Hukum Puasa Asyura Tanpa Niat. JatimNetwork.com - Dalam banyak riwayat disebut bahwa puasa Asyura tidak dianjurkan untuk dilakukan sehari saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Yahudi yang hanya memuliakan 10 Muharram saja.
Baca Juga: Keistimewaan Puasa Asyura di Bulan Muharram Menurut Ustadz Abdul Somad, Begini Ulasannya. Niat puasa sunnah sebenarnya bisa saja dibaca pagi hari jika baru ingat.
Namun dengan catatan bahwa sejak bangun tidur belum minum atau makan apapun.
Rembang Bicara - Puasa di bulan Muharram banyak dilakukan oleh umat Islam untuk mendapatkan keutamaan Muharram. Namun, banyak yang bertanya bagaimana hukum puasa Asyura tapi tidak puasa Tasu'a menurut mazhab Imam Syafi'i? Berikut rembangbicara.com kumpulkan informasi untuk menjawab banyak pertanyaan tersebut. Baca Juga: Amalan Hari Tasu'a Bagi Muslimah yang Sedang Haid, Penuh Pahala dan Berkah.
Hal ini bertujuan agar umat Islam tidak menyerupai kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Namun, menurut mazhab Imam Syafi'i, puasa Asyura saja tanpa melaksanakan puasa sebelum dan sesudanya tidak masalah.
Baca Juga: Niat Mandi Asyura Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan, Dipercaya Terbebas dari Penyakit Selama Satu Tahun.
Namun terdapat sebagian orang yang hanya mampu dan ingin berpuasa di Asyura saja. Menurut para ulama, mencukupkan diri dengan puasa Asyura tanpa puasa di hari Tasu’a hukumnya adalah boleh dan sah.
Puasa Asyura boleh dan sah dilakukan hanya di tanggal 10 Muharram saja, meskipun tanpa didahului dengan puasa di hari Tasu’a atau tanggal 9 Muharram, dan hari-hari sebelumnya. Menurut para ulama, ada tiga tingkatan dalam pelaksanaan puasa di hari Asyura. Ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Zadul Ma’ad berikut;.
فمراتب صومه ثلاثة: أكملها أن يصام قبله يوم وبعده يوم، ويلي ذلك أن يصام التاسع والعاشر وعليه أكثر الأحاديث، ويلي ذلك إفراد العاشر وحده بالصوم. Kemudian diikuti dengan hanya berpuasa di tanggal 10 (Muharram) saja.
Dengan demikian, berpuasa hanya di hari Asyura hukumnya boleh dan sah. Hanya saja meski boleh, namun sebaiknya puasa Asyura didahului puasa di hari sebelumnya dan di hari sesudahnya, atau hanya didahului puasa di hari sebelumnya.
Puasa fardhu menurut madzhab Hanafi dan Hambali hanya memiliki satu rukun saja, yaitu menahan diri dari segala hal yang membatalkan. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 2 mengutip hadits riwayat Al-Bukhari tentang keberkahan pada makan sahur meskipun tidak diwajibkan, Nabi SAW bersabda,. Sementara niat pada puasa sunnah menurut madzhab Asy-Syafi'i boleh dilakukan kapan saja, bahkan ketika hari sudah siang sekalipun, dengan syarat sebelum matahari tergelincir yakni sebelum waktu zuhur, dan dengan syarat belum melakukan sesuatu yang dapat membatalkan puasa, misalnya sudah makan atau minum sesuatu.
Sedangkan waktu berniat dapat dilakukan kapan saja sejak matahari telah terbenam hingga tengah hari di keesokan harinya. Waktu siang menurut syariat adalah sejak tersebar cahaya di ufuk timur ketika fajar menyingsing hingga matahari terbenam.
Apa bila seseorang tidak menginapkan niatnya pada malam harinya, menurut madzhab Hanafi, maka ia boleh berniat hingga waktu tersebut. Apabila seseorang telah berniat pada awal malam, misalnya setelah salat Isya, lalu ia membatalkan niatnya sebelum tiba waktu subuh, maka pembatalan itu dianggap sah menurut madzhab Hanafi, untuk puasa apapun.
Liputan6.com, Jakarta Hukum puasa tanpa makan sahur kerap dipertanyakan sebagian orang. Sebelum berpuasa, umat Islam dianjurkan untuk makan sahur. Ada pula sebagian orang yang memahami sahur adalah inti puasa dan belum sepenuhnya memahami hukum puasa tanpa makan sahur. Hukum puasa tanpa makan sahur nampaknya perlu dipahami agar umat muslim tak salah kaprah saat berpuasa. Berikut ulasan mengenai hukum puasa tanpa makan sahur yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (21/5/2019).
Tetapi kita juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 Muharram (Tasu‘a) agar berbeda dengan umat Yahudi di masa lalu. و) يوم (عاشوراء) وهو عاشر المحرم لأنه يكفر السنة الماضية كما في مسلم (وتاسوعاء) وهو تاسعه لخبر مسلم لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبله والحكمة مخالفة اليهود ومن ثم سن لمن لم يصمه صوم الحادي عشر بل إن صامه لخبر فيه.
Tetapi juga puasa 11 Muharam tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasu‘a sesuai hadits Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada hamisy I‘anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz II, halaman 301). Agar berbeda dari kaum Yahudi di masa Rasulullah, kita juga dianjurkan untuk berpuasa pada 9 dan 11 Muharram. Artinya, “(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya),” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 266).
Niat Puasa Asyura 10 Muharram, Insya Allah Dijalankan Besok. Dalam literatur Islam, Asyura merupakan hari yang mengandung banyak sekali keutamaan. Peristiwa lain ada juga seperti dikeluarkannya Nabi Yunus AS dari perut ikan paus, atau diselamatkannya Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran musuh lewat terbelahnya lautan.
Bagi umat Islam, hari ini juga menduduki derajat sangat penting. Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan Puasa Asyura.
Amalan ini awalnya dihukumi wajib karena Rasulullah selalu menjalankannya. Tetapi, setelah turun perintah Puasa Ramadan, Rasulullah tidak lagi mewajibkan umat Islam melaksanakannya. Ketika hendak menjalankan Puasa Sunah Asyura pada besok, tentu diawali dengan niat.