Hikmah Puasa Ramadhan 10 Hari Kedua. Rasul dan para sahabat serta seluruh umat mukmin di zaman terdahulu, telah menjalankan ibadah Ramadan. Mampu menjalankan ibadah di 10 hari kedua, tentu sebuah kenikmatan iman dan hidayah dari Allah sebab tidak semua orang mampu melakukannya. Keutamaan istikamah dalam beribadah di bulan Ramadan ini memiliki pahala luar biasa. Apalagi jika orang tersebut mampu menjalankan rangkaian ibadah puasa Ramadan secara lengkap, ialah wujud bahwa orang tersebut memiliki rasa istikamah.
Sebab ibadah harus dijalankannya semata-mata karena Allah dengan niat untuk akhirat. "Setiap perintah dalam Al-Qur’an pasti mengandung kebaikan, kemaslahatan, keberuntungan, manfaat, keindahan serta keberkahan.
Sedangkan setiap larangan dalam Alquran pasti mengandung kerugian, kebinasaan, kehancuran, keburukan,"(disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200). Jelas bahwa ibadah di 10 hari kedua Ramadan akan menjadi jalan untuk mencegah maksiat karena banyak berbuat kebaikan.
Barang siapa yang sakit atau safar, maka mengganti di hari lain. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.".
Sering kita lihat orang orang yang berkurang intensitas ibadahnya di bulan ramadhan pada 10 hari kedua, misalnya ialah menjadi berkurang dalam ibadahnya dalam melakukan shalat tarawih karena mungkin sudah mulai sibuk membeli segala keperluan untuk lebaran dan berkurang frekuensi mengaji atau membaca Al Qur’an dengan alasan yang sama padahal di dalamnya tersimpan banyak kebaikan yang sayang untuk dilewatkan. Merupakan bukti bahwa seseorang mencapai sukses dalam menjalankan ibadah ramadhan karena mampu menjalankan ibadah ramadhan hingga 10 hari kedua, tentu sebuah kenikmatan iman dan hidayah dari Allah sebab tidak semua orang mampu melakukannya. Merupakan bukti bahwa manusia bersyukur sebab tidak semua orang diberi nikmat mendapat umur dan kesempatan untuk menjalankan ibadah ramadhan di 10 hari kedua.
Jelas bahwa Allah memberi kemudahan bagi orang yang mudah tidak bisa menjalankan ibadah ramadhan di hari kedua karena alasan tertentu, ia oleh menggantinya di hari lain dan tetap mendapat pahala yang sama karena niat mulianya. Orang yang menjalankan ibadah ramadhan di 10 hari kedua akan memiliki rasa keimanan yang lebih dalam karena sudah menjalani hampir setengah dari bulan ramadhan dan sudah menjalani serta menerima banyak kebaikan dari Allah, orang tersebut menjadi semakin bertaqwa dan semakin mulia di mata Allah.
Sedangkan setiap larangan dalam al-Quran pasti mengandung kerugian, kebinasaan, kehancuran, keburukan (disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200)). Jelas bahwa ibadah di ramdhan 10 hari kedua akan menjadi jalan untuk mencegah maksiat karena banyak berbuat kebaikan.
Pada 10 hari pertama di bulan haji ini, Allah SWT telah memberikan keistimewaan padanya. Sutomo Abu Nashr dalam bukunya Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah menjelaskan, salah satu ulama yang memberikan penafsiran tentang hal ini adalah Imam Syafi'iy.
Salah satu amalan yang bisa dikerjakan pada hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah puasa. Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?".
Hanif Luthfi dalam bukunya Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah menjelaskan, meski dalam Al Quran disebutkan tentang keistimewaan 10 pertama bulan Dzulhijjah, tetapi untuk puasa yang disunnahkan hanya 9 hari saja.
Namun, bisa juga anak mama sudah kehilangan semangat berpuasa dan mulai malas untuk puasa. Jika sudah seperti ini, Mama bisa memberitahu anak-anak tentang keutamaan puasa di 10 hari kedua bulan Ramadan guna mengembalikan semangatnya. Maka dari itu, yuk tetap berpuasa sekaligus berdoa memohon ampun atas segala dosa yang telah diperbuat.
Memohon ampunan dengan tulus dan bersungguh-sungguh dari hati yang terdalam Insya Allah pasti mendapatkan ampunan-Nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Siapapun yang menjalankan puasa selama Ramadan karena keyakinan yang ikhlas dan berharap mendapatkan pahala dari Allah, maka semua dosanya di masa lalu akan diampuni," (HR Bukhari Muslim). Menjadi hamba Allah SWT yang istiqomah Freepik/Paansaeng Perintah mengerjakan puasa tercantum dalam firman Allah SWT di Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Bacaan latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.".
Salah satu cara terbaik untuk menahan diri dari perbuatan maksiat adalah dengan berpuasa. Sebab, saat berpuasa orang-orang pasti menahan diri untuk berbuat maksiat agar amalan puasanya diterima. Sebab, kita pasti menginginkan puasa yang dijalani menjadi berkah dan mendapat pahala. Hal tersebut menandakan Rasul dan para sahabat serta seluruh umat mukmin di zaman terdahulu, telah menjalankan ibadah Ramadan.
Tentunya setiap umat muslim tidak ingin melewatkan kesempatan dalam meningkatkan kualitas ibadah agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seluruh rahmat dan pahala dari Allah SWT akan terbuka lebar bagi siapa saja yang menjalankan amalan-amalannya.
Pada 10 hari pertama di bulan Ramadan, Allah SWT membuka seluruh pintu rahmat-Nya bagi hamba yang berpuasa dan melakukan ibadah-ibadah. Sedangkan setiap larangan dalam al-Quran pasti mengandung kerugian, kebinasaan, kehancuran, keburukan (disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200)).
Setiap malam di bulan Ramadhan, umat muslim melaksanakan ibadah shalat tarawih secara berjamaah. Semoga setiap umat muslim yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan diberikan kelancaran serta keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam rangka menyambut bulan Dzulhijjah, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal shaleh karena pahala dari apa yang kita kerjakan akan dilipatgandakan oleh Allah . Puasa Arafah dianjurkan bagi umat muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji di Makkah. Perintah bertaubat dan tidak melakukan maksiat sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam untuk melaksanakan perintah tersebut, namun hal serupa ditekankan bagi umat Islam bertaubat dari berbagai dosa dan maksiat di awal bulan Dzulhijjah.
Artinya kita menyibukkan diri di awal bulan Dzulhijjah dengan amal-amal shaleh serta meninggalkan kezholiman terhadap sesama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“.