Memberikan Infak Untuk Pembangunan Masjid Merupakan Bentuk Keteladanan Kepada Malaikat. Kelompok ini berdalih bahwa gepeng berhak meminta belas kasihan dari masyarakar yang mampu, sehingga masyarakat juga cenderung memberikan uang pada gepeng yang mereka jumpai di jalanan. Kelompok kedua ini tentu mendapatkan dukungan pemerintah khususnya pada masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang salah satunya adalah sudah terbentuknya Perda DIY No 1 tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis.
Dinas Sosial DI. Saat ini BRSBKL menangani warga binaan sosial sejumlah 300 orang, yang terdiri dari warga eks psikotik 250 orang dan warga gepeng 50 orang.Adapun tempat pemberian rehabilitasi sosial ada di dua tempat, yaitu untuk warga gepeng berada di Jl.
Usaha Angkringan ini BRSBKL Yogyakarta bekerjasama dengan Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta.Semua pelayanan rehabilitasi sosial ini bertujuan untuk bekal bagi para warga binaan sosial agar bisa hidup secara wajar dan mandiri.Untuk waktu Pelayanan Rehabilitasi Sosial di BRSBKL Yogyakarta adalah selama 1 sampai 1,5 tahun. Namun, ada pula yang menarik untuk diketahui, yaitu sebuah pernyataan jika mereka yang mengemis karena tidak mendapatkan kepercayaan lagi di berbagai bidang pekerjaan. Secara fisik memang terlihat bahwa orang itu sudah tidak lagi sanggup untuk bekerja normal.
Namun, yang menjadi pertanyaan tak terjawab adalah mengapa harus menjadi pengemis dan mengapa pula orang terdekatnya membiarkan orang tersebut menjadi pengemis? Namun, sedekah yang berujung pada kebiasaan bagi mereka yang memilih sebagai peminta-minta abadi akan membuat mengemis adalah solusi terbaik bagi mereka untuk mendapatkan uang.
Dengan rangkaian program dan kerjasama lintas sektoral seperti diatas, harapan dan tujuannya tentu gelandangan dan pengemis sudah tidak ada lagi yang berkeliaran di jalanan.
Masjid Agung Palembang adalah salah satu pilar kekuatan masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Masjid Agung Palembang memiliki peran sebagai pusat peradaban ummat seperti pada zaman Rasulullah SAW.
Peran Masjid ini terlihat pada : pertama, membangun peradaban Islam di Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan karena Masjid Agung Palembang aktif mengadakan kegiatan yang bersifat membangun rohani ummat.
Harus diakui bahwa peran Masjid Agung Palembang sebagai pusat aktivitas intelektualitas tidak semaksimal peran masjid pada abad ke-12 M. Pada abad ini, masjid berperan dalam melahirkan para ilmuwan, ulama, dan cendekiawan muslim yang populer, bahkan universitas. Dengan demikian, Masjid Agung Palembang berperan dalam melaksanakan aktivitas religius, sosial, ekonomi, budaya, dan aktivitas intelektualitas.
Peran Masjid Agung Palembang sebagai pusat peradaban didukung oleh Badan Kemakmuran Masjid (BKM), perpustakaan, dan manajemen masjid yang profesional, proporsional, dan modern. BKM berperan dalam membentuk masyarakat yang beriman dan bertaqwa, menjadikan masjid sebagai tempat ibadah dan sarana pembinaan ummat Islam, dan peran lain yang memberikan manfaat yang konfrehensif kepada ummat.
Masjid adalah suatu bangunan yang merupakan tempat ibadah umat Islam, yang biasanya digunakan untuk melaksanakan shalat jama’ah. Salah satu contoh masjid besar adalah Masjid Agung Palembang.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Tingkat kedua melambangkan Thariqat yaitu jalan untuk mencapai ridlo Allah SWT. Merujuk pada pola struktur bangunan Masjid Agung Palembang, maka masjid ini memiliki peran sebagai pusat peradaban Sumatera Selatan. Masjid ini berperan dalam menformulasi peradaban moral,peradaban teoridan peradaban eksperimen. Untuk lebih deskriptik peran Masjid Agung Palembang sebagai pusat peradaban di Sumatera Selatan, khususya di Palembang, pada sub-sub pembahasan berikut ini akan dideskripsikan dianalisis lebih deskriptif. Kata sujud, menurut Quraish Shihab, mengandung beberapa pengertian; pertama, pengakuan dan penghormatan kepada pihak lain (seperti sujudnya Malaikat kepada Adam seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2] ayat 30).
Secara terminologi, menurut istilah syara’, masjid adalah suatu bangunan yang merupakan tempat ibadah umat Islam, yang biasanya digunakan untuk melaksanakan shalat jama’ah. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat lima waktu dan tidak terlalau besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan seperti di kantor, disebut musholla, artinya tempat solat.
Karena itu, tempat sujud digunakan sebagai nama tempat shalat, bukan marka’ yang berarti tempat ruku’. Ketiga, masjid kota yaitu masjid yang terletak di kota, jamaahnya umumnya pedagang atau pegawai. Kelima, masjid kampus yaitu masjid yang jamaahnya terdiri dari para intelektual, aktivitas mahasiswa dari berbagai keahlian dan menggebu-gebu, kebutuhan sarana gedung lebih cepat dari penyediannya dan kegiatan sangat padat.Keenam,masjid desa yaitu masjid yang jamaahnya berdiam di sekitar masjid, dana sangat dan manajemen sangat minim, kualitas pengurus sangat rendah, dan potensi konflik cukup besar.Ketujuh, masjid organisasiyaitu masjid yang ditandai dengan jamaah yang homogen dan diikat oleh kesamaan organisasi, dikelola oleh organisasi tertentu, seperti masjid NU, Muhammadiyah. Sejarah Masjid Agung Palembang. Lokasi menara masjid terpisah dari bangunan utama, dan berada di bagian barat. Rupa menara masjid menyerupai menara kelenteng.
Pada tahun 1916 bangunan menara masjid disempurnakan. Pada tahun 1966-1969, Yayasan Masjid Agung membangun lantai kedua. Luas masjid menjadi 5.520 meter persegi dengan daya tampung 7.750 jema’ah.
Kemudian pada tahun 2009, berdasarkan UU No 5 tahun 1992 tentang bangunan cagar budaya, serta Surat Peraturan Menteri No PM19/UM.101/MKP/2009, Masjid Agung Palembang ditetapkan menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Arsitektur Masjid Agung Palembang.
Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi. Peran Masjid Agung Palembang Sebagai Pusat Peradaban. Oleh karena itu, masjid dapat diartikan lebih jauh, bukan hanya sekedar tempat bersujud, pensucian, tempat salat dan bertayamum, namun juga sebagai tempat melaksanakan segala aktivitas kaum muslim yang berkaitan dengan kepatuhan kepada Tuhan. Masjid memiliki multi peran, yaitu sebagai tempat ibadah, ekonomi, pusat sosial, aktivitas syiar Islam, dan juga pusat pengembangan kebudayaan Islam.
Merujuk kepada makna taqwa, maka dapat dikatakan bahwa peran masjid sangat luas, yaitu sebagai tempat hamba mengekspresikan keimanannya kepada Allah SWT, melaksanakan ibadah kepada-Nya dan berbuat ihsan atas nama-Nya. Karena, peran ini akan merefleksikan peran masjid sebagai pusat peradaban. [12] Dengan demikian, Spengler membedakan kebudayaan dan peradaban. Peradaban ini disebut dengan peradaban moral.
Peran Masjid Agung Palembang sebagai pusat peradaban telah membawa rahmat bagi masyarakat Sumatera Selatan, khususnya masyarakat Palembang. Peran masjid sebagai pusat peradaban telah terimplementasi sejak zaman Rasul SAW. M. Qurais Shihab, mengkongkretkan peranan masjid pada masa Rasulullah, diantaranya: sebagai tempat ibadah (shalat), tempat konsultasi dan komunikasi masalah-masalah ekonomi, social dan budaya, tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer, tempat pengobatan, aula dan tempat menerima tamu, tempat menawan tahanan, tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, pusat penerangan dan pembelaan agama, pusat syi’ar Islam.
Peran Masjid Agung Palembang sebagai Tempat Ibadah. Peran utama Masjid Agung adalah sebagai tempat shalat. [14]Peran Masjid Agung Palembang sebagai tempat ibadah merupakan salah satu simbol terjelas dari eksistensi Islam. Perang Masjid Agung Palembang sebagai tempat ibadah diimplementasikan dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari hingga kegiatan bulanan dan tahunan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari di Masjid Agung Palembang adalah shalat rawatib lima waktu dan dakwah masjid, hal ini sejalan dengan tujuan utama pembangunan masjid, yaitu untuk mengingat Allah dan memperkenalkan Islam. Peran Masjid Agung Palembang sebagai tempat pendidikan.
Beberapa program-program Masjid Agung Palembang yang concern dengan pendidikan antara lain: program IRMA (Ikatan Remaja Masjid), pembelajaran bahasa Arab. Peran ini akan menjadikan Masjid Agung Palembang sebagai tempat lahirnya peradaban, khususnya peradaban moral dan peradaban teori, bahkan ke depannya peradaban eksperimen.
Peran Masjid Agung Palembang sebagai pusat syi’ar Islam. Para ulama besar seperti K.H.
Bahkan, Masjid Agung Palembang menjadi pusat syi’ar Islam. Peran Masjid Agung Palembang sebagai tempat santunan sosial.
Zakat, infak, shadaqah, wakaf yang diserahkan jama’ah dikelola dengan amanah, jujur, profesional, dan itqon oleh pengurus Masjid Agung Palembang sehingga dananya dapat dimanfaatkan oleh kaum dhu’afa di Sumatera Selatan, khususnya kota Palembang. Bangunan Masjid Agung Palembang yang mengakulturasi tiga budaya dan arsitektur China, Erofa, dan lokal Palembang menjadikan Masjid Agung Palembang sebagai ikon Kota Palembang yang banyak dikunjungi wisata domestik dan manca negara, baik muslim maupun non muslim. Karena itu, Masjid Agung Palembang juga menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Peran Masjid Agung Palembang sebagai tempat konsultasi dan komunikasi masalah-masalah ekonomi, social dan budaya,. Peran ini telah diimplementasikan oleh pengurus dan para ulama Masjid Agung Palembang. Jalaludin, dkk., 261 Tahun Masjid Agung dan Perkembangan Islam di Sumatera Selatan, Palembang: Panitia Renovasi Masjid Agung Palembang, 2003. Wiyana, Budi, Pengaruh Cina Pada Masjid Agung Palembang: Peran Masyarakat Cina Pada Sejarah Palembang, Palembang: Balai Arkeologi Palembang, 1996.
SMA Negeri 2 Cikarang Utara sedang proses membangun Masjid Ibnu Rusyd. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,.
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di tempat tesebut.
Masih melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis. Maksudnya, siapa membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran tempat burung bertelur; atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat burung bertelur; ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Berarti penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, sudah mendapatkan pahala untuk membangun masjid … masya Allah.
Berapa pun besar sumbangan untuk masjid harus didasari niatan ikhlas karena Allah. Jadi, pahala besar membangun masjid yang disebutkan dalam hadits yang kita kaji bisa diraih ketika kita ikhlas dalam beramal, bukan untuk cari pujian atau balasan dari manusia.
Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran:. 1- Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri.
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perawinya tsiqah. Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Yang dimaksud hadits adalah saling menyombongkan diri dengan masjidnya masing-masing. Itu semua dilakukan karena riya’ dan sum’ah, yaitu mencari pujian.