Kenapa Orang Kristen Tidak Puasa. Demi menaati salah satu dari Lima Rukun, seorang Muslim wajib berpuasa pada bulan Ramadan. Banyak kaum Muslim yang dengan tulus berusaha memperoleh berkah dan pengampunan saat berpuasa.Bagi orang-orang Kristen, puasa bukan kewajiban tapi merupakan salah satu bentuk wujud syukur. Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (Matius 4:2, 8-11).Sekalipun Iblis mencobai Yesus untuk berdosa, Yesus tidak jatuh dan tetap sempurna, tidak seperti manusia lain dalam sejarah.• Jangan berpuasa supaya terlihat suci di hadapan orang lain.
(Lukas 18:11-14)Yesus mengajarkan bahwa manusia tidak bisa masuk ke firdaus karena berpuasa. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. "” (Yohanes 6:35-40)Sama seperti manusia akan mati ketika tidak makan, maka kita juga akan mati secara rohani, terpisah selamanya dari Allah dan harus menghabiskan kekekalan di dalam neraka, kalau kita tidak menerima Yesus, sang Roti Hidup itu.Karena Dia “turun dari Surga,” lahir dari Anak Dara, Yesus menyebut Allah sebagai BapaNya.
Melalui kehidupanNya yang sempurna, kematian dan kebangkitanNya, Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Allah, sekaligus Anak Allah.Yesus menggenapi kehendak BapaNya, menyelamatkan orang-orang berdosa dengan menanggung dosa mereka di atas salib. Saudara harus berbalik dari dosa dan percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus supaya bisa menyelamatkan Saudara – tidak lagi percaya pada amal ibadah sendiri melalui perbuatan-perbuatan seperti berpuasa.Setelah menyelamatkan Saudara dari dosa, Yesus memberi Saudara kemauan dan kekuatan untuk memuliakan Allah melalui perbuatan-perbuatan baik, seperti misalnya berpuasa.“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:22-23).
Yesus sendiri tidak pernah memberikan perintah langsung kepada murid-murid-Nya untuk berpuasa atau melakukan puasa jenis tertentu. Jadi, jika merujuk kepada hal ini, maka praktik puasa dalam agama Yahudi merupakan bagian dari kehidupan rohani para murid Yesus.
Dietrich Bonhoeffer, dalam bukunya The Cost of Discipleship, mengatakan, “Yesus percaya bahwa para murid-Nya akan menjalankan kebiasaan puasa yang saleh. Adat istiadat semacam itu hanya memiliki satu tujuan - untuk membuat para murid lebih siap dan bersukacita dalam menyelesaikan hal-hal yang telah dilakukan oleh Allah.”.
Wesley Duewel, seorang penulis abad kedua puluh, mengatakan, “Kamu dan saya tidak punya hak lagi untuk menghilangkan puasa karena kita tidak merasakan dorongan khusus untuk menghilangkan doa, membaca Alkitab, atau berkumpul dengan anak-anak Allah karena kekurangan beberapa dorongan emosional khusus. Berpuasa adalah sama alkitabiah dan hal normal dari perjalanan spiritual kepatuhan kepada Tuhan seperti yang lainnya.”.
Berikut adalah tujuh keadaan dalam Alkitab di mana orang percaya mencari Tuhan melalui berpuasa:. Setelah Yunus menyatakan penghukuman terhadap kota Niniwe, raja menutupi dirinya dengan kain kabung dan duduk di atas debu.
Dr. Bill Bright, pendiri Campus Crusade for Christ, adalah orang yang sangat percaya pada kekuatan doa dan puasa. Secara spiritual, frekuensi dan intensitas serangan dari musuh meningkat, menghasilkan rentetan frustrasi yang bisa tampak luar biasa.
Karena itu orang Kristen masa kini juga sangat penting untuk berpuasa, sekalipun bukan suatu kewajiban. Puasa ini diperintahkan oleh Tuhan kepada bangsa Israel untuk dijalankan di setiap Hari Pendamaian.
Alasan mengapa orang Kristen harus berpuasa, yang kedua adalah: karena selama ribuan tahun puasa telah dipraktekkan oleh umat Tuhan di Alkitab. Menurut Talmud (dokumen berisi ajaran rabi-rabi Yahudi), puasa-puasa rutin tersebut muncul untuk mengenang berbagai malapetaka yang terjadi di sepanjang sejarah Israel.
Jadi mereka berpuasa bukan karena diperintahkan Tuhan, dalam rangka Hari Raya tertentu, tetapi lebih kepada kebutuhan mendesak orang percaya itu sendiri. Puasa sukarela Yahudi di kemudian hari berkembang menjadi sebuah kebiasaan yang rutin dan lebih sering dilakukan. Orang-orang saleh seperti Hana malah biasa berpuasa setiap hari sebagai bentuk pengabdian dirinya kepada Tuhan (Lukas 2:36-37). Tuhan Yesus bahkan mengatakan bahwa murid-muridNya (gereja) kelak akan berpuasa ketika Ia sudah naik ke surga (Matius 9:14-17).
Jadi sekarang – di zaman Perjanjian Baru ini – adalah masa yang tepat bagi gerejaNya untuk berpuasa. Ajaran dan teladan Tuhan Yesus – sang Kepala gereja – perihal puasa menjadi alasan kuat bagi kita orang Kristen dalam berpuasa.
Tidak. Allah memang mengharuskan bangsa Israel untuk berpuasa pada Hari Pendamaian, tapi perintah itu tidak berlaku lagi setelah Yesus menebus dosa semua orang yang telah bertobat. (Ibrani 9:24-26; 1 Petrus 3:18) Orang Kristen tidak perlu merayakan Hari Pendamaian karena Hukum Taurat tidak berlaku lagi bagi mereka.
(Roma 10:4; Kolose 2:13, 14) Maka, orang Kristen bisa memutuskan sendiri apakah mereka mau berpuasa atau tidak.—Roma 14:1-4. Fokus dari ibadah orang Kristen bukanlah puasa.
Alkitab tidak pernah menghubungkan berpuasa dengan kebahagiaan. Tapi, ciri khas dari ibadah orang Kristen yang benar adalah sukacita.
Ini sesuai dengan sifat Yehuwa, ”Allah yang bahagia”.—1 Timotius 1:11; Pengkhotbah 3:12, 13; Galatia 5:22.
Sedangkan dalam kitab suci Kristen, Alkitab, tak ada aturan teknis berpuasa. Dalam puasa Kristen, harus memperbanyak jam doa, pujian penyembahan dan baca Alkitab.
Kata apabila artinya adalah sebagai orang Kristen, pada suatu saat kita akan berpuasa. Hanya waktunya sebaiknya tidak diwajibkan oleh agama, karena niat berpuasa timbul dari masing-masing pribadi.
Puasa di sini dilakukan secara rutin oleh bangsa Israel untuk menantikan kedatangan Mesias. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, orang Kristen berpuasa untuk menjaga keselamatan yang sudah dimiliki.
Sedangkan saya kebetulan juga sedang berpuasa, demi sebuah ‘pengharapan’ dalam masa depan. Pengharapan ini hanya bisa dinilai dari keyakinan masing-masing, dan mengamalkannya dalam tingkah laku di kehidupan sehari-hari.
Puasa yang dimaksud dengan kata ini biasanya dinyatakan untuk memohon kebaikan Allah (Ezra 8:21), menunjukkan pertobatan (Yun. Istilah ini terutama digunakan (empat dari sepuluh kali) sehubungan dengan janji nazir untuk mengkususkan diri bagi Tuhan (Bil.
Kata keempat, `anah, yang berarti“ menderita atau rendah hati, ”kadang-kadang digunakan dalam konteks menyangkal diri sendiri melalui puasa. Paulus juga berpuasa setelah bertemu dengan Kristus dalam penglihatan dan melihat kebutuhannya akan kebangunan rohani pribadi (Kis. Itu sebabnya Yesus dan Paulus menghabiskan banyak waktu dalam membawa kebangunan rohani kepada orang lain.
Berpuasa juga dapat menjadi bagian dari momen pengambilan keputusan pribadi, seperti ketika mencari pekerjaan baru, memasuki hubungan pernikahan, atau membuat langkah besar. Dimanapun umat Allah mengalami ancaman, bisa jadi teraniaya karena injil, kita harus terlibat dalam doa dan puasa.
Berpuasa telah memungkinkan saya untuk mengalami peningkatan sukacita akan Tuhan dan kuasa kebangkitan-Nya dengan cara yang baru.
Mungkin yang berbeda hanya lah tata cara dan waktunya, akan tetapi esensi puasanya sama, yakni menahan dari sesuatu. Sampai sekarang umat Yahudi masih melaksanakan puasa pada hari-hari tertentu, seperti tanggal 10 Tishri (Muharram), hari Sabat, upacara pernikahan (nuptial), Yom Kippur, dan lainnya. Diantaranya adalah merenungkan hal-hal suci yang ukhrawi, sedih atas dosa, rasa harap akan Allah disebabkan penderitaan dan dukacita.
Selain itu, alasan mereka berpuasa adalah meredakan kemarahan Tuhan, mengharap datangnya ilham, menghadapi bahaya yang mengancam seperti wabah penyakit. Namun sayang, pada 496 M Paus Galasius mengeluarkan sebuah dekrit yang isinya salah satunya adalah melarang umat Kristen membaca Injil Barnaba. Namun demikian, umat Kristen terdahulu melaksanakan puasa pada waktu Lent selama 36 hari untuk meminta ampunan dan mengenang penderitaan Yesus.
Umat Kristen memaknai puasa sebagai sebuah ungkapan duka cita, kesedihan, dosa atau cara untuk merenungkan hal-hal suci. Bagi para biarawan, puasa merupakan sarana untuk mengontrol nafsu agar tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual atau perzinaan.
Mengakui semua dosa agar Roh Kudus bisa mengingat anda sekaligus menerima pengampunan dari Allah [1 Yohanes 1:9]. Serahkan hidup anda seluruhnya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat serta menolak segala keinginan daging [Roma 12 1:2] . Meminta Tuhan untuk memberikan petunjuk dalam mempengaruhi diri anda, keluarga, gereja, komunitas, negara dan sebagainya.
Jauhkan segala hal yang bisa memadamkan spiritual anda dalam berpuasa seperti ponsel, televisi dan lain sebagainya. Dalam Alkitab hanya memperkenalkan puasa sebagai sesuatu perbuatan baik dan sangat berguna sehingga perlu untuk dilakukan.
Sejumlah pengguna media sosial berpartisipasi dalam gerakan #Christians4Ramadan, sebagai bentuk solidaritas umat Kristiani untuk warga Muslim di bulan puasa. Tagar ini ramai digunakan pada akhir Juni lalu dan hingga kini telah dikicaukan lebih dari 1.985 kali.
"Ada tagar #christians4ramadan sebagai bagian dari gerakan dialog antaragama di Amerika. Shoulder-to-Shoulder, sebuah organisasi antar agama yang mendedikasikan kampanyenya untuk mengakhiri sentimen anti-Muslim di AS, mengatakan banyak umat Kristiani kini mengikuti gerakan #Christians4Ramadan.
Dalam gerakan itu, sejumlah warga Muslim di dunia ikut melakukan puasa selama 40 hari yang biasa dilakukan oleh umat Kristiani menjelang Paskah. Ada yang berkomitmen untuk 'puasa gula', 'puasa belanja online', hingga 'puasa makan keju.'. Kepada BBC Trending, sang inisiator Bassel Riche dari kelompok "Eid Pray Love" mengatakan #Muslim4Lent dilakukan untuk memicu dialog antaragama, terutama setelah banyaknya protes melawan ekstremisme. Di Inggris, dalam tiga tahun terakhir ini, para mahasiswa membentuk proyek yang dinamakan Tenda Ramadan dengan mengundang non-Muslim untuk mengangkat solidaritas antaragama.
"Temanku yang Nasrani juga ikut puasa, karena menurut mereka selain menghormati yang puasa juga terasa enak di badan," kata Aira Fatma.