Niat Puasa 1 Dzulhijjah Nu Online. Memasuki sepuluh hari pertama bulan tersebut, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti perbanyak dzikir, sedekah, baca Al-Qur’an, dan berbagai macam amalan sunnah lainnya. Lebih tegas lagi, Syekh Zakaria al-Anshari (w. 1520 M) dalam Asnâ al-Mathâlib menjelaskan, pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah, disunnahkan untuk berpuasa.
Untuk tanggal satu sampai tujuh disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sementara tanggal delapan (hari Tarwiyyah) dan sembilannya (hari ‘Arafah), hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu, berpuasa pada sembilan hari pertama bulan tersebut juga memiliki keutamaan tersendiri.
Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya. Ustadz Muhamad Abror, pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Mahasantri Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah.
Diberikan kesempatan berada di bulan Dzulhijjah hendaknya dioptimalkan dengan melakukan aneka ibadah yang disarankan. Salah satunya adalah puasa, di samping memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, sedekah dan lainnya.
Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya.
Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ.
Puasa ini sangat dianjurkan bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT.”. Kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.
Untuk puasa sunnah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh hingga gelincir matahari atau Zuhur. Berikut ini lafal niat puasa sunnah Arafah di siang hari:. Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta‘âlâ.
Kemuliaan ini juga ditandai dengan pahala bagi orang yang berpuasa di sembilan hari pertamanya. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
"Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.". Adapun niat puasa Dzulhijjah dari tanggal 1 sampai 7 adalah sebagai berikut.
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ. Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”. Sebagaimana layaknya berpuasa, dalam menjalankan ibadah puasa Dzulhijjah ini juga orang disunnahkan untuk menikmati makan sahur. Bahkan, puasa Dzulhijjah ini boleh juga dilakukan oleh orang yang sejak terbit fajar hingga menjelang Dzuhur belum memakan atau meminum sesuatu apa pun. Bagi orang tersebut dibolehkan untuk memulai niatnya berpuasa, meski fajar sudah lewat.
Bulan Dzulhijjah merupakan waktu istimewa, sehingga umat Islam disarankan mengisinya dengan ibadah terbaik. Dan ibadah yang demikian dianjurkan di antaranya adalah puasa sunah pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Lebih tegas lagi, Syekh Zakaria al-Anshari (w. 1520 M) dalam Asnâ al-Mathâlib menjelaskan, pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah, disunahkan untuk berpuasa.
Untuk tanggal satu sampai tujuh disunahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sementara tanggal delapan (hari Tarwiyyah) dan sembilannya (hari ‘Arafah), hanya disunahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu, berpuasa pada sembilan hari pertama bulan tersebut juga memiliki keutamaan tersendiri. Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, halaman: 113).
Artinya: Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan? Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya.
Umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Meskipun demikian, orang tersebut masih dianggap mengamalkan puasa sunah, tetapi tidak mendapatkan pahala sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Orang demikian ini harus mengqadha utang-utang puasanya lebih dahulu. Sementara itu, orang yang tidak berpuasa karena uzur syariat makruh untuk menunaikan puasa sunah sebelum menuntaskan qadha puasanya sebagaimana disampaikan Al-Mahamili dan Al-Jurjani yang dikutip oleh Syamsuddin Ar-Ramli dalam kitabnya, Nihayatul Muhtaj. Untuk diketahui, bahwa sehari puasa di antara tanggal 1 hingga tanggal 9 Dzulhijjah itu diganjar sama dengan puasa selama setahun penuh. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi).
Menurut Ustadz Alhafiz Kurniawan sebagaimana dimuat di NU Online, seseorang dapat melaksanakan ibadah puasa Arafah pada siang hari sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah SAW untuk sebuah puasa sunnah pada hadits riwayat Muslim dari ummul mukminin Sayyidah Aisyah RA sebagai berikut:. Artinya, “Dari Aisyah, ummul mukminin RA, ia bercerita, ‘Suatu hari Nabi Muhammad SAW menemuiku.
Ia berkata, ‘Apakah kamu memiliki sesuatu (yang dapat kumakan)?’ Kami jawab, ‘Tidak.’ ‘Kalau begitu aku puasa saja,’ kata Nabi. Kami katakan kepadanya, ‘Ya rasul, kami memiliki hais, makanan terbuat dari kurma dan tepung, yang dihadiahkan oleh orang.’ ‘Perlihatkan kepadaku meski aku sejak pagi berpuasa,’ kata Nabi.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT.”. Rasulullah SAW dalam riwayat Muslim menjelaskan keutamaan puasa Arafah 9 Dzulhijjah sebagai berikut:. Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa (kecil) dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim). Adapun berikut ini adalah keutamaan puasa sunnah Arafah 9 Dzulhijjah yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi melalui Sayyidah Aisyah RA:.
Umat Islam Indonesia saat ini telah memasuki bulan Dzulhijjah 1443 H. Pada tanggal 10 Dzulhijjah nanti atau bertepatan dengan Ahad, 10 Juli 2022 M mendatang, umat Islam di Indonesia akan merayakan Idul Adha 1443 H. Pada hari tersebut, umat Islam disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa. Untuk tahun 1443 H ini, puasa tarwiyah bertepatan pada Jumat, 8 Juli 2022 H. Dalam menjalankan puasa tarwiyah, tentu diwajibkan niat terlebih dahulu di waktu malam hari sebelumnya hingga menjelang waktu Subuh pada hari tersebut. sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan yang berjudul Ini Lafal Niat Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah. Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”. Hal ini sebagaimana ditulis Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam kitabnya yang berjudul Busyral Karim (Beirut: Darul Fikr, 2012 M/1433-1434 H], juz II, halaman 488), bahwa “Puasa selama 8 hari sebelum hari Arafah dianjurkan. Untuk diketahui, ada tiga pendapat mengenai penamaan tanggal 8 Dzulhijjah itu disebut hari tarwiyah, yakni (1) perenungan Nabi Adam ketika membangun Ka’bah, (2) perenungan mendalam Nabi Ibrahim setelah bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya, dan (3) perenungan orang haji mengenai doa-doa yang hendak dipanjatkan pada hari Arafah nanti.
Hal ini sebagaimana dilansir dari NU Online dalam tulisan Penamaan Hari Tarwiyah, Arafah, dan Keutamaannya.
Sejak 1 Juli 2022 lalu, kita sudah memasuki awal bulan Dzulhijjah 1443 H. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, atau dua hari sebelum merayakan Idul Adha, umat Islam disunnahkan melaksanakan Puasa Tarwiyah, yang bertepatan dengan Jumat, 8 Juli 2022 mendatang. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun" (HR Abus Syekh Al-Ishfahani dan Ibnun Najar).
Mereka menyimpulkan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan sandaran atau hujjah syar’iyyah. Hadits berikut ini menunjukkan keutamaan amal saleh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
والثامن صوم الثمانية أيام قبل يوم عرفة سواء في ذلك الحاج وغيره.
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengeluarkan data hisab hilal awal Dzulhijjah 1443 H. Data hisab ini telah dihitung dengan metode perhitungan ilmu falak terhadap hilal awal Dzulhijjah 1443 H dengan menggunakan sistem hisab jama’i (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer) khas Nahdlatul Ulama. Hilal awal Dzulhijjah 1443 H saat ini sudah berada di atas ufuk, yakni tepatnya + 2 derajat 11 menit 00 detik dan lama hilal 11 menit 38 detik, dengan markaz Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.
Sementara konjungsi atau ijtimak bulan terjadi pada Rabu Legi 29 Juni 2021, pukul 09:52:15 WIB. Sementara itu, letak matahari terbenam berada pada posisi 23 derajat 16 menit 57 detik utara titik barat, sedangkan letak hilal pada posisi 27 derajat 22 menit 41 detik utara titik barat. Dari data tersebut, dapat diketahui, bahwa hilal awal bulan Dzulhijjah 1443 H ini masih berada di bawah kriteria Imkanurrukyah (kemungkinan hilal dapat terlihat) yang ditetapkan Menteri-menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), yakni tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Meskipun demikian, umat Islam Indonesia, khususnya Nahdliyin harus tetap menunggu keputusan Itsbat Pemerintah Indonesia berdasarkan hasil pengamatan rukyatul hilal yang akan dilaksanakan esok, Rabu (29/6/2022) sore.