waktu pelaksanaan niat, imam madzhab empat sepakat bahwa puasa yang menjadi tanggungan seseorang, seperti puasa nazar, puasa qadha’, dan puasa kafarah, niatnya harus dilaksanakan pada malam hari sebelum fajar.

Kemudian imam madzhab – selain Malik – juga sepakat bahwa niat puasa sunnah tidak harus dilaksanakan pada malam hari. Hadits di atas secara jelas menegaskan ketidakabsahan puasa bagi orang yang tidak berniat di malam hari. Jika niat puasa nazar, kafarah, dan qadha’ harus dilakukan di malam hari, begitu juga niat puasa Ramadhan.

Artinya, tidak wajib melakukan niat di malam hari. Pada ayat tersebut, Allah memperbolehkan kaum Mukminin untuk makan, minum, dan bersenggama pada malam bulan Ramadhan sampai terbit fajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa niat puasa boleh dilakukan setelah terbit fajar, tidak harus di malam hari. Pada hadits di atas, Nabi shallallahu ala’ihi wasallam menganggap puasa orang yang tidak melakukan niat di malam hari Asyura’ hukumnya tetap sah.

Dengan demikian dapat difahami bahwa niat puasa wajib tidak harus dilakukan di malam hari. Bagi mereka, niat puasa Ramadhan cukup dilakukan di malam hari pertama bulan Ramadhan. “Dan pada malam pertama, disunnahkan bagi seseorang untuk niat puasa bulan Ramadhan atau puasa Ramadhan seluruhnya, agar dapat mengambil manfaat dari bertaqlid pada Imam Malik terkait kekhawatiran lupa tidak melakukan niat pada suatu malam.

Ragam Pendapat Niat Puasa, Cukup Sekali atau Berulang-ulang

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Ragam Pendapat Niat Puasa, Cukup Sekali atau Berulang-ulang

Menurut madzhab Hanafi, niat adalah bermaksud taat menjalani perintah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Jumhurul Fuqoha, Madzhab Maliki, Syafi'i dan Hambali berpendapat, niat puasa Ramadhan harus di malam hari (Tabyit) sebelum masuk waktu Shubuh.

Untuk soal memperbarui niat setiap hari (tajdid) ulama juga berbeda pendapat: Pertama, menurut Jumhurul Fuqoha dari madzhab Hanafi, Syafi'i dan Hambali, niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap hari (tajdid). Kedua, menurut madzhab Maliki niat puasa Ramadhan tidak wajib diperbarui (Tajdid) setiap hari, dengan alasan setiap ibadah yang harus dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan seperti halnya puasa Ramadhan, maka niat puasanya cukup satu kali pada awalnya saja.

Perbedaan Cara Niat Puasa Menurut 4 Mazhab

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Perbedaan Cara Niat Puasa Menurut 4 Mazhab

Niat puasa memiliki sedikit perbedaan dengan niat ibadah lain. Menurut keduanya, niat puasa Ramadhan wajib dibaca (dalam hati) pada waktu malam.

Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar (Fajar Shodiq/subuh), maka puasanya tidak sah. Untuk puasa sunah, didasarkan pada hadits nabi dari Sayyidah Aisyah ra.,. Menurut beliau, sah-sah saja berniat di malam hari atau siang hari sebelum tergelincirnya matahari.

Dalam artian semua puasa sunah bisa berniat di siang hari sebelum matahari tergelincir. Menurut mazhab kedua ini, Allah Swt.

Dalam artian, niat puasa boleh dilakukan siang hari. Dalam artian, jika berniat setelah terbit fajar, maka keutamaan puasanya menjadi nol.

Menurut beliau, andaikata ada orang yg berniat pada malam pertama ramadhan bahwa ia akan berpuasa sebulan penuh, maka puasa orang ini hukumnya sah. Mazhab ini mengqiyaskan niat puasa dengan niat sholat dan haji. Lalu, bagaimana jika saat berniat sebulan penuh, tiba-tiba di tengah bulan haid atau ditimpa sesuatu yang dianjurkan tidak puasa, apa tetap wajib mengulang niat tiap malamnya?

Ramadhan Segera Tiba, Ini Bacaan Niat dan Doa Puasa Menurut 4

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Ramadhan Segera Tiba, Ini Bacaan Niat dan Doa Puasa Menurut 4

Sedangkan Imam Al Baidhawi menjelaskan bahwa niat adalahuntuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan.Dalam Kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof Dr Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa menurut istilah syara’, niat adalah tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain. Artinya, tidak harus melafadzkan niat.Namun menurut jumhur ulama selain mazhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat. Sedangkan menurut madzhab Hanafi, niat puasa Ramadhan bisa diwakili dengan makan sahur. Kecuali jika saat makan itu berniat bukan untuk berpuasa.Dalam madzhab Syafi’i, lafadz niat puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَىArtinya: “Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala”Sedangkan menurut Mazhab Hanbali (Hanabilah), siapa yang hatinya terbersit keinginan bahwa besok akan puasa, maka itu sudah dianggap niat.Dalam kitab-kitab hadis, tidak ada doa khusus ketika makan sahur.

Bacaan Doa Niat Puasa Ramadhan 1441 H/2020 Menurut Kitab

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Bacaan Doa Niat Puasa Ramadhan 1441 H/2020 Menurut Kitab

Madzhab Syafi'i adalah madzhab fikih dalam aliran sunni yang dicetuskan oleh Imam Syafi'i. Selain pembahasan niat puasa, di dalam Madzhab Syafi'i juga dijelaskan hal wajib lainnya, yang harus dipatuhi saat menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Perbedaan Pendapat Imam Syafi'i dan Imam Malik Tentang Lafaz

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Perbedaan Pendapat Imam Syafi'i dan Imam Malik Tentang Lafaz

WARTA LOMBOK - Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan kewajiban setiap orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan syar’i. Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan diwajibkan untuk menjalankannya sesuai rukun dan syarat, termasuk berniat sebelum melakukannya.

Niat Puasa Ramadhan Menurut 4 Madzhab Fikih

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Niat Puasa Ramadhan Menurut 4 Madzhab Fikih

ولأن هذه الأيام عبادات لا يفسد بعضها بفساد بعض ويتخللها ما ينافيها. فتجزئه النية في أول ذلك كله دون تجديد نية لكل ليلة منه عند مالك. Sebab, niat menjadi penentu sah dan tidaknya suatu ibadah.Ketentuan ini telah dijelaskan ulama fikih di berbagai literatur kitab salaf. Para ulama menjelaskan bahwa niat tergolong ke dalam syarat sahnya ibadah puasa. Artinya, umat Islam harus melakukan niat pada setiap malam ketika hendak berpuasa besoknya. Bahkan menurut mereka, Surat al-Baqarah ayat 185 secara jelas memerintahkan untuk berniat puasa itu untuk satu bulan secara langsung, tidak diniatkan setiap harinya.“…Siapa diantara kalian yang menyaksikan bulan (Ramadhan), maka berpuasalah...” (QS.

al-Baqarah: 185)Dalam pandangan ulama Madzhab Malikiyah, ayat di atas menjelaskan bawah ketika seseorang melihat bulan (Ramadhan), maka baginya untuk berpuasa. Sehingg, menurut Madzhab Malikiyah berpuasa sejak hari awal hingga hari terakhir dalam bulan itu merupakan sebuah paket ibadah yang menyatu.Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitab al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah menjelaskan, niat puasa Ramadhan cukup dilakukan pada awal puasa dan tidak harus mengulanginya di setiap harinya. Maka, terkadang kita menyaksikan pada hari pertama puasa, malah harinya orang-orang melafadzkan niat untuk satu bulan penuh.

Lupa Baca Niat Puasa Ramadhan, Bagaimana Solusi dan

Niat Puasa Ramadhan Menurut Empat Madzhab. Lupa Baca Niat Puasa Ramadhan, Bagaimana Solusi dan

Berdasarkan mazhab tersebut, umat Muslim diwajibkan membaca niat puasa Ramadhan pada malam hari. Pertama jumhur ulama dari Maliki, Syafi'i, dan Hambali bahwa niat puasa bulan Ramadhan itu pada waktu malam hari.". Namun, ada pandangan kedua yang menjelaskan soal membaca niat puasa Ramadhan, yakni dari mazhab Hanafi.

Related Posts

Leave a reply