Hadits Puasa Tanggal 9 Asyura Merupakan Bentuk Hadits. Ada berbagai bentuk ibadah yang bisa dilakukan umat Islam kepada Allah SWT, salah satunya adalah puasa. Dalam Quran surat Al Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman mengenai perintah melaksanakan ibadah puasa.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, ada berbagai manfaat puasa, yakni mendetoksifikasi tubuh secara optimal serta meregenerasi sel dengan baik. Puasa sunnah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah oleh orang yang tidak melaksanakan ibadah haji.
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dalam hadits riwayat Abu Daud, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan pada hari Senin dan Kamis.".
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Berpuasalah selama tiga hari pada setiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan dikalikan sepuluh, sehingga puasa itu (3 hari) sama dengan puasa satu tahun penuh.".
"Bila memilih dua hari, maka seharusnya kita berpuasa sejak tanggal 9 Muharram," tulis Muhammad Ghazali dalam bukunya "Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah". Dalam satu riwayat Rasulullah SAW pun pernah bercita-cita untuk melakukan puasa Asyura sejak tanggal 9 Muharram sebagaimana hadis berikut di bawah ini. Adapun asal mula dari dianjurkan untuk melakukan puasa Asyura ini adalah sebagai berikut:. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, bahwa saat Rasulullah tiba di Madinah beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di hari Asyura, beliau kemudian bertanya kepada masyarakat Yahudi, "ada apa ini?". Adapun keutamaan dari puasa Asyura ini adalah dapat menghapus dosa selama setahun. Sementara itu Ketua Umum Pemuda Al-Irsyad Ustaz Fahmi Bahreisy Lc, mengatakan, puasa Asyura ada dalil.
Hadits lain tentang puasa Asyura adalah dari Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sejak Rasulullah diberi tahu bahwa hari asyura adalah hari yang diagungkan di kalangan Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda "kalau begitu insyaallah tahun depan kita puasa sejak tanggal ke-sembilan" (HR Muslim).
Di salah satu bulan yang suci ini, umat Islam dapat mengerjakan ibadah sunnah yaitu puasa Tasu'a dan Asyura. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Muslim yang berasal dari Abu Hurairah ra.
Dikutip dari buku "Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4" oleh Pustaka Imam Asy-Syafi'i, berikut beberapa hadits yang menerangkan tentang keberadaan kedua puasa tersebut. Dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari oleh Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, keutamaan berpuasa pada hari Asyura, hari kesepuluh bulan Muharram adalah diampuninya dosa satu tahun yang telah lalu. Keutamaan ibadah sunnah ini disebutkan dalam hadits Imam Muslim, Abu Qotadah Al Anshori mengatakan:.
JAKARTA, iNews.id - Dalil Puasa Tasua yang dilaksanakan tiap 9 Muharram disebutkan dalam hadits Nabi SAW. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa Tasua untuk menyelisihi kaum Yahudi. “Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang Yahudi.
Dalam riwayat lain dari jalur Abdullah bin Abbas, Rasulullah Saw berpuasa pada hari Asyura dan menganjurkan umat Islam untuk turut berpuasa. Suatu ketika, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ini hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani”.
Mendengar jawaban tersebut, Nabi berkata, “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, insyaAllah, kita akan berpuasa pada hari kesembilan juga”. Dari hadits tersebut memang Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya untuk mengerjakan puasa tasua meski Nabi SAW sendiri belum sempat melaksanakan puasa tersebut karena Nabi SAW wafat sebelum datang Muharram tahun berikutnya tiba. Puasa Tasua dilaksanakan tiap tanggal 9 Muharram bertepatan Rabu, 18 Agustus 2021. Puasa Tasu'a ini sunnah dikerjakan untuk menyelisihi kaum Yahudi.
Mengutip Hadits Ahkam Ekonomi oleh Iwan Permana, secara etimologis kata hadits memiliki banyak arti di antaranya al jadid (yang baru) dan al khabar (kabar atau berita). "Sesungguhnya, hadits bukan hanya yang di-marfu-kan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan dapat pula disebutkan pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari para sahabat) serta maqthu' (dinisbarkan pada perkataan dan sebagainya dari para tabi'in," bunyi penjelasan at Tirmidzi yang dikutip dari buku tulisan Iwan Permana.
Hadits ini berisi berbagai tuntunan, petunjuk syara', peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat, maupun akhlak. Hadits ini mengandung berita tentang perbuatan Rasulullah SAW yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu. Hadits ini mengandung ketetapan Rasulullah SAW terhadap apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya.
Hadits kategori ini biasanya menceritakan sifat dan kepribadian serta keadaan fisik Rasulullah SAW. Sebab itu, hadits qudsi didefinisikan oleh sejumlah ulama sebagai sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Rasulullah SAW selain Al Quran yang isinya disusun oleh Rasulullah SAW. Nah, itu dia jenis-jenis hadits lengkap yang mencakup hadits yang berdasarkan perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW hingga datangnya dari Allah SWT langsung.
Karena itu, Muslim sangat dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunah Asyura sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :.
Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. Artinya : Saya niat berpuasa besok dari bulan 'asyura sunnah karena Allah Ta'ala.
Hadits dari Siti Aisyah RA yang diriwayatkan Imam Bukhori :. Adapun keutamaan puasa asyura sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Abu Qatadah, bahwa puasa sunah Asyura bisa menghapus dosa-dosa selama setahun yang telah lalu (HR Muslim 2/819).
Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas beliau berkata: “Yang dimaksud dengan kaffarat (penebus) dosa adalah dosa-dosa kecil, akan tetapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dengan shaum tersebut dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia pun tidak memiliki dosa-dosa besar, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya.”.
Dalam tradisi kaum Yahudi, puasa Asyura yang dilakukan pada hari ke-10 Tishri atau 10 Muharram merupakan bentuk syukur atas kemenangan Musa dan Bani Israel dari musuhnya, Fir’aun dan kelompoknya. Karena itu, sebagai ungkapan rasa syukur, Musa AS berpuasa pada hari ini.” Jawab kaum Yahudi.
Baca Juga: Amalan Hari Tasu'a Bagi Muslimah yang Sedang Haid, Penuh Pahala dan Berkah. Nabi Muhammad menjawab hal itu, “Kami lebih layak mengikuti jejak langkah Musa AS.”. Sejak saat itu Nabi kemudian menganjurkan umat Islama untuk berpuasa pada 10 Muharram.
Ada kekhawatiran hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, yaitu hari kesembilan dalam penanggalan Islam padahal sebenarnya sudah hari kesepuluh. Baca Juga: Tahun Baru Islam 1443 H, Berikut Amalan Muharram 2021, dari Berpuasa hingga Bertobat.
Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, KH Dr. Fuad Thohari, MA di laman mui.or.id menjelaskan bahwa setiap menjelang hari Asyura, Rasulullah selalu mengingatkan sahabat dan kerabatnya untuk berpuasa. Suatu hari sahabat mendapati bahwa hari Asyura ini bertepatan pula dengan hari agung milik kaum Nasrani dan Yahudi maka sahabat hendak mengurungkan niat berpuasa di hari Asyura tersebut. Mendengar keresahan sahabat, Rasulullah bersabda, sebagaimana dikutip dalam kitab Riyadhus Sholihin : 701.
"Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan.". Namun, belum sampai cita-citanya terwujud untuk melaksanakan puasa Tasu’a, Rasulullah wafat. Hadist itu pun menjadi landasan adanya pelaksanaan sunnah berpuasa pada hari Tasu’a yakni pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum puasa Asyura.
Bagi kaum Syi’ah bulan Muharram mempunyai tempat tersendiri dalam tradisi dan merupakan kesempatan beragama yang istimewa. Karena hal ini berkaitan dengan adanya peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram , yaitu peistiwa terbunuhnya cucu Rasulullah saw.
Sehingga dikalangan mereka puncak ekspresi keagamaan yang bercorak luapan kesedihan dan sekaligus janji pengorbanan tersebut dikenal dengan sebutan “Asyura”. Apa yang perlu dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut dan mengisi bulan Muharram tersebut. Beberapa nash hadis menerangkan bahwa di masa Jahiliyah kaum Quraisy telah terbiasa melaksanakan puasa ‘Asyura, dan Nabi saw. hijrah ke Madinah beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut, dan beliau tetap berpuasa bahkan memeritahkan kepada para shahabat untuk melakukannya, dan keadaan seperti itu tetap dilakukan sampai diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan.
Ketika sampai di Madinah, beliau tetap melakukan puasa Asyura bahkan memerintahkan (kepada para shahabatnya) untuk berpuasa. Dikalangan para ulama terdapat perbedaan apakah yang dimaksud Asyura itu hari kesembilan atau kesepuluh pada bulan Muharram ?
Kedua hadits tersebut menjelaskan bahwa Nabi telah berniat untuk melakukan puasa pada hari kesembilan meskipun sampai akhir hanyatnya tidak bisa terlaksana. Adapun keutamaan puasa Asyura pada bulan Muharram itu, dijelaskab oleh beberapa hadis di antaranya sebagai berikut:.