Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Hal ini dikarenakan umumnya mereka dalam bulan Ramadhan terdapat beberapa hari yang tidak diperbolehkan untuk menjalankan ibadah puasa karena adanya uzur berupa haid. Dalam keadaan demikian, apakah puasa bagi perempuan yang keluar darah istihadhah tetap dilarang, atau justru malah diwajibkan?

“Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ia berkata: “Aku pernah Istihadhah dan belum bersuci, apakah aku mesti meninggalkan shalat?” Nabi pun menjawab: “Tidak, itu adalah darah penyakit, namun tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasa engkau haid sebelum darah istihadhah itu, kemudian mandilah dan shalatlah” (HR Bukhari). Berdasarkan hadits di atas, para ulama berpandangan bahwa hal yang wajib bagi perempuan istihadhah tidak hanya shalat, tapi juga mencakup kewajiban-kewajiban yang lain, termasuk ibadah puasa.

Bahkan terkait persoalan ini, tidak ada silang pendapat diantara ulama mazhab Syafi’i. Ulama Syafi’iyah berkata: “Kesimpulan tentang perempuan yang istihadhah adalah tidak tetap baginya hukum-hukum yang berlaku ketika keadaan haid dengan tanpa adanya perkhilafan ulama.

Sebaiknya bagi perempuan istihadhah dalam menjalankan puasa agar lebih berhati-hati, terutama dalam kebiasaan menyumbat anggota kemaluan dengan kapas untuk menghindari keluarnya darah saat hendak melakukan shalat. Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jembe.

Istihadhah

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Istihadhah

[3] Namun, mungkin bisa disimpulkan sebagai berikut: Istihadhah adalah darah yang berasal dari urat yang pecah/putus dan keluarnya bukan pada masa haid atau nifas (kebanyakan), tapi terkadang juga keluar pada masa adat haid dan saat nifas. dia berkata: Fatimah binti Abi Hubaisy “wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengalami istihadhah banyak sekali. Demikian juga dengan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, tetap wajib dikerjakan, bila yang keluar hanya merupakan darah istihadhah. Seorang wanita yang mengalami keluar darah istihadhah diperbolehkan untuk menyentuh mushaf Al Quran, sebagaimana ditetapkan oleh mayoritas ulama. Dan melafazkan ayat-ayat Al Quran pun tidak menjadi larangan bagi wanita yang mendapat darah istihadhah. [6] Sebab hukum dasarnya adalah bahwa masjid itu tempat suci, yang terlarang buat kita untuk membaca benda-benda najis ke dalamnya.

“Kalau salat saja boleh apa lagi bersetubuh.” Selain itu ada riwayat bahwa Ikrimah binti Himnah disetubuhi oleh suaminya dalam kondisi istihadhah.

Wanita Istihadhah saat Puasa, Bagaimana Cara Bersuci dan

“Istihadhah adalah hadats yang permanen seperti orang beser, maka ia tidak mencegah puasa dan shalat. Persoalan mustahadhah ini berbeda dengan kasus orang yang menelan benang hingga masuk bagian lambung saat berpuasa. Bila ia mengeluarkan benang tersebut, maka puasanya batal, sebab termasuk memuntahkan sesuatu dari dalam perut secara sengaja. Dalam permasalahan ini, ulama lebih mendahulukan maslahat shalat, ia diwajibkan untuk mencabut benang agar shalatnya sah, meski puasanya dinyatakan batal.

Sebab istihadhah adalah penyakit yang permanen, secara lahiriyyah akan terus wujud, bila (kemaslahatan) shalat dijaga, terkadang sulit mengqadha puasa. Alasan demikian ini tidak wujud dalam kasus menelan benang,” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj Hamisy Hasyiyah al-Syarwani , juz 1, hal.

Hukum Istihadhah Menurut Ulama Mazhab

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Hukum Istihadhah Menurut Ulama Mazhab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Istihadhah secara istilah menurut para ahli fikih adalah darah yang keluar dari wanita bukan pada masa-masa haid ataupun nifas. Di sisi lain, para ulama madzhab menyatakan bahwa tidak mewajibkan mandi bagi orang yang sedang istihadhah.

Adapun istihadhah menurut ulama empat madzhab, tidak menjadi pencegah bagi wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang dalam haid. Sebab keluarnya darah tersebut di luar siklus mentruasi seorang perempuan dan kerap menunjukkan tanda-tanda sakit yang menyertainya. Sedangkan hukum wanita yang nifas apakah harus mandi atau tidak, para ulama madzhab juga berselisih pendapat. Ulama-ulama dari Madzhab Syafi’i, Hanafi, dan Maliki sepakat bahwa jika wanita melahirkan namun tidak menampakkan darah, ia tetap diwajibkan mandi. Kendati terdapat banyak perselisihan, para ulama madzhab sepakat bahwa darah nifas itu tidak mempunyai batas paling sedikitnya.

Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah – Terminal Mojok

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah – Terminal Mojok

Dengan kata lain, istihadhah ini anomali yang bisa dialami oleh perempuan di luar perdarahan wajar seperti haid dan nifas. Selain karena sering disebabkan oleh stres, perlakuan terhadap anomali yang satu ini juga terbilang cukup rumit. Cara salatnya pun lain, karena harus membersihkan area kemaluan terlebih dahulu dan menyumbat darah yang keluar supaya tidak menetes ketika salat karena jika pakaian kita terkena tetesan darah(yang bersifat najis) maka salatnya akan dianggap gugur atau tidak sah.

Kalau mau salat kan harus melakukan ritual penyumpelan itu dan biasanya dilakukan dengan memasukkan kapas untuk mencegah tetesan darah. Sedangkan salah satu sebab batalnya puasa, kalau ada benda yang masuk ke dalam lubang-lubang tubuh kita (kecuali pori-pori). Ya, rasanya mirip-mirip orang sakit yang minum obat tetapi dengan kesadaran penuh bahwa ia tidak akan sembuh. Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun.

Hukum Istihadhah saat Puasa Bagi Wanita dan Cara

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Hukum Istihadhah saat Puasa Bagi Wanita dan Cara

Kita mengetahui, bahwasanya perempuan sudah kodratnya diberi hak khusus oleh Allah untuk tidak beribadah apabila dalam masa Haid. Fathimah binti Abu Hubaisy datang menjumpai Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kemudian dia bertanya perihal suatu perkara:.

“Ya Rasulullah, sungguh aku ini perempuan yang selalu keluar darah (Istihadah) dan tidak pernah suci. Dari Hadist diatas dapat disimpulkan bahwa hukum istihadhah saat puasa bagi wanita selama yang keluar bukan merupakan darah Haid, maka setiap perkara wajib tetap harus senantiasa dilaksanakan.

Hadist diatas menurut sebagian besar ulama sebenarnya merujuk kepada Ummu Habibah yang mandi dengan keinginan sendiri. Dan atas dasar itu, para ulama berpendapat bahwa (harus) mandi setiap sebelum melaksanakan salat wajib hukumnya sunnah atau tidak diwajibkan.

Berdasarkan pada konteks diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk berpuasa (dalam perkara ini Ramadan) tetap harus dilaksanakan bagi setiap perempuan yang sedang mengalami masa Istihadhah.

Jika Dapati Darah Bukan Haid, Bisa Lakukan Ibadah Asal

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Istihadhah. Jika Dapati Darah Bukan Haid, Bisa Lakukan Ibadah Asal

Selanjutnya, seorang yang berada dalam kondisi istihadhah tetap wajib menjalankan puasa Ramadhan. Bagi Muslimah yang istihadhah, berpuasa di bulan Ramadhan pun wajib dijalankan. Dijelaskan pula, puasa qaha atas hari-hari yang ditinggalkan di bulan Ramadhan pun tetap sah jika dia kerjakan.

Tak hanya dua ritual ibadah itu saja, bagi Muslimah yang istihadhah juga diperbolehkan untuk melaksanakan tawaf dan sa’i. Orang yang istihadhah juga diperbolehkan memasuki masjid dengan kesucian alias bersih.

Selanjutnya, diperbolehkan juga bagi seorang Muslimah yang mengeluarkan darah istihadhah untuk melakukan hubungan intim dengan suami. Hal ini merupakan pendapat dari jumhur ulama sebab tak ada satupun dalil yang mengharamkannya.

Related Posts

Leave a reply