Ibadah Puasa Ini Diperintahkan Oleh Allah Melalui Firman-nya Di Surat. Saudara-saudara kita yang beragama lain bahkan penganut aliran kepercayaan sekalipun melaksanakan puasa. Disamping keutamaan-keutamaan puasa, dalam bulan Ramadhan Allah SWT juga menjanjikan pahala yang berlipat untuk ibadah atau perbuatan baik lainnya. Melalui puasa semoga kita menjadi manusia yang taat dan berkualitas.
Menjadi Makhluk yang Disukai Allah untuk Meraih Sukses Dunia Akhirat. Dalam menjalani hidup ini, semua manusia pasti ingin menggapai kesuksesan. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan dunia untuk mencapai sukses itu dapat dijalankan bersamaan dengan menggapai kesuksesan akhirat.
Kesuksesan hidup tidak hanya diukur oleh capaian duniawi semata, seperti berderetnya gelar akademik, menterengnya karier, atau melimpahnya penghasilan. Kesuksesan sejati diraih jika seluruh capaian itu memberi manfaat bagi orang lain sehingga mengalirkan pahala jariah, dan kelak, saat menutup usia dalam keadaan husnul khatimah.
Hal ini penting dipahami agar umur yang Allah berikan kepada manusia tidak sia-sia, tetapi justru memberikan banyak kebermanfaatan bagi diri sendiri dan sesama. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. Berikut ini uraian tentang macam sifat atau perilaku manusia yang disukai oleh Allah swt.
“Engkau menyembah Allah, seakan-akan melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu” (HR Muslim). Takwa dapat diartikan sebagai perbuatan menghindari ancaman dan siksaan dari Allah swt.
Kedua dalil tersebut menunjukkan betapa kuasa Allah atas apa pun yang Ia kehendaki akan terjadi dengan segera. Hal ini dapat berupa ibadah murni, seperti shalat, puasa, maupun aktivitas lainnya yang bukan berbentuk ibadah murni, seperti bekerja untuk mencari nafkah, menikah, dan lain-lain (Shihab, 2013).
Dalam konteks berinteraksi dengan sesama manusia, terdapat sebuah pepatah terkenal, yaitu “Sebanyak Anda menerima, sebanyak itu pula hendaknya Anda memberi.” Namun demikian, Allah tidak menuntut hal tersebut. Oleh sebab itu, hendaknya manusia yang berdosa segera bertaubat agar kembali suci.
Allah swt., Sang Maha Pengampun sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat atas kesalahan-kesalahannya dan tidak mempersulit. Dalil yang menjelaskan tentang at-tawwabin tercantum dalam firman Allah swt., di antaranya QS. Mustaqim (2013) juga berpendapat bahwa sabar berusaha keras untuk mencapai tujuan, menahan diri dari rasa malas dan lelah. Banyak firman Allah dalam al-Qur’an yang berisi perintah kepada manusia untuk bersabar. Dengan kesabaran dan ketakwaan akan turun bantuan Ilahi guna menghadapi segala macam tantangan (QS. Perintah tawakal kepada Allah dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak sebelas kali (Shihab, 2013).
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap aktivitas kehidupan kita, seorang Muslim dituntut untuk berusaha sambil berdoa dan setelah itu ia dituntut untuk berserah diri kepada Allah. Ketika manusia telah berusaha keras kemudian menyerahkan semuanya pada Allah, manusia harus yakin bahwa apa pun ketetapan Allah merupakan pilihan terbaik untuknya, sesuai dengan firman-Nya dalam QS.
Dalam berusaha dan berserah kepada Allah, tentu manusia tidak boleh hanya duduk diam menunggu jawaban ataupun keajaiban. Selain tiga daya pengungkit rezeki tersebut, tentu masih banyak amalan lainnya. Al-Maidah:54 yang menjadi sebab tercurahnya cinta Allah kepada manusia, yaitu (a) bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, (b) mulia/memiliki harga diri dan bersikap tegas terhadap yang kafir, (c) berjihad di jalan Allah, dan (d) tidak takut kepada celaan pencela. Ali Imran: 31 dan 32 memberi gambaran yang sangat umum menyangkut siapa atau perbuatan apa yang paling disukai Allah (Shihab, 2013), yakni perintah untuk menaati Allah dan Rasul-Nya.
Kemampuan beramal shalih inilah yang dapat dikatakan sebagai kesuksesan dunia dan akhirat.
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”. Artinya perintah berpuasa ini diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
Para ulama Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa setiap orang yang akan berpuasa disunahkan untuk melafalkan bacaan niatnya. Setiap muslim yang akan berpuasa disunahkan untuk melafalkan bacaan niat puasa Ramadan demi kejelasan ibadah.
Setiap muslim yang akan berpuasa disunahkan untuk melafalkan bacaan niat puasa Ramadan demi kejelasan ibadah. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Umar ibn Al-Khattab RA, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya semua perbuatan ibadah harus dengan niat, dan setiap orang tergantung kepada niatnya...," (HR. Jika niat dibaca di luar waktu tersebut atau selepas fajar terbit, kecuali tanpa kesengajaan ibadah puasa dapat dianggap tidak sah.
Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardu di bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala.".
Kewajiban menjalankan puasa Ramadan tertulis dalam kitab suci Alquran surah Al Baqarah dalam tiga ayat yang tertulis berurutan. Yaitu pada surah Al Baqarah ayat 183, 184, 185, dan ayat 187. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.
Allah SWT mewajibkan puasa kepada umat Islam melalui Alquran Surat Al Baqarah Ayat 183. Baca Juga: Gurih dan Manis, Resep Cumi Puyuh Saus Tiram untuk Buka Puasa Bersama.
Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa seandainya bukan Allah SWT yang mewajibkannya, manusia sendiri akan melaksanakannya setelah tahu besar manfaatnya. Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadan di DKI Jakarta Senin 27 April 2020. Al Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka.
Kata la’alla dalam Alquran memiliki beberapa makna, diantaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan dari sisi orang diajak bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat taqwa.