Niat Puasa 10 Muharram Nu Online. Di samping qashad, seseorang juga menyebutkan hukum wajib atau sunah perihal ibadah yang akan dilakukan. Sedangkan hal lain yang mesti diingat saat niat adalah penyebutan nama ibadahnya (ta’yin). Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat ‘puasa sunah Asyura’ saat niat di dalam batinnya.
Bila ditanya, Imam An-Nawawi berkata di Al-Majmu‘, ‘Ini yang disebutkan secara mutlak oleh ulama Syafi’iyyah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i). Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.” Wallahu a’lam.
Berbagai amaliah sunnah dapat dikerjakan kaum muslimin saat memasuki tanggal 10 Muharram. Habib Muhammad bin Farid al-Muthohar mengatakan bahwa di antara amaliah-amaliah itu ada dua hal yang disebutkan dalam hadis sahih, yakni puasa Asyuro dan menambah uang belanja untuk keluarga. Kalau yang ini (puasa Asyuro dan menambah uang belanja-red) merupakan hadis sahih, ajaran langsung dari nabi,” kata Habib al-Muthohar dalam tayangan YouTube NU Online, Sabtu (6/8/2022). Ia menambahkan, sebagian ulama membuat nadzam tentang amalan-amalan yang dianjurkan untuk diamalkan ketika 10 Muharram.
“Lalu mengusap kepala anak yatim, bersedekah, mandi, menambah uang belanja untuk keluarga, memotong kuku, membaca surat Al-Ikhlas 1000 kali, dan shalat sunnah,” terangnya. “Kalau mau shalat sunnah mutlak, maka niatnya ushalli sunnatal mutlaq lillahi ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Kanzun Najah Wassurur karya Imam ad-Dayrami tentang amaliah pada 10 Muharram bahwa setelah wudhu dengan sempurna dapat melaksanakan shalat sunnah mutlak dua rakaat. Kemudian, setelah itu membaca ayat kursi sebanyak 360 kali dengan menghadap kiblat dan duduk seperti orang yang shalat.
“Setelah selesai maka membaca ayat Qul bifadhlillahi wa birahmatihi fabidzalika falyafrahu huwa khairum mimma yajma’un sebanyak 48 kali. Habib Muthohar menuturkan, intinya adalah banyak amaliah di bulan Muharram.
Rasulullah SAW sendiri dalam riwayat Muslim mengatakan bahwa ia akan menunaikan puasa tasu’a atau Asyura sekiranya ada umur pada tahun mendatang. Dalam konteks puasa sunah Asyura (10 Muharram), ulama berbeda pendapat perihal ta‘yin (penyebutan nama ibadahnya).
Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat ‘puasa sunah Asyura saat niat di dalam batinnya. Bila ditanya, Imam An-Nawawi berkata di Al-Majmu‘ , ‘Ini yang disebutkan secara mutlak oleh ulama Syafi’iyyah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut mazhab Syafi’i).
Sebagai salah satu bulan mulia, tentunya ada amaliyah sunnah yang bisa dilakukan oleh umat Islam, salah satunya adalah puasa Muharram yang termasuk di dalamnya Puasa Tasu’a dan Asyura. Pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah berpesan agar umat Islam berpuasa sehari sebelum dan sesudah Puasa Asyura.
Sementara dalil untuk melaksanakan Puasa Asyura adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim).
Artinya: Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ.
Sebab bisa jadi Nabi saw baru diberi tahu keutamaan Muharram yang melebihi Sya’ban di masa-masa akhir hidupnya, atau bisa jadi Nabi saw sudah mengetahuinya namun tidak sempat memperbanyak puasa di bulan Muharram karena berbagai halangan, seperti sakit bepergian, dan semisalnya (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Minhâj Syarhun Shahîh Muslim bin al-Hajjâj, [Bairut, Dârul Ihyâ-it Turâtsil ‘Arabi, 1392 H], cetakan kedua, juz VIII, h. 55). (An-Nawawi, al-Minhâj Syarhu Shahîh, juz VIII, h. 55; Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatâwal Kubrâl Fiqhiyyah, [Dârul Fikr], juz II, h. 54; Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fî Irsyâdil Mubtadi’în, [Bairut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah, cetakan pertama: 1422 H/2002 M], h. 192; dan Abdullah Abdirrahman Bafadhal al-Hadlrami, al-Muqaddimatul Hadlramiyyah, [Damaskus, ad-Dârul Muttahidah: 1413 H], h. 139).
Artinya, “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Keempat, khusus puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, maka akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya.
Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.
Menurut beberapa riwayat disebutkan, banyak peristiwa penting terjadi di hari itu pada masa yang lalu. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.
Nabi Musa Alaihis Salam dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Kala itu bersama umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.
Sayyidah Aisyah, istri Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam menyatakan bahwa Asyura adalah hari orang-orang Quraisy berpuasa di masa jahiliyah, Rasulullah juga ikut mengerjakannya. Umat isloam hendaknya menyambut hari itu dengan banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat dari sejarah masa lalu.
Pada umumnya, untuk melakukan segala sesuatu aktifitas apapun pasti diawali dengan niat. Selain qashad, seseorang juga menyebutkan hukum wajib atau sunah perihal ibadah yang akan dilakukan.
Sedangkan hal lain yang mesti diingat saat niat adalah penyebutan nama ibadahnya (ta’yin). Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat ‘puasa sunah Asyura’ saat niat di dalam batinnya.
Bila ditanya, Imam An-Nawawi berkata di Al-Majmu‘, ‘Ini yang disebutkan secara mutlak oleh ulama Syafi’iyyah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i).
Hal ini juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Tasu’a atau Asyura di siang hari. Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.” Wallahu a’lam. Muhammad Rizqy Fauzi, (tulisan ini disari dari NU Online yang dirilis pada tahun 2017).
Ini beberapa tata cara puasa di bulan Muharam, sebagaimana dikutif dari artikel yang berjudul Panduan Puasa Muharram: Tata Cara, Hukum, dan Keutamaaannya , sebagai berikut:. Selain niat di dalam hati juga disunnahkan mengucapkannya dengan lisan. Lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.
Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya. Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat hadits Abu Hurairah ra). (Abul Fadl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr, [Riyad: Maktabah Thabariyyah, 1414 H/1995 M], juz I, halaman 186).
(Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyyatul Bâjuri ‘alâ Ibnil Qâsim al-Ghazi, [Semarang, Thoha Putra], juz I, halaman 292-294). Dari ulasan di atas bahwa, niat, sahur, menjaga maksiat, serta berbuka ketika sudah waktunya menjadi komponen penting dalam menjalankan puasa, sebagaimana puasa-puasa yang lainnya, karena segala sesuatu harus diawali dengan niat.
Sedangkan menjaga maksiat juga bisa menjadikan puasa lebih sempurna, karena puasa yang diselingi dengan maksiat, akan menjadikan puasanya tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan haus saja.
Niat puasa Tasua dan Asyura wajib dilafazkan di dalam hati jika ingin melaksanakannya. Melansir website Kementerian Agama, melalui hadis sahih dijelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang pentingnya niat dalam melakukan sesuatu. "Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radiallahu anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Niat puasa Tasua dan Asyura menjadi pembeda sebagai perbuatan ibadah di bulan Muharram.
Membaca niat Tasua dan Asyura wajib dilafazkan dalam hati terlebih dahulu sebelum mengamalkannya. Niat puasa Tasua dan Asyura dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang.
Siang yang dimaksud adalah sebelum masuk waktu zawal atau saat matahari tergelincir ke barat. Secara khusus keutamaan puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram yakni menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullah bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya (HR Ahmad).
Adanya nama tersebut berarti kemuliaan dan keistimewaan Muharram dibanding bulan lainnya. Imam an-Nawawi menjelaskan, hadits shahih ini merupakan dalil sharîh atau sangat jelas yang menunjukkan kesimpulan hukum bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah Muharram.
Sebab bisa jadi Nabi saw baru diberi tahu keutamaan Muharram yang melebihi Sya’ban di masa-masa akhir hidupnya, atau bisa jadi Nabi saw sudah mengetahuinya namun tidak sempat memperbanyak puasa di bulan Muharram karena berbagai halangan, seperti sakit bepergian, dan semisalnya (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Minhâj Syarhun Shahîh Muslim bin al-Hajjâj, Bairut, Dârul Ihyâ-it Turâtsil ‘Arabi, 1392 H], cetakan kedua, juz VIII, halaman 55). Ini Doa Akhir dan Awal Tahun yang Sering Dibaca Rasulullah.
Pertama, menjadi puasa yang paling utama, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim di atas. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به). Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr.
Keempat, khusus puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram, maka akan menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Artinya : Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat (HR Muslim).
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya (HR Ahmad).