Hadits Tentang Puasa Akhir Tahun. Namun demikian muncul berbagai pendapat, tulisan dan broadcast yang menuduhnya sebagai amalan bidah. Artinya, “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dengan status marfu’, ‘Orang yang puasa di hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram maka sungguh ia telah mengakhiri tahun yang telah lewat dan mengawali tahun yang datang dengan puasa, di mana puasa itu Allah jadikan untuknya sebagai pelebur (dosa) 50 tahun,’” Ditakhrij oleh As-Suyuthi dalam Al-La’ali Al-Mashnu’ah.
Hadits ini secara sekilas memang hanya menunjukkan kesunnahan untuk membiasakan puasa akhir bulan. Sementara kesunahan puasa awal tahun sangat jelas haditsnya, yaitu hadits tentang anjuran berpuasa dalam hari-hari bulan Muharram, sebagaimana diriwayatkan:. Dalam Al-Mu’jamul Kabir terdapat redaksi, ‘30 kebaikan,’ (Lihat Sulaiman bin Ahmad At-Thabarani, Al-Mu’jamus Shaghir, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1403 H/1983 M], juz II, halaman 71 dan Sulaiman bin Ahmad At-Thabarani, Al-Mu’jamul Kabir, [Mosul, Maktabah Al-‘Ulum wal Hikam: 1404 H/1983 M], juz XI, halaman 72).
Bahkan ia mengatakan bahwa ia tidak menemukan kritikus hadits yang menganggap lemah Al-Haitsam bin Habib selain Adz-Dzahabi, (Lihat Nurrudin Ali bin Abi Bakr, Majma’uz Zawaid wa Manba’ul Fawaid, [Beirut, Darul Fikr: 1412 H], juz III, halaman 436; dan Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib , [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1417 H], tahqiq: Ibrahim Syamsuddin, juz II, halaman 70). Sementara dari sisi dirayahnya, hadits riwayat At-Thabarani menunjukkan kesunnahan berpuasa di awal tahun, dan orang yang memuliakan awal tahun dengan memuasainya maka akan mendapatkan pahala yang agung yaitu puasa satu hari mendapatkan pahala sebagaimana puasa 30 hari, sebagaimana penjelasan Al-Hafizh Al-Munawi, (Lihat Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadir , [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1415 H/1994 M], cetakan pertama, juz VI, halaman 210).
PWMU.CO – Dalam beberapa hari terakhir, di berbagai grup WhatsApp muncul diskusi yang hangat mengenai hukum Puasa Akhir maupun Awal Tahun Hijriyah. Diskusi menghangat seiring dengan kemunculan sebuah “riwayat” yang menyatakan fadhilah puasa ini sebagai penghapus dosa selama 50 tahun. Yakni sebuah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya secara detail mengenai tata cara (kaifiyat) pelaksanaannya.
Dalam hal ini berlaku kaidah Ushul Fiqih “Al ashlu fil ibadati haromun illa ma dalla dalilu ála fi’lihi”, asal sebuah ibadah itu adalah haram/terlarang kecuali ada dalil yang menunjukan perintah untuk mengerjakannya. Sekarang, sebagian kecil umat Islam ada yang mengkhususkan puasa akhir dan awal tahun Hijriyah. Meski Ibn al-Jauziy menuliskan riwayat ini, tapi di akhir matan (bunyi teks), dia jelas menulis “Al-Harawiy huwa al-Jubaibary wa Wahb Kadzdzaabaani Wadldlaa’.
Lantas bagaimana jika ada yang menyatakan, toh puasa ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt. Jawabannya kembali lagi kepada prinsip ibadah mahdlah, bahwa tingkat, tata cara dan juga perincian-perinciannya telah ditetapkan lewat al-Quran maupun hadits shahih/ hasan.
Ada yang semangat menjalankan dan menyebarkan anjuran puasa ini. Sehubungan hal itu ada pendapat ulama tentang hadis menyambut tahun baru Hijriyah dengan berpuasa akhir tahun dan solusinya, bagi yang berkenan mengamalkan.
Lalu dibahas oleh Imam As-Suyuthi dengan mengeluarkan ratusan hadis yang dianggap palsu sehingga hanya berstatus daif. Baca Juga: Ilmuwan Peringatkan Potensi Mega-Tsunami dan Tanah Longsor Mematikan Akibat Perubahan Iklim. Sementara hadis puasa akhir Zulhijjah dikomentari oleh Imam As-Suyuthi dalam Al-Laali Al-Mashnuah:.
“Barang siapa puasa di akhir hari Zulhijjah dan hari pertama Muharram, maka sempurnalah setahun lalu dan dia memulai tahun yang akan datang dengan puasa, Allah menjadikan baginya tebusan 50 tahun”.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Besok, Kamis (20/8/2020) seluruh muslimin akan merayakan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram 1442 H. Lalu benarkah amalan puasa di tanggal 30 Dzulhijjah dan 1 Muharram pahalanya seperti ibadah 50 tahun. Berikut ini penjelasan Buya Yahya Pemimpin Pondok Pesantren Al Bahjah yang dikutip Wartakotalive.com.
• 20 Ucapan Tahun Baru Islam 1442 H, Disertai Gambar untuk Dibagikan di WhatsApp, Intagram, Facebook. "Kalau untuk awalan bulan Muharram cukup hadist shahih yaitu puasa yang paling bagus setelah Ramadhan adalah bulan Muharram secara utuh ini sudah cukup ngga perlu riwayat-riwayat palsu itu nggak dibenarkan ya puasa akhir dan awal tahun," tegas Buya Yahya. • Kenali Sejarah Tahun Baru Islam Dirayakan Pada Kamis 20 Agustus 2020, Banyak Peristiwa Penting.
Di momen pergantian tahun memang saat-saat yang sangat bersejarah. Maka, ada keinginan untuk berbuat atau melakukan amalan-amalan terbaik.
Lalu, muncul pertanyaan, apakah berpuasa di akhir dan awal tahun Hijriah itu memiliki dalil yang kuat merujuk pada perintah dari Rasulullah Muhammad SAW? “Barang siapa berpuasa akhir hari bulan Dzulhijjah dan awal Muharram, maka dia telah menutup tahun lalunya dengan puasa dan membuka tahun barunya dengan puasa, Allah menjadikan baginya kaffarah lima puluh tahun”. Dibawakan Ibnul Jauzi dalam al-Maudhū’āt 2/566 dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas, lalu katanya, “Al-Harawi adalah al-Juwaibari dan Wahb, kedunya adalah pendusta dan pemalsu hadits”.
Dengan demikian, maka pengkhususan akhir tahun dan awal tahun dengan puasa termasuk amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Demikian juga ritual-ritual serupa yang tidak ada dalilnya, seperti do’a awal dan akhir tahun. Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata dalam Tashihud Dua: “Tidak ada dalam syari’at ini sedikit pun do’a atau dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!
"Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir tahun dari bulan Zulhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharram, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa, dan Allah Ta’ala menjadikan kaffarah/terlebur dosanya selama 50 tahun.".