Muntah Bisa Membatalkan Puasa Tidak. Benda tersebut masuk ke dalam jauf dengan kesengajaan dari diri seseorang. Misalnya pengobatan bagi orang yang sedang mengalami ambeien dan juga bagi orang yang sakit dengan memasang kateter urin, maka dua hal tersebut dapat membatalkan puasa.
Bahkan, dalam konteks ini terdapat ketentuan khusus, puasa seseorang tidak hanya batal dan tapi ia juga dikenai denda (kafarat) atas perbuatannya. Hal ini tak lain bertujuan sebagai ganti atas dosa yang ia lakukan berupa berhubungan seksual pada saat puasa.
Misalnya, mani keluar akibat onani atau sebab bersentuhan dengan lawan jenis tanpa adanya hubungan seksual. Berbeda halnya ketika mani keluar karena mimpi basah (ihtilam) maka dalam keadaan demikian puasa tetap dihukumi sah. Sebab dalam shalat orang yang haid atau nifas tidak diwajibkan untuk mengqadha shalat yang ia tinggalkan pada masa haid atau nifas.
Ketika gangguan Kejiwaan terjadi pada seseorang di pertengahan melaksanakan puasanya, maka puasa yang ia jalankan dihukumi batal.
Tidak hanya itu, ketika muntah tersebut sampai ke mulutnya lalu menelannya kembali, maka ia wajib mengganti puasanya. Jadi, jika seseorang ingin segera muntah tetapi berhenti di pangkal tenggorokan dan belum sampai ke mulut, maka puasa tidak batal. Virus gastrointestinal lainnya, seperti norovirus atau rotavirus dapat terjadi karena adanya kontak dekat dengan seseorang yang sakit.
Sakit maag atau penyakit refluks gastroesofagus (GERD) bisa menyebabkan isi perut kembali ke kerongkongan saat makan. Gejala yang terjadi bisa mual, muntah, perasaan penuh di perut bagian atas terutama setelah makan, dan gangguan pencernaan.
Liputan6.com, Jakarta Muntah saat puasa memiliki hukum tertentu yang menentukan ia membatalkan atau tidak. Muntah merupakan kondisi di mana isi perut keluar lewat mulut.
Maka dari itu, penting megetahui tentang hukum muntah saat puasa. Hukum muntah ketika puasa tergantung dari apakah ia muncul akibat kesengajaan atau tidak. Berikut hukum muntah saat puasa, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat(8/4/2022).
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri menyebut setidaknya ada 11 hal yang bisa membatalkan puasa Ramadhan. Jika puasanya batal maka seorang muslim harus mengganti atau mengqadhanya di lain hari.
Dalam hadits lain yang disepakati keshahihannya oleh lima Imam, yakni: Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'I, Rasulullah SAW bersabda:. Tetapi siapa saja yang sengaja muntah, maka ia berkewajiban qadha (puasa),".
"Sedangkan orang yang muntah tanpa disengaja karena tak mampu menahannya, misalnya, maka hal itu tidak membatalkan puasanya," tulis Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri seperti dikutip Tim Hikmah detikcom.
Sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari, segala ikhtiar harus dilakukan demi memastikan bahwa ibadah terjaga dengan baik. Tetapi siapa saja yang sengaja muntah, maka ia berkewajiban qadha (puasa). Dari sini para ulama menarik simpulan bahwa orang yang terlanjur muntah saat berpuasa dapat meneruskan puasa karena hal tersebut tidak membatalkan puasanya.
Artinya: Siapa saja yang (tak sengaja) muntah saat berpuasa, maka puasanya tidak batal. Para imam mazhab berpendapat bahwa orang yang berpuasa tidak menjadi berbuka (batal puasa) karena muntah berapapun kadarnya.
Adapun insiden seseorang yang merasa mual, lalu sesuatu bergerak naik dari dalam perutnya, dan hampir muntah, perlu dilihat terlebih dahulu. Karena di sini juga para ulama berbeda pendapat perihal status puasanya. Tetapi yang benar menurut Mazhab Hanafi, jika muntahan bergerak kembali ke tenggorokan seseorang dengan sendirinya, maka puasanya tidak batal. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang bergerak naik dari dalam perut tetapi tidak sempat keluar karena berhenti sampai di pangkal tenggorokan tidak membuat batal puasa seseorang.
Selain itu, muntah saat puasa juga bisa terjadi ketika GERD (penyakit refluks gastroesofageal) kambuh. Ketika asam lambung naik ke kerongkongan, akan timbul mual yang tak jarang diikuti dengan muntah. Sehingga menyebabkan perut terasa kenyang lebih lama dan energi pun tetap tersedia sepanjang hari. Makanan karbohidrat kompleks di antaranya oatmeal dengan susu rendah lemak, roti isi gandum utuh, atau beras merah.
Kebiasaan ini hanya akan membuat asam lambung kembali naik ke kerongkongan dan memicu terjadinya muntah.