Lama Waktu Puasa Di Jepang. Biarpun punya waktu puasa yang panjang, ternyata tidak membuat masyarakat di lima negara ini jadi bermalas-malasan. Menarik untuk ditengok, berikut ini beberapa gambaran perjalanan Ramadan masyarakat di negara waktu puasa terlama.
Hal yang menjadi tantangan, Bulan Ramadan kali ini jatuh di musim panas sehingga tubuh pun jadi lebih mudah letih. Akan tetapi, negara ini dikenal begitu terbuka pada pendatang yang berbeda etnis dan agama, sehingga komunitas muslim di sana pun kini kian banyak jumlahnya.
Situs Al Jazeera mencatat, masyarakat muslim di wilayah Negara Kanada, setidaknya menjalankan puasa selama 18,5 jam. Sekitar tiga juta umat muslim di penjuru Inggris Raya, melaksanakan ibadah puasa selama 18 hingga 19 jam lamanya. Bagi mereka yang menetap sementara, biasanya berbuka puasa dilakukan bersama teman dengan mengunjungi komunitas muslim terdekat. Menurut situs BBC, ada sekitar 200 ribu umat muslim yang menetap di negara dengan julukan land of midnight sun ini.
Ramadan dan berpuasa di negara ini pun dinilai cukup sepi karena masih terbatas dilakukan oleh komunitas-komunitas. Negara-negara Skandinavia yang letaknya sangat dekat dengan Kutub Utara seperti Norwedia dan Finlandia, harus berpuasa di atas 20 jam lamanya.
Bagaimana rasanya menjalani ibadah bulan Ramadhan dan merayakan hari Raya Lebaran sebagai kaum Muslim di tanah perantauan? Walau demikian, punya pengalaman berpuasa di negara orang telah memberikan saya sudut pandang yang berbeda.
Di Jepang, tentu saja, tidak ada macet ataupun keramaian akibat waktu menjelang berbuka puasa. Saya personally beberapa kali memasang suara adzan via YouTube atau streaming TV Indonesia, supaya lebih ‘terasa’ berbuka puasanya. Bulan Ramadhan di Indonesia bisa dikatakan menjadi momen silaturahmi dan reuni dengan berbagai jenis kelompok pertemanan yang dimiliki.
Selain itu, tinggal di Jepang juga memberikan rasa senasib sepenanggungan saat berpuasa dengan sesama kaum Muslim lainnya, baik dari Indonesia maupun negara lain, menjadi lebih kuat. Bagi teman-teman yang sedang berniat untuk kuliah atau kerja di negara orang, khususnya Jepang, jangan takut!
Salah satu hal yang cukup berat dirasakan bagi muslim yang berada diperantauan selain budaya dan makanan adalah momen pada bulan ramadhan, yakni berpuasa dan merayakan lebaran tanpa keluarga tercinta di Indonesia. Sejak pandemi mulai dari tahun 2019, banyak dari kita yang tidak dapat pulang untuk berkumpul merasakan indahnya buka bersama di masjid terdekat, mendengar sahut-sahutan pengajian dan membangunkan sahur oleh remaja kampung dan lain-lain. Sebelumnya, beberapa kosakata berikut semoga membantu selama menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan ya! Ayo buka puasa (断食開けをしましょう) : Danjiki ake o shimashou. Ayo kita sahur (断食前の食事をしましょう) : Danjiki mae no shokuji o shimashou. Sholat berjama’ah (集団で行う礼拝) : Shuudan de okonau reihai.
Pertama kali menjalankan puasa pastinya Kaiji merasa sangat berat, tapi dia menyebutkan bahwa pengalaman tersebut memberikan banyak pelajaran. Sepanjang proses pembelajaran, dia menemukan di beberapa gerakan shalat ada sedikit perbedaan pada madhab (sekolah pemikiran untuk yurisprudensi Islam).
Setelah menikmati santap sahur, dia biasanya melakukan salat sunnah 2 raka’at diikuti shalat Shubuh 2 rakaat dan membaca Al-Quran. Dia menjalankan perusahaan agen perekrutan, Career Diversity Inc., dan pada dasarnya melakukan pekerjaannya dari rumah, terutama pada beberapa bulan pandemik ini, jadi dia tidak terlalu banyak terpengaruh oleh orang lain selama Ramadhan ini. Dia menyebutkan bahwa sebenarnya tidak ada yang berubah pada keseharian aktifitas kerja seperti biasanya dan sama produktifnya dalam bekerja setiap harinya.
Dalam 5 hari kebelakang ini, dia menyantap berbagai macam makanan untuk berbuka puasa seperti paratha, dan kare udang, nasi dengan natto, telur mentah, Indomie dengan nasi (kombinasi terkenal diantara orang Indonesia),mie celup, dan saat dia punya waktu, dia pergi ke untuk menikmati kari ayam mentega India. Karena mayoritas penduduk di Jepang bukan Muslim, jadi tidak ada makanan spesial berbuka puasa atau makanan sepktakuler dengan nuansa Ramadhan karena orang Jepang tidak memiliki hudaya tersebut. Dalam beberapa tahun ini, dia senang berbuka puasa bersama-sama dengan sesama muslim di Masjid. Tapi, itu juga mungkin akan dibatasi dan diatur sampai batas tertentu karena pandemik.
Mencari toko halal baik online atau offline untuk mendapatkan beberapa bahan makanan agar bisa distok di rumah. Terutama untuk shalat Idul Fitri, dikarenakan masjid belum tentu ada di tiap tempat, biasanya bagi para umat Muslim yang di dekat rumahnya tidak ada masjid, mereka akan berkumpul dengan komunitasnya yang tinggal berdekatan dan melaksanakan shalat Idul Fitri bersama-sama. Menyiapkan keuangan lebih dari biasanya, karena saat kalian kembali ke negara asal di masa pandemik ini, pengeluaran mungkin akan bertambah 2-3 kali lipat dari biasanya (harga tiket pesawat yang naik, test PCR, dan sewa kamar hotel untuk karantina mandiri saat tiba di negara asal, dll). Selain itu, biasanya rekan-rekan kerja akan khawatir saat kita berpuasa karena waktu menjalankan Ramadhan di Jepang lebih lama dibandingkan dengan negara-negara yang dilewati garis khatulistiwa (kira-kira 16 jam) dan suhunya sangat lembab! Saat Ramadhan datang dan mulai berpuasa, rekan kerja akan sering menanyakan kondisi staf Muslim karena merasa khawatir. Lebih lanjut lagi, penting untuk mengetahui batasan kalian karena cuaca, suhu, dan beban kerja di Jepang cukup berbeda.
Bulan Ramadhan terasa sangat istimewa dan merupakan bulan yang sangat ditunggu-tunggu karena selain menahan rasa lapar dan nafsu dari terbit matahari hingga tenggelamnya matahari, juga sebagai ajang silaturahmi serta mengejar pahala. Istilah ini mengacu pada biksu Buddha Jepang, yang artinya tidak makan dan minum. Masyarakat Jepang sangat mengapresiasi dan memberikan kebebasan beribadah, salah satunya menjalankan puasa Ramadhan.
Artikel Kukche Languages ini akan memberi tahu bagaimana rasanya puasa di Jepang. Selama bulan Ramadhan ini biasanya mereka mengadakan dialog keagamaan, menentukan jadwal shalat berjama’ah, buka puasa bersama, sampai membagikan buku-buku keagamaan yang berguna untuk memperdalam ilmu agama di sana.
Ketika Ramadhan tiba, masjid-masjid di Jepang pun menyajikan makanan khas dari berbagai negara secara gratis untuk menu berbuka bagi umat muslim. Di sana kalian akan berbaur dengan umat muslim antar negara dan mencicipi makanan khas yang kebanyakan lebih cenderung ke makanan khas Timur Tengah seperti Arab dan Turki.
Setelah berbuka puasa, para jamaah akan berkumpul untuk Sholat Maghrib, Isya dan Tarawih serta mendengarkan ceramah. Tentunya setelah dijelaskan, mereka dapat mengerti dan seringkali izin saat ingin makan di depan umat muslim yang berpuasa.
Chiko Matsuo, model profesional Indonesia yang telah bertahun-tahun berdomisili di Jepang. TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Agustina (Chiko) Matsuo (42), seorang model profesional asal Indonesia sangat menikmati menjalani ibadah bulan ramadan di Jepang.
"Hati dan jiwa saya rasanya bertambah sejuk di bulan puasa ini. Di setiap Ramadan saya biasanya mengisi waktu dengan tadarusan dan mendengarkan tausiah," ungkap Agustina yang akrab disapa Chiko kepada Tribunnews.com, Kamis (28/4/2022).
Meski waktu puasa di Jepang lebih lama sekitar 2 jam dari Indonesia, bagi Chiko hal itu memberikan kenikmatan tersendiri. Apalagi dia sudah terbiasa tinggal di Jepang selama 18 tahun lamanya.
Di Jepang, bulan ramadan tahun ini lamanya waktu puasa sekitar 15 jam. "Di saat sahur saya masak yang praktis saja seperti karage, telor ceplok, miso siru dan buah plus harus ada teh manis panas.