Ibadah Puasa Telah Ada Sejak. Liputan6.com, Jakarta Sejarah puasa Ramadhan merupakan yang melatar belakangi puasa Ramadhan itu menjadi ibadah yang harus dilakukan khususnya di bulan Ramadhan. Namun orang Islam juga melakukan puasa-puasa lain di luar bulan Ramadhan.
Menurut sejarawan Muslim legendaris, Ibnu Katsir, ajaran puasa sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan istrinya--Hawa. Selain itu, ada pula yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya tobat Adam oleh Allah.
Tentunya sebagai umat Muslim, kita sudah harus mengetahui bahwa puasa di bulan Ramadhan 1442 H ini hukumnya wajib untuk dijalankan. Hukum dari menjalankan puasa ini adalah wajib sesuai dengan firman Allah SWT yang tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 183-184 berikut ini.
Surah Al-Baqarah ayat 183-184 dan Artinya. Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Dalam Islam tidak dikenal adanya dosa warisan, sehingga orangtua yang telah berdosa kemudian membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris. Melalui ayat ini dapat dipahami pula bahwa manusia dilahirkan dengan naluri keimanan kepada Allah dan siap menerima Islam dalam penciptaannya.
Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya. Manusia dengan tabiat penciptaannya yang merupakan pencampuran antara tanah dari bumi dan peniupan ruh, maka manusia dibekali potensi-potensi yang sama untuk berbuat baik dan buruk. Oleh karenanya baik atau buruknya amal seseorang tergantung pada hatinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Dari hadits di atas menunjukkan bahwa akal atau kemampuan memahami bersumber pada hati bukan otak (kepala). Pepatah ini bukan berarti manusia dibiarkan untuk berbuat salah dan dosa. Allah swt sangat mencintai hambanya maka diutuslah para Nabi dan Rasul sebagai juru pengingat serta diturunkanlah kitab suci Al Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia.
Masduki mengatakan aturan mengenai perempuan haid dan puasa itu memang tidak ada dalam Al-Qur'an. "Ada hadisnya, cuma begini, tidak ada di dalam Al-Qur'an memang, tetapi ada dalam sejumlah hadis, tadi hadis dari Siti Aisyah, yang kedua juga hadis dari Abu Sa'id yang menyatakan bahwa Nabi juga memberikan sebuah pernyataan bahwa orang haid tidak berpuasa," kata dia. "Terus kemudian ada ijma ulama, kesepakatan ulama menyatakan, jadi konsensus seluruh ulama, bahwa orang haid tidak boleh berpuasa, haram berpuasa.