Hadits Tentang Pahala Puasa Untuk Allah. adalah salah satu keberkahan yang diberikan Allah SWT. Artinya: Abu Ayyub al-Ansari (semoga Allah SWT ridho atasnya) melaporkan Rasulullah SAW berkata, "Dia yang berpuasa selama Ramadhan dan melanjutkannya dengan enam hari puasa saat bulan Syawal akan seperti melakukan puasa terus menerus.".
Keutamaan dari puasa Syawal tersebut disebutkan dalam hadist di bawah ini. Lalu dia melaksanakan puasa tersebut hingga akhir hayat (HR Sunan Ibnu Majah). Hitungan pahala puasa Syawal dilipatgandakan, seperti disebutkan dalam hadist Ibnu Majah sebagai berikut,.
Artinya: Seperti dinarasikan dari Thawban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah, Nabi SAW berkata, "Siapa saja yang puasa enam hari setelah Idul Fitri akan berpuasa selama satu tahun tersebut, dengan satu kebaikan dihargai 10 kebaikan serupa.".
(3) Bahwa semua amal ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba kepada Allah juga dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap berhala-berhala mereka kecuali puasa. Menarik benang merah dari semua penjelasan di atas, Syekh al-Imam Badruddin Abu Muhammad Mahmuddin Ahmad al’Aini menyimpulkan bahwa orang yang mengerjakan ibadah puasa tidak akan dimasuki sifat riya atau ingin dipuji orang lain. Sebab ibadah puasa tidak tampak dan tidak dapat dilihat manusia karena ibadah puasa merupakan sebuah niat yang cukup diucapkan dalam hati. Artinya: Dalam puasa tidak ada sifat riya. Hal ini berbeda dengan amal perbuatan yang lain, di mana dalam pelaksanaannya sendiri bisa saja terjadi riya karena ingin dilihat dan dipuji orang lain. Allah SWT bersabda dalam hadits qudsy: “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.".
Artinya bahwa pahala puasa sangatlah besar, sebab Allah SWT sendiri yang akan membalasnya.
Amalan lainnya akan kembali untuk manusia yaitu dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari itu. Namun tidak untuk amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Amalan puasa adalah untuk-Ku”. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya.
Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.
Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.
Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”.
Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap ridho Allah. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan. Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah.
Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia. Inilah yang akan diraih oleh seorang hamba yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah.
Masing-masing ibadah baik yang diwajibkan maupun statusnya sunnah memang memiliki keistimewaan masing-masing di mata Allah SWT. Nabi Muhammad Saw, sebagaimana yang disampaikan Abu Hurairah, membacakan sebuah hadis qudsi terkait puasa:. Aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak Misik.” (HR.
Dalam hadis qudsi di atas terlihat bagaimana Allah SWT sangat memuliakan orang yang berpuasa dan menyematkan berbagai macam keutamaan. Allah menjawab, “karena dengan berpuasa, seseorang rela meninggalkan keinginannya untuk makan dan minum, serta mengabaikan seluruh bisikan syahwatnya”.
Selain hadits ini ada sejumlah ayat dalam Al Qur'an dan hadits yang menyebutkan tentang perintah serta keutamaan puasa. Berikut ayat dan hadits tentang puasa:. A. Ayat Al Quran tentang Puasa:.
Perintah untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Di ayat selanjutnya, Allah SWT memberikan keringanan boleh tidak berpuasa kepada orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan jauh untuk tujuan ibadah.
Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberikan makan bagi seorang miskin.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
B. Hadits tentang Puasa.
JAKARTA, iNews.id - Puasa Ramadan merupakan ibadah yang khusus diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Ibadah shalat memerlukan gerakan dan bacaan yang bisa dilihat oleh orang lain.
Menurut Bukhori Muslim, ibadah puasa tidak perlu gerakan khusus yang bisa dijadikan tanda oleh orang lain seperti shalat, zakat atau haji. Ramadhan tahun ini yang dibayangi pandemi Covid 19 mengharuskan umat islam tidak keluar rumah. Ramadhan merupakan ibadah sunyi, sedangkan Covid 19 memaksa umat islam untuk menyendiri di rumah.