Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Welcome back! You’ve successfully signed in. Great!

You’ve successfully signed up. Your link has expired. Check your email for magic link to sign-in.

Hal-Hal yang Masih Sering Disalahpahami dari Puasa Syawal

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Hal-Hal yang Masih Sering Disalahpahami dari Puasa Syawal

PORTAL JEMBER - Salah satu ibadah di hari raya yang dapat menyempurnakan pahala ibadah di bulan Ramadhan adalah puasa Syawal. Puasa Syawal adalah puasa yang dilakukan di bulan Syawal. Mengenai keutamaan puasa bulan Syawal ini Rasulullah SAW bersabda:. مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.

Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim).

Namun di tengah masyarakat, ada beberapa pemahaman seputar puasa Syawal yang kurang tepat sehingga membuat ibadah ini terasa berat sekali dilakukan:.

Tradisi Lebaran Ketupat I Oleh: Achmad Fausi

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Tradisi Lebaran Ketupat I Oleh: Achmad Fausi

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Tradisi Hari Raya Ketupat

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Tradisi Hari Raya Ketupat

Karenanya hari raya ketupat ini akan terasa istimewanya bagi muslim yang sempurna menunaikan puasa Ramadan dan Syawal. Tidak cukup sampai disitu, dengan merayakan hari raya ketupat mereka mengakui kesalahan yang telah usai. Selajutnya adalah hifdzu al-aql yang pada hari itu otak manusia ternutrisi dengan baik, sehingga mampu memproteksi akal.

Sebagaimana tertuang dalam salah satu kaidah “al-Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah” (menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern yang lebih baik). Hari raya ketupat perlu dilestarikan karena ini moment untuk meningkatkan amal sedekah, mempererat tali persaudaraan dan memiliki nilai-nilai Maqashid Syari’ah.

Sejarah Tradisi Lebaran Ketupat, Makna dan Filosofinya bagi

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Sejarah Tradisi Lebaran Ketupat, Makna dan Filosofinya bagi

JAKARTA, iNews.id - Hari Ini, Kamis (20/5/2021) merupakan perayaan Lebaran Ketupat atau Syawalan. Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang dilakukan sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia khususnya di Pulau Jawa setelah tujuh hari Idul Fitri.

Lebaran ketupat ini memiliki makna yaitu mengajak seorang muslim untuk menjadi pribadi yang baik, luhur akhlaknya dan meningkatkan amalan ibadah. Tradisi lebaran ketupat atau biasa disebut dengan Syawalan ini di kalangan masyarakat Jawa tidak lepas dari peran salah satu Walisongo, yakni Sunan Kalijaga.

Pada saat itu, Kanjeng Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yaitu, Bakda Lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul fitri, dan Bakda Kupat yang merupakan perayaan sepekan setelahnya. Perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat pada tradisi masyarakat Jawa. Puasa 6 hari di bulan syawal ini merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya yang sangat besar. Artinya: "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.".

Lebaran Ketupat dan Tradisi Masyarakat Jawa

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat dan Tradisi Masyarakat Jawa

Umat Islam di seluruh penjuru Tanah Air tentunya memiliki cara tersendiri untuk menyambut datangnya hari kemenangan tersebut, begitupun masyarakat Jawa yang terbiasa melaksanakan Lebaran ketupat, yang kerap dianggap sebagai pelengkap hari kemenangan. Prosesi ngaku lepat umumnya diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orangtuanya. Prosesi ngaku lepat pun tidak hanya berkutat pada tradisi sungkeman seorang anak kepada orang tua, lebih jauh lagi adalah memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat muslim lainya, dengan begitu umat Islam dituntun untuk mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan yang disimbolkan dengan ketupat tersebut. Ada istilah ‘sayur tanpa garam akan terasa hambar” Demikian kiranya masyarakat Jawa memaknai Idul Fitri tanpa Lebaran ketupat, lebaran ketupat merupakan tradisi baik yang telah lama mengakar kuat dalam benak masyarakat muslim Jawa.

Penulis adalah pemerhati sosial keagamaan di Farabi Institute IAIN Walisongo Semarang, alumnus Pondok Modern Assalam Sukabumi.

Lebaran Ketupat, Antara Budaya dan Agama

Hukum Puasa Di Hari Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat, Antara Budaya dan Agama

Dulu sekali, ada salah seorang yang bertanya kepada saya, “Apa status hukum lebaran ketupat menurut pandangan Islam?”. Demikian dapat dilihat dalam ayat, “Udkhulu fi al silmi kaffah…” (masuklah Islam secara menyeluruh atau totalitas).

Ia dibuat sebagai transformasi dari budaya Jawa Hindu kuno atau masyarakat animis ke dalam tradisi Islam. Sebabnya adalah, karena lumrahnya (fi al ghalib) para kaum hawa (muslimat) mengalami menstruasi (haidl) selama satu minggu (tujuh atau enam hari).

Selain itu, tradisi lebaran Ketupat juga memiliki fungsi perayaan atau seremoni bagi kaum Muslimin yang menunaikan puasa Syawal. Sebab dalam banyak hadits, ibadah puasa tujuh hari di bulan Syawal (mayoritas melaksanakannnya selepas Idul Fitri) memiliki keistimewaan (fadhilah) yang sangat melimpah. Kemudian, dari sanalah lebaran Ketupat lahir sebagai kultur budaya Nusantara yang mengikat hingga masa kini.

Semua merupakan bentuk dari rasa syukur umat manusia atas limpahan rahmat dariNya yang telah diterimanya. Jika ditanya hukumnya, patut kita pahami sebuah qaidah fiqhiyah, “Al ‘adatu muhakkamatun..” (adat kebiasaan atau tradisi adalah dapat dijadikan dasar hukum). Lebaran Ketupat status hukumnya mubah (boleh kita laksanakan), dan bisa juga bernilai sunah manakala demikian itu kita isi dengan ragam aktifitas kesunahan yang Nabi Saw ajarkan, seperti bersedekah, meramaikan syi’ar islam, silaturahmi, dan semacamnya, atau seperti di pesantren saya (Pramian) lebaran Ketupat diisi dengan shalat Dhuha berjamaah di Masjid.

Related Posts

Leave a reply