Hikmah Puasa Dari Segi Ekonomi. Berdasarkan buku Belajar Mudah Ekonomi Islam karya Cecep Maskanul Hakim dijelaskan, permintaan barang pada bulan puasa selalu meningkat dua hingga tiga kali lipat dari waktu-waktu biasanya. Tak hanya itu, pada bulan puasa pun para ekonom selalu mewanti-wanti akan tingginya inflasi dengan melonjaknya permintaan di pasar.
Namun anehnya hal ini justru tidak terjadi. Namun terkadang terdapat kebenaran banyak pandangan bahwa ada dimensi dalam perekonomian Islam yang tidak dapat dicerna oleh rasionalisme. Pada saat seperti itu, hitungan materi tidak lagi berlaku. Untuk itu jika semua orang berpuasa dan melakukan hal yang sama (kecuali orang yang tidak mampu), maka asumsi jatuhnya generalisasi (the fallacy of decomposition) berlaku, tetapi bukan untuk membantah teori ekonomi, namun untuk mendukungnya.
Hal ini dilakukan agar puasa tetap fit dan kuat di siang hari. Selain itu melakukan sahur juga bermanfaat untuk melatih kebiasaan bangun lebih pagi dan mendapatkan rejeki.
Pada bulan puasa ini, manusia dilatih agar kembali mengingat dan melaksanakan semua kewajiban tersebut dengan jaminan pahala yang dilipatgandakan. Selain itu sholat bersama di masjid dan saling bahu membahu dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Hikmah puasa dan manfaatnya yang kelima adalah mengetahui bahwa berpuasa memiliki tujuan.
Jika beribadah dengan berorientasi pada tujuan maka akan mudah dalam melakukan segala macam ibadah. Puasa Ramadhan akan menjadi sempurna apabila manusia menjauhi perbuatan haram yang dapat dilihat, didengar, dan diucapkan.
Misalnya marah-marah, suudzon, dan dianjurkan untuk melatih kesabaran atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Dengan pola makan hanya memakan tiga butir kurma dan minum air putih dapat bermanfaat untuk kesehatan. Sehingga manusia dapat menjadi pribadi yang lebih baik setelah mensyukuri nikmat Allah SWT. Penjelasan di atas adalah 10 hikmah puasa dan manfaatnya yang bisa dipetik saat Ramadhan.
Kondisi umat Islam saat ini relatif belum mampu berdaulat dalam penguasaan ekonomi dan memiliki ketergantungan ekonomi yang cukup tinggi terhadap pihak lain. Nilai ibadah yang luas, dimana bukan hanya terkait dengan aspek ritual saja dapat menjadi motivasi utama untuk membangkitkan semangat berbisnis. Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah ini dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Dalam konteks membangun jiwa bisnis, saat ini nilai-nilai kejujuran dan amanah seringkali diabaikan oleh pelaku bisnis, padahal hal tersebut merupakan dasar yang cukup penting untuk ditanamkan. Menurut Islam, amal sosial ini bernilai lebih tinggi daripada amal individual. Dari Sumber-sumber Islam baik al Qur-an maupun hadits nabi saw diketahui bahwa dimensi pengabdian atau ibadah sosial dan kemanusiaan dalam Islam sesungguhnya jauh lebih luas dan lebih utama dibandingkan dengan dimensi ibadah personal.
Dapat ditafsirkan bahwa setiap aktivitas manusia sesungguhnya adalah ibadah dan keseluruhan muara dari semua aktivitas tersebut adalah kesejahteraan manusia di dunia maupun kemenangan di akhirat. Oleh karena itu, bercita-cita menjadi kaya dan bekerja keras sebagai aktualisasinya termasuk ke dalam ranah ibadah.
Adapun demikian, fakta yang menunjukkan bahwa belum banyak umat Islam yang mampu berdaulat secara ekonomi seringkali diidentifikasi sebagai akibat dari belum kaffahnya aktvitas bisnis mereka mengadopsi prinsip-prinsip Ibadah dalam aktivitas bisnis mereka. Oleh karena itu gerakan untuk mengubah keadaan dalam bentuk perbaikan dan pemerataan ekonomi perlu dilakukan. Sesungguhnya hal ini tidak akan terjadi jika ada kesadaran untuk mengusahakannya, karena usaha mengubah nasib dan merupakan tanggung jawab setiap orang untuk meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga dan bangsanya. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas maka bekerja itu bernilai ibadah dan mendapat pahala. Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Prestasi dimulai dengan kerja keras dalam semua bidang.
Bekerja keras merupakan hal yang penting dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras dalam kewirausahaan merupakan langkah nyata yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan kesuksesan, tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan atau risiko.
Motivasi yang diajarkan oleh Islam adalah semangat untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras untuk mencari ridha Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt QS al-Kahfi 7-8 berikut ini:. Islam mengajak setiap manusia untuk ikhlas menyerahkan diri kepada Allah dan bekerja dengan baik. Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah dengan jalan bisnis dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja.
Di setiap penghujung Ramadan, kita diperintahkan untuk bertakbir mengagungkan Allah tanda hari raya telah tiba. Kemenangan dalam Alquran terdapat dalam beberapa kata salah satunya adalah Fauzu yang bermakna kemenangan berupa ampunan dan balasan surga bagi orang yang beriman dan beramal saleh serta berjihad memperjuangkan dakwah Islam.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Ma’idah ayat 3“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”. Dengan kata lain, ciri orang yang sukses Ramadannya adalah yang mulai berhijrah dari aktivitas-aktivitas ekonomi yang tidak sesuai syariah Islam.
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Salah satu kendala mengapa pengusaha muslim di Indonesia belum menjadi pengusaha besar adalah masalah permodalan, di luar masalah etos kerja, jaringan, dan skill kewirausahaan.
Ceruk Bank Syariah masih terlampau kecil dibanding bank konvensional, padahal sudah 26 tahun eksis di dunia perbankan Indonesia. Beberapa penyebab orang enggan memiliki rekening bank syariah antara lain karena bank syariah belum memiliki produk dan layanan selengkap, semodern, dan sebagus bank konvensional. Anggapan lain adalah bank syariah sama saja dengan bank konvensional bahkan bunganya lebih tinggi.
Salah satu rukun Islam adalah zakat. Zakat tidak hanya zakat fitrah saja, tetapi ada zakat maal. Namun sayangnya, belum semua umat Islam sadar akan kewajiban zakat maal ini.
Menurut data Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), pada tahun 2016 dana zakat yang terkumpul berjumlah Rp 3,8 triliun atau hanya kurang dari 2% dari potensi zakat di Indonesia yang mencapai Rp 286 Milyar (BAZNAS, 2017). Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai bukti kita telah berhasil melalui Ramadan dengan predikat taqwa di bidang ekonomi keumatan:.
Jika ada yang masih menyamakan bank syariah dan konvensional, maka kita perlu belajar lagi agar kita paham bagaimana sesungguhnya letak perbedaan mendasarnya. Lalu pasti akan muncul nyinyiran lagi, tak ada bedanya bunga di bank konvensional dengan margin atau bagi hasil di bank syariah. Ada 5 objek wajib zakat menurut Syekh Wahbah Zuhaily (2011) dalam bukunya Fiqhul Islam wa Adillatuhu 1) zakat logam (emas, perak, dan uang); 2) Zakat Barang tambang; 3) Zakat barang dagangan; 4) Zakat tanaman dan buah-buahan; 5) Zakat hewan ternak.
Di beberapa masjid sudah mulai muncul program-program ekonomi yang berbentuk koperasi maupun yang lain, Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang pada tahun 2017 merupakan Bank terbesar di Indonesia dengan aset Rp 1.126 triliun, dari berbagai literatur dikatakan bahwa modal awalnya berasal dari kas masjid (Sukirno, 2014). Dari masjid harus muncul solusi permasalahan ekonomi umat, bukan malah menambah masalah umat dengan seringnya meminta-minta kepada jamaah.
Selama berpuasa, kita diharuskan untuk menahan diri dari amarah, mengumpat, dan mengurangi perilaku negatif lainnya. Selain itu, Nikfarjam dkk (2015) menyatakan bahwa puasa dapat meningkatkan identifikasi diri, lebih bisa mengontrol stres, bertanggung jawab, dan mampu menumbuhkan empati. Puasa juga menumbuhkan manfaat dari segi sosial. Bagi mereka yang berkecukupan, berpuasa juga menjadi ajang untuk merasakan apa yang biasanya dirasakan oleh mereka yang tidak mampu.
Ternyata, begitu banyak ya manfaat berpuasa di bulan Ramadan.