Keutamaan Puasa Asyura Nu Online. Disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim bahwa Sayyidah Aisyah radliyallahu 'anha berkata: “Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anh, marfu' (disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ) berkata, "Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi.
Dari sahabat Abu Qatadah, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu” (HR at-Tirmidzi). Dari sini akan timbul pertanyaan, kenapa puasa Asyura hanya dapat mengampuni dosa satu tahun yang lalu saja? Nah, dari sini kita tahu, bahwa segala sesuatu yang diberikan khusus untuk Nabi Muhammad ﷺ maka itu adalah spesial dan istimewa.
Maka dari itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir dan istighfar pada hari Asyura. Maka, apakah pantas umatnya yang selalu bergelimang dengan dosa ini tidak meminta ampun kepada Allah setiap harinya? Maka hari Asyura adalah kesempatan emas bagi umatnya untuk memperbanyak dzikir dan istighfar kepada Allah ﷻ.
Tahun baru Hijriyah 1443 jatuh pada Selasa, 10 Agustus 2021 sebagaimana diikhbarkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU). Karenanya, hari ‘Asyura atau tanggal 10 Muharram jatuh pada esok, Kamis, 19 Agustus 2021. Di hari ‘Asyura itu, umat Islam disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa. bersabda, “Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu”.
Baca juga: Puasa Asyura: Sejarah, Peristiwa Penting, dan Dzikir-dzikir yang Dianjurkan. Karena keutamaannya itu, bagi umat Islam yang memiliki kemampuan untuk menjalankan puasa agar dapat melaksanakannya. Untuk melaksanakan puasa ‘Asyura itu, umat Islam harus niat terlebih dahulu di malam harinya.
Baca juga: Panduan Puasa Muharram, Tata Cara, Hukum, dan Keutamaannya. Jika telah lewat pagi hingga sebelum matahari tergelincir ke Barat (zawal), umat Islam masih disunnahkan untuk memulai puasa ‘Asyura dengan membaca niatnya dalam hati. Sebagai informasi, puasa ‘Asyura sejak dahulu telah dipraktikkan umat Yahudi.
صيام يوم عشوراء، إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله. Artinya, “Puasa hari Asyura, saya berharap agar Allah SWT mengampuni dosa satu tahun sebelumnya,” (HR Ibnu Majah).
Penuturan Ibnu ‘Abbas ini menunjukkan betapa penting dan besarnya hikmah puasa ‘Asyura. Pada hari tersebut, Nabi SAW berharap kepada Allah SWT agar dosanya di tahun sebelumnya diampuni.
Beliau berkata:Artinya, “Puasa hari Asyura, saya berharap agar Allah SWT mengampuni dosa satu tahun sebelumnya,” (HR Ibnu Majah). Pendapat ini didasarkan pada riwayat Sa’id bin Jubair yang terdapat dalam kitab Al-Atsar karya Abu Yusuf. Di dalam hadits lain, Nabi SAW sangat menganjurkan puasa pada tanggal sepuluh Muharram. Andaikan mampu, alangkah baiknya menambah puasa pada tanggal sembilan dan sebelas Muharram.
Sepuluh Muharram termasuk hari paling bersejarah bagi penganut agama samawi, khususnya Islam. Seluruh kejadian fenomenal ini disebutkan oleh Ibnu Bathal di dalam kitab Syarah Shahih Al-Bukhari.
Maka dari itu, ketika Rasulullah SAW berada di Madinah, Beliau mendapati seorang Yahudi sedang berpuasa. Mereka menjawab, “Pada hari ini Allah SWT menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun.
Nabi Muhammad SAW kemudian berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk puasa,” (HR Ibnu Majah). Pendapat ulama yang menganjurkan puasa sebelum dan sesudah sepuluh Muharram berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW berkata:. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW meminta pelaksanaan puasanya menjadi tiga hari, yaitu dari tanggal sembilan sampai sebelas.
Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi berencana puasa tanggal sembilan Muharram, namun Beliau sudah wafat sebelum menunaikan niat itu.
Tetapi kita juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 Muharram (Tasu‘a) agar berbeda dengan umat Yahudi di masa lalu. Masalah ini disinggung dalam Fathul Mu‘in karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari. و) يوم (عاشوراء) وهو عاشر المحرم لأنه يكفر السنة الماضية كما في مسلم (وتاسوعاء) وهو تاسعه لخبر مسلم لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبله والحكمة مخالفة اليهود ومن ثم سن لمن لم يصمه صوم الحادي عشر بل إن صامه لخبر فيه.
(Disunahkan) juga puasa Tasu‘a, yaitu hari 9 Muharram sebagai hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau saja aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tasu‘a.’ Tetapi Rasulullah SAW wafat sebelum Muharram tahun depan setelah itu. Dari sini kemudian muncul anjuran puasa hari 11 Muharram bagi mereka yang tidak berpuasa Tasu‘a.
Tetapi juga puasa 11 Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu‘a sesuai hadits Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada hamisy I‘anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz II, halaman 301). Agar berbeda dari kaum Yahudi di masa Rasulullah, kita juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 dan 11 Muharram.
Artinya, “(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya),” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266). Keterangan ini bukan berarti menyamakan Muslim yang mengamalkan hanya puasa Asyura dan kaum Yahudi.
Sedangkan Muslim yang mengamalkan hanya puasa Asyura saja itu sudah bagus.
Bahkan ada yang ekstrem menyebut bahwa puasa di dua hari itu dianggap tidak memiliki dasar dan bukan ajaran Islam. Dimana dijelaskan dalam kitab tersebut empat hadits shahih dan satu pendapat berdasar kesepakatan ulama. Sedangkan pendapat para ulama terdahulu menyebutkan bahwa pahala puasa Asyura adalah mendapatkan pengampunan tujuh puluh tahun dari dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Dan tentunya masih banyak sekali keutamaan hari Asyura yang dijelaskan dalam kitab Irsyadul 'Ibad berdasarkan hadits-hadits Nabi Muhammad. Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi dalam kitab Kanzun Najah Wassurur menjelaskan bahwa Muharram merupakan bulan yang dimuliakan Allah SWT dan di dalamnya terdapat banyak amalan sunah, termasuk puasa. Melihat kemuliaan bulan Muharram ini, alangkah baiknya jika sebagai umat Islam melaksanakan amalan-amalan baik sebagaimana ajaran Rasulullah.
Hari Asyura yang jatuh pada setiap tanggal 10 Muharram merupakan momentum istimewa bagi umat Islam. Mengenai hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Nyai Hj Tho'atillah Ja'far Aqil menjelaskan beberapa keutamaan pada hari Asyura.
Maka tidak heran jika di hari itu umat Islam banyak menggelar kegiatan-kegiatan amal dengan berbagi kepada kalangan yang membutuhkan, khususnya anak-anak yatim-piatu," kata Nyai Tho'ah lewat pesan digital kepada NU Online, Jumat (13/8). Ia menjelaskan, seperti umumnya di beberapa daerah lain, Pesantren KHAS Kempek juga mengadakan kegiatan bersedekah kepada para santri yatim dan para tetangga yang juga yatim, dengan mengumpulkan santri berusia 15 tahun ke bawah.
Sementara untuk santri yang bukan yatim, biasanya mereka saling berbagi jajan kecil-kecilan. "Atau, berkunjung ke tetangga yang sedang sakit.” jelas putri sulung KH Ja’far Shodiq Aqil Siroj ini. Nyai Tho`ah kemudian mengutip sabda Rasulullah yang tertuang dalam kitab Tanbihul Ghafilin: Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap oleh tangannya.
Menurut penuturannya, tradisi usap rambut itu juga dilakukan di lingkungan Kempek, dengan pembagian waktu yang berbeda. Dilakukan ba’da dzuhur atau setelah ashar sebelum maghrib,” tutur Perempuan yang aktif di Majelis Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) itu. Nyai Tho`ah juga mengutip keterangan dalam Kitab I’anatut Tholibin yang menyebutkan ada 8 macam amalan lain yang dianjurkan pada harı Asyura, yaitu: melaksanakan shalat tasbih, mandi di hari Ayura berfaedah terbebas dari penyakit selama satu tahun, mengunjungi orang ‘alim, menggunakan celak mata, memotong kuku, membaca surat Al-Ikhlas 1.000 kali, silaturrahim, dan berziarah ke orang shalih.
Pada hari itu juga Fir’aun ditelenggelamkan Allah ke dalam laut merah. Dalam kitab irsyadul ibad Syekh zainuddin al-Malibari menuliskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Syaikhan (Bukhari dan Muslim).
Ada kisah menarik dari seorang ulama yang membuktikan tentang keabsahan hadits itu. Pada hari asyura’ ini ada keistimewaan dan kelebihan bagi orang yang mau bersedekah.
Karena pada hari itu Sayyidina Husain cucu Rasulullah Saw terbunuh di sebuah tempat yang namanya Karbala. Menurut beberapa pakar sejarah, meskipun sebenarnya khalifah sendiri tidak menghendaki tentang pembunuhan itu.
Peristiwa itu memang sangat kejam dan tragis bagi siapa yang merenungkan ataupun membaca kisahnya. Menyakiti diri sendiri, apalagi membahayakan nyawa atas dasar apapun, apalagi tidak membawa pada kemanfaatan pribadi maupun umum, adalah bentuk pengkhianatan seorang hamba pada Tuhannya yang menciptakan tubuhnya, yang seharusnya dirawat dan dijaga sebaik mungkin.
Rembang Bicara - Umat Islam sangat dianjurkan mengerjakan sunnah Rasulullah Nabi Muhammad SAW, disamping taat melaksanakan ibadah wajib. Sebentar lagi akan tiba waktu untuk mengerjakan puasa sunah Asyura dan Tasu'a pada 9 dan 10 Muharram. Syarat Wajib Mendapat BPUM BRI di eform.bri.co.id Mendapatkan 1,2 Juta.
Sejarah Puasa Tasu'a dan Asyura. Dikutip dari NU Online, Puasa Tasu'a dan Asyura berawal dari peristiwa Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah pada Rabiul Awal. Setelah beberapa bulan di Madinah, Nabi melihat orang-orang Yahudi di Madinah puasa Asyura pada 10 Muharram.
Ibnu Abbas seorang sahabat, saudara sepupu Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir Al-Qur’an meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi pun bertanya tentang alasan mereka berpuasa.